Thursday, June 16, 2011

KUMPULAN HADIS - HADIS BUKHARI, MUSLIM DAN KITAB-KITAB HADIS AHLUL SUNNAH WAL JAMAAH




  1. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Bagaimana kalian jika datang kepada kalian putera Maryam dan Imam kalian.” (Shahih Bukhari, bab datangnya Nabi Isa; dan Kanzul Ummal 14: 334)
  1. Dari Jabir pernah mendengar bahwa Nabi saw bersabda:
Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang berperang untuk menegakkan kebenaran sampai hari kiamat.” Lalu turunlah Isa bin Maryam (as), kemudian pemimpin mereka berkata: Kemarilah shalat bersama kami, dia menjawab: Tidak, karena sesungguhnya sebagian kalian terhadap sebagian yang lain ada pemimpin yang dimuliakan oleh Allah dalam ummat ini.” Dalam Shahih Muslim, kitab Iman dan Musnad Ahmad 3/345. 
  1. Rasulullah saw bersabda:
“Berbahagialah kalian dengan Al-Mahdi, ia akan dihadirkan ke tengah-tengah ummatku yang sedang terjadi perselisihan dan goncangan di antara manusia. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman. Ia diridhai oleh penghuni langit dan penghuni bumi, ia akan membagikan harta secara benar dan adil.” (Dalam Musnad Ahmad 3: 52 dan Ad-Durrul Mantsur 6: 57) 
  1. Rasulullah saw bersabda:
Al-Mahdi adalah salah seorang dari keturunanku, wajahnya seperti bintang yang bercahaya.” (Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 14, hadis ke 3866)

  1. Ath-Thabari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Isa bin Maryam (as) akan turun dan seolah-olah dari rambutnya menetes air, kemudian Al-Mahdi (sa) berkata: silakan shalat bersama manusia. Isa berkata: Sesungguhnya shalat itu didirikan untukmu, kemudian ia shalat di belakang seorang laki-laki dari keturunanku…” (Al-Hadis). Dalam Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah Ibu Hajar, 98:
Hadis ini dan yang semakna terdapat dalam kitab:
1. Kanzul Ummal, jilid 7 halaman 187, hadis ke 38673. Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri.
2. Faydh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 6 halaman 17, hadis ke 8262.
3. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 3 halaman 345, hadis ke 14310. Diriwayatkan oleh Jabir Al-Anshari.
  
  1. Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
 “Dunia ini tidak akan hancur dan berakhir sebelum berkuasa salah seorang dari Ahlu baitku, yang namanya sama dengan namaku.” ( Musnad Ahmad 1/ 376, 377; Sunan At-Turmidzi, kitab Fitan, bab 52; Sunan Abu Dawud 4/ 107)

  1. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sekiranya dunia hanya tinggal sehari niscaya Allah Azza wa Jalla akan memanjangkan masanya, sehingga seseorang dari Ahlu baitku berkuasa, menguasai pengunungan Dailam dan Qasthanthiniyah.” ( Musnad Ahmad 1/ 376, 377; Sunan At-Turmidzi, kitab Fitan, bab 52; Sunan Abu Dawud 4/ 107)

  1. Ali bin Abi Thalib (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
 “Sekiranya masa hanya tinggal sehari, niscaya Allah akan menghadirkan seorang dari Ahlul baitku, untuk memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman.” Dalam Sunan Abu Dawud jilid 27, kitab Al-Mahdi
 Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:

1. Shahih Ibnu Majah, bab jihad, bab menyebutkan Ad-Daylam. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
2. Shahih Ibu Majah, bab-bab Fitan, bab tentang keluarnya Al-Mahdi. Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib (sa).
3. Hilyatul Awliya’, Abu Na’im, jilid 3 halaman 177, hadis ke 234.
4. Dzakhair Al-Uqba, halaman 17.
5. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, As-Suyuthi, tentang surat Muhammad: 18.
6. Sunan Abu Dawud, jilid 27, kitab Al-Mahdi, hadis ke 4283. Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib (sa).
7. Mustadrak Al-Hakim, jilid 4 halaman 557. Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri. Al-Hakim berkata: hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.
8. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1 halaman 99, hadis ke 775. Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib (sa).
9. Usdul Ghabah, jilid 1 halaman 259, hadis ke 653.
10. Al-Isti’ab, Ibn Abd Al-Birr, jilid 1 halaman 85.
11. Al-Ishabah, Ibnu Hajar, jilid 7 halaman 30, hadis ke 1037.
12. Kanzul Ummal jilid 6/44, 7/186, hadis ke 31144 dan 38667.
13. Majma’ Az-Zawaid, jilid 7 halaman 316.
14. Hilyatul Awliya’, Abu Na’im, jilid 3 halaman 184, hadis ke 235.

  1. Abu Said Al-Khudri berkata: Kami khawatir akan kejadian pasca Nabi saw, lalu kami bertanya kepada Nabi saw, kemudian beliau bersabda:
Sesungguhnya Al-Mahdi akan hadir ke tengah-tengah ummatku, ia hidup lima atau tujuh atau sembilan tahun.” Kami bertanya: kapan itu terjadi? Beliau menjawab: “Beberapa tahun kemudian.” Kemudian datanglah seseorang kepada beliau seraya berkata: Ya Mahdi, berikan padaku, berikan padaku. Dalam Shahih Tirmidzi 2/36, hadis ke 2232:

  1. Abu Said Al-Khudri berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
Al-Mahdi dari keturunanku, dahinya lebar dan hidungnya mancung, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi oleh kezaliman, ia akan berkuasa selama tujuh tahun.” Dalam Sunan Abu Dawud 2/136, hadis ke 2485:

Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:

1. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 3 halaman 21, hadis ke 10779.
2. Mustadrak Al-Hakim, jilid 4 halaman 557. Al-Hakim berkata: hadis ini shahih menurut persyaratan Muslim, tetapi ia tidak meriwayatkannya.
3. Majma’ Az-Zawaid, jilid 7 halaman 315. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri.
4. Kanzul Ummal, jilid 7 halaman 189, hadis ke 38706.
5. Majma’ Az-Zawaid, jilid 7 halaman 316. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Bazzar.
6. Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 98.

  1. Khawarizmi, memetik dari Jabir bin Abdullah Ansari yang berkata,
“Aku bersama-sama dengan para hadirin yang mendengar ucapan Rasulullah SAWAW bersabda,"Yang masuk itu adalah saudaraku." Kemudian, sambil memaling ke arah Kaabah, Rasulullah SAWAW seraya memegang tangan Ali, lalu bersabda, Dia yang nyawaku ditanganNya, Ali dan pengikut-pengikutnya (Syi'ah) adalah yang bersyafa'at di Hari Pembalasan kelak." Seterusnya baginda menyambung, "Ali adalah yang paling di hadapan sekali di dalam keimanan, paling memberi perhatian penuh terhadap kehendak Allah yang paling adil di antara kamu di dalam menjatuhkan segala hukum ke atas umat, yang paling saksama di dalam membahagi-bahagikan harta antara kalian, dan yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah dari kalangan kamu." Pada peristiwa itulah ayat suci tersebut diturunkan. (Khawarizmi, "Manaqib Bab 9, ")

12. Rasulullah SAWAW  bersabda,

"Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku yang Dia mencintai empat orang ini, dan telah memberitahuku yang Dia mencintai mereka." Bila orang-orang bertanya siapakah empat orang itu, baginda menjawab,"Ali bin Abi Talib, Abu Dzar, Miqdad, dan Salman." (Abu Nuaim Isfahani di dalam "Hilyatul Awliya", Jilid I, halaman 172, dan Ibn Hajar Makki hadith yang kelima dari empat puluh hadith di dalam bukunya "Sawaiq al-Muhriqah" hadith yang telah dipetik oleh Tirmidzi dan al-Hakim, daripada Buraidah)

13. Rasulullah SAWAW bersabda

,"Syurga tidak sabar untuk tiga orang ini, Ali, Ammar dan Salman." (Ibn Hajar di dalam hadithnya nombor: 39 telah meriwayatkan dari Tirmidzi dan al-Hakim daripada Anas bin Malik)


Rasulullah SAW bersabda

” Wanita penghuni surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Firaun.(Hadis shahih riwayat Ahmad,Thabrani,Hakim,Thahawi dalam Shahih Al Jami’As Saghir no 1135 dan Silsilah Al Hadits Al Shahihah no1508).

14.         Bahwa ada malaikat yang datang menemui Rasulullah SAW dan berkata
“sesungguhnya Fathimah adalah penghulu seluruh wanita di dalam surga”.(Hadis riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak dengan sanad yang baik).

15.         Rasululah SAW bersabda kepada Fathimah

“Tidakkah Engkau senang jika Engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam” (Hadis riwayat Al Bukhari dalam kitab Al Maghazi) .

16.         Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai Fathimah, tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummat ini atau wanita mukmin”(Hadis dalam Sahih Bukhari jilid VIII, Sahih Muslim jilid VII, Sunan Ibnu Majah jilid I hlm 518 ,Musnad Ahmad bin Hanbal jilid VI hlm 282,Mustadrak Al Hakim jilid III hlm156).


17.         Rasulullah SAW bersabda

“Fathimah adalah bahagian dariku, barangsiapa yang membuatnya marah, membuatku marah!”(Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari Bab Fadhail Fathimah no 61).

18.         Rasulullah SAW bersabda

“Fathimah adalah sebahagian daripadaku; barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”(Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari kitab nikah bab Dzabb ar-Rajuli).

19.         Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata,


“Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bekehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah, lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Fathimah,Hasan dan Husain, lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW. Beliau SAW pun menutupinya dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW?. Beliau bersabda “engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan no 3871 dishahihkan oleh Syaikh Nashirudin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi).



20.         Rasulullah SAW bersabda

“Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya kembali kepadaKu di Al Haudh. (Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz III hal 148 Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa sanad hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim).

21.         Bahwa Rasulullah SAW bersabda

“Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat, Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).

Hadis Tsaqalayn dengan bermacam-macam redaksinya terdapat dalam:

1. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2, halaman 219; jilid 5, halaman 662 dan 663, no: 3786 dan 3788, Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, Bairut.
2. Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 492, no: 1878; jilid 6, halaman 232, no: 21068, 21145, dan 244.
3. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109.
4. Thabaqat Ibnu Sa’d, jilid 1, halaman 194.
5. Al-Mathalib Al-‘Aliyah, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, no hadis: 1873.
6. Mu’jam Al-Kabir, Ath-Thabrani, jilid 3, halaman 62, no hadis: 2678; jilid 5, halaman 186-187, cet. Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi.
7. Mashabih As-Sunnah, jilid 4, halaman 190, no hadis: 4816, cet. Dar Ma’rifah, Bairut tahun 1407 H.
8. Jami’ul Ushul, jilid 1, halaman 278, no hadis: 66, cet. Darul Fikr, Bairut tahun 1403 H.
9. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 90, 231, 233, cet Darul kutun ilmiyah, Bairut tahun 1414 H.
10. Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 490, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1409 H.
11. Tafsir Ar-Razi, jilid 8, halaman 173.
12. Tafsir Al-Khazin, jilid 1, halaman 277, cet Darul kutub ilmiyah, Bairut tahun 1415 H.
13. Kitab As-Sunnah oleh Ibnu Abi ‘Ashim, halaman 336, no: 754, cet. Al-Maktab Al-‘Arabi, Bairut tahun 1405 H.
14. Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 165, cet. Darul kutun al-‘Arabi, Bairut tahun 1402H.
15. Al-Jami’ush Shaghir bisyarhil Manawi, jilid 3, halaman 14.
16. Faydhul Qadir, jilid 3, halaman 14, syarah hadis ke 2631, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1391 H.
17. Jami’ul Ushul 1/ 277.
18. Sunan Al-Darimi 2/ 310
19. Sunan Al-Baihaqi 2/ 148
20. Al-Bidayah wan-Nihayah 5/ 209
21. Kasyful Astar 3/ 221
22. Tarikh Baghdad 8/ 443
23. Tarikh Ash-Shaghir 1/ 302
24. Al-Ishabah, Ibnu hajar 7/ 78, no: 4767
25. As-Sirah Al-Halabiyah 3/ 274.

Para Perawi hadis Tsaqalayn dari kalangan sahabat
1. Imam Ali bin Abi Thalib (as)
2. Imam Hasan bin Ali (as)
3. Abu Dzar Al-Ghifari
4. Salman Al-Farisi
5. Jabir bin Abdullah Al-Anshari
6. Abul Haytsim Ibnu An-Tihan
7. Hudzaifah Al-Yamani
8. Hudzaifah bin Asid Abu Syarikhah
9. Zaid bin Tsabit
10. Abu Said Al-Khudri
11. Khuzaimah bin Tsabit
12. Abdurrahman bin Auf
13. Thalhah
14. Abu Hurairah
15. Said bin Abi Waqqash
16. Abu Ayyub Al-Anshari
17. Amru bin Ash
18. Fatimah Az-Zahra’
19. Ummu Salamah Ummul mukminin
20. Ummu Hani (saudara perempuan Imam Ali as)



Para Perawi pasca sahabat:
1. Said bin Masruq Ats-Tsauri
2. Sulaiman bin Mahran Al-A’masy
3. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah
4. Muhammad bin Sa’d, shahibuth Thabaqat
5. Abi Bukar bin Abi Syaibah
6. Ibnu Rahawaih, shahibul Musnad
7. Ahmad bin Hanbal, shahibul Musnad
8. Abd bin Humaid, shahibul Musnad
9. Muslim bin Hujjaj, penulis Shahih Muslim
10. Ibnu Majah Al-Qazwini, shahibus Sunan
11. Abu Dawud, shahibus Sunan
12. At-Tirmidzi, penulis shahih Tirmidzi
13. Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad.
14. An-Nasa’i shahibush Shahih
15. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad
16. Ibnu Abi Ashim, penulis kitab As-Sunnah
17. Muhammad bin jarir, mufassir dan penulis Tarikh.
18. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam
19. Abul hasan Ad-Daraquthni Al-Baghdadi
20. Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
21. Abu Na’im Al-Isfahani
22. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan al-Kubra
23. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab
24. Al-Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad
25. Razin Al-Abdari, penulis Al-Jam’u bayna Ash-Shahhah As-Sunnah
26. Muhyissunnah Al-Baghawi, penulis Mashahihus Sunnah
27. Al-Qadhi ‘Iyad, penulis kitab Asy-Syifa’
28. Ibnu Asakir Ad-Damsiqi, penulis Tarikh Damsiq
29. Ibnu Atsir Al-Juzuri, penulis Usdul Ghabah
30. Fakhrur Razi, penulis Tafsir Al-Kabir
31. Abu Zakariya An-Nawawi, penulis syarah Shahih Muslim
32. Abul Hujjaj Al-Muzzi, penulis Tahdzibul Kamal
33. Syamsuddin Adz-Dzahabi, penulis kitab-kitab yang masyhur
34. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, pwnulis kitab Al-Mukhtarah
35. Ibnu Katsir Ad-Damsiqi, mufassir dan penulis Tarikh
36. Nuruddin Al-Haitsami, penulis kitab Majma’uz zawaid
37. Jalaluddin As-Suyuthi, penulis kitab-kitab yang terkenal
38. Syihabuddin Al-Qasthalani, pensyarah Al-Bukhari.
39. Syamsuddin Ash-Shalihi Ad-Damsiqi, murid As-Suyuthi, penulis Sirah An-Nabawiyah.
40. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Asqalani.
41. Syamsuddin Ibnu Thulul Ad-Damsiki.
42. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Shawaiqul Muhriqah
43. Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
44. Ali Al-Qari Al-Harawi.
45. Al-Mannawi, pensyarah Jamiush Shaghir.
46. Al-Halabi, penulis Sirah.
47. Dahlan, penulis Sirah.
48. Manshur bin Nashib, penulis At-Tajul Jami’ lil-Ushul.
49. An-Nabhani, penulis terkenal.
50. Al-Mubarak Yuri, pensyarah shahih Tirmidzi. 


PUNCA HADITH-E-THAQALAIN.

1. Muslim bin Hajjaj di dalam sahihnya, jilid VII, ms 122.
2. Abu Daud di dalam sahihnya;
3. Tirmidhi di dalam sunan nya, bahagian 2, ms 307;
4. Nisai di dalam ‘Khasais’ ms 30;
5. Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’, jilid III, ms 14 – 17, jilid IV, ms 26 dan 59, dan jilid V, ms 182 dan 189,
6. Hakim dalam ‘Mustadrak’, jilid III, ms 109 dan 148;
7. Hafiz Abu Nuaim Isfahani di dalam ‘Hilyatul-Auliya’, jilid I, ms 355;
8. Sibt Ibn Jauzi di dalam ‘Tadhkira,’ ms 182;
9. Ibn Athir Jazari di dalam ‘Usudul-Ghaiba’, jilid II ms 12 dan jilid III, ms 147;
10. Hamidi di dalam ‘Jama Bainas-Sahihain’;
11. Razin di dalam ‘Baina-Siha-e-Sitta’;
12. Tibrani di dalam ‘Tarikh-e-Kabir’;
13.  Dhahabi di dalam ‘Talkhis-e-Mustadrak’;
14. Ibn Abd Rabbih di dalam’ Iqdu’l-Farid’;
15. Muhammad bin Talha Shafi’i di dalam ‘Matalibu’s-Su’ul’;
16. Khatib Khawarizmi di dalam ‘Manaqib’;
17. Sulayman Balkhi Hanafi di dalam ‘Yanabiu’l-Mawadda’, ms 18, 25, 29, 30, 31, 32, 32, 34, 95, 115, 126, 199 and 230, dengan sedikit perbezaan pada perkataan;
18.Mir Seyyed Ali Hamadani di dalam ‘Mawadda’ kedua dari bukunya ‘Mawaddatu’l-Qurba’;
19. Ibn Abi’l-Hadid di dalam ‘Sharh Nahju’l-Balagha’;
20. Shablanji di dalam ‘Nuru’l-Absar’, ms 99;
21.  Nuru’d-Din bin Sabbagh Maliki di dalam ‘Fusulu’l Muhimma’, ms 25;
22. Hamwaini di dalam ‘Fara’idu’s-Simtain’;
23. Imam Tha’labi di dalam ‘Tafsir Kashfu’l-Bayan’;
24. Sam’ani dan Ibn Maghazili Shafi’i di dalam ‘Manaqib’;
25. Muhammad bin Yusuf Ganji Shafi’i di dalam Kifayatu’l-Talib’, Bab I, di dalam menyatakan sahihnya ucapan Ghadir Khum dan juga di dalam Bab 62, ms 130;
26. Muhammad bin Sa’ad Katib di dalam ‘Tabaqa’, jilid 4, ms 8;
27. Fakhru’d-Din Razi di dalam ‘Tafsir Kabir’, Volume 3, dibawah ayat Etesam, ms 18;
28. Ibn Kathir Damishqi di dalam ‘Tafsir’, jilid 4, dibawah ayat Mawadda, ms 113,
29. Ibn Hajar Makki di dalam ‘Sawa’iq-e-Muhriqa’; ms 75, 87, 90, 99 dan 136 dengan perbezaan perkataan.

 


22.       Diriwayatkan oleh Muslim di dalam sahihnya

"Dalam peperangan Khaibar. Rasulullah telah menyerahkan kepada Ali bendera (kepimpinan). Ali bertanya kepada baginda: Ya Rasulullah, berdasarkan apa aku perangi mereka? Baginda menjawab:"Perangi mereka sehingga mereka mengucapkan kalimah Asyadu An Lailaha illa-Allah wa-Asyadu Anna Muhammadar Rasulullah. Jika mereka ucapkan ini maka nyawa dan harta mereka terselamat kecuali benar-benar kerana haknya. Dan hisab mereka ada pada sisi Allah"[93]. Tetapi Abu Bakar enggan menerima hadith ini. Beliau berkata:"Demi Allah, aku akan perangi orang yang memisahkan solat dengan zakat, kerana zakat adalah haknya harta". Atau beliau berkata:"Demi Allah, jika mereka menolak memberikan kepadaku tali, sedangkan dahulunya mereka memberikannya kepada Rasulullah maka aku akan perangi mereka kerana sikap penolakannya itu". Kemudian Umar bin Khattab merasa puas dengan hujah Abu Bakar, dan berkata:"Setelah aku ketahui bahawa Abu Bakar bersungguh-sungguh di dalam rancangannya itu, maka hatiku pun terasa gembira sekali".


23.         Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda

”Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan penghuni bumi dari bahaya tenggelam di tengah lautan.Adapun Ahlul BaitKu adalah petunjuk keselamatan bagi umatKu dari perpecahan.Maka apabila ada kabilah arab yang berlawanan jalan dengan Mereka niscaya akan berpecah belah dan menjadi partai iblis”.(Hadis riwayat Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 3 hal 149, Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih sesuai persyaratan Bukhari Muslim).

24.         Sahib al-Kasysyaf   (al-Zamakhsyari) mencatatkan sebuah hadith, sabda Nabi (s.a.w):

“Fatimah (a.s) adalah kekuatan hatiku, dua cahaya matanya adalah buah hatiku, suaminya adalah sinar kedua-dua mataku.” “Semua Imam menjadi tali penghubung antara Allah dan manusia.” “Barangsiapa mencari petunjuk menerusi mereka akan dirahmati  dan diampuni, dan barangsiapa menyingkirkan diri daripada mereka akan musnah.”  Malahan Nabi (s.a.w) pernah bersabda: “Ahl al-Baytku ibarat bahtera Nabi Nuh (a.s), barangsiapa menaiki bahtera itu akan selamat.”


25.         Hanash Kanani meriwayatkan

“Aku melihat Abu Dzar memegang pintu ka’bah (baitullah)dan berkata”wahai manusia jika engkau mengenalku aku adalah yang engkau kenal,jika tidak maka aku adalah Abu Dzar.Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Ahlul BaitKu seperti perahu Nabi Nuh,barangsiapa menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka mereka akan tenggelam”.(Hadis riwayat Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 2 hal 343 dan Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih).

26.         Lebih dari seratus dari ulama telah menyebutkan hadith ini: Muslim bin Hajjaj di dalam ‘Sahih’ nya, Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’; Hafiz Abu Nuaim di dalam ‘Hilyatul-Auliya; Ibn Abdil-Birr di dalam ‘Istiab’; Abu Bakr Khatib Baghdadi di dalam ‘Tarikh-e-Baghdad’; Muhammad bin Talha Shafii di dalam ‘Matalibus-Su’uli’ Ibn Athir di dalam ‘Nihaya’; Sibt Ibn Jauzi di dalam ‘Tadhkira’; Ibn Sabbagh-e-Makki di dalam ‘Fusulu’l-Muhimma’; Allama Nuru’d-Din Samhudi di dalam ‘Ta’rikhu’l-Medina’; Seyyed Mu’min Shablanji di dalam‘Nuru’l-Absar’; Imam Fakhru’d-Din Razi di dalam ‘Tafsir-e-Mafatihu’l-Ghaib’; Jalalu’d-din Suyuti di dalam ‘Durru’l-Mansur’; Imam Tha’labi di dalam ‘Tafsir-e-Kashfu’l-Bayan’; Tabrani di dalam ‘Ausat’; Hakim di dalam ‘Mustadrak’, jilid 3, ms 151; Sulayman Balkhi Hanafi di dalam ‘Yanabiu’l-Mawadda’, bab 4; Mir Seyyed Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatu’l-Qurba’, ‘Mawadda 2’; Ibn Hajar Makki di dalam ‘Sawa’iqu’l-Muhriqa’ di bawah ayat 8; Tabari di dalam ‘Tafsir’ dan juga Sejarah; Muhammad bin Yusuf Ganji Shafi’i di dalam ‘Kifayatu’t-Talib’, Bab 100, ms 233. Rasulullah bersabda:

‘Ahli bayt ku adalah seumpama bahtera Nuh; sesiapa yang menaikinya akan terselamat; mereka yang berpaling darinya akan lemas dan sesat.’


27.         Rasulullah saw bersabda:.

“Perumpamaan Ahlul baitku seperti bahtera Nuh, barangsiapa yang menaikinya ia akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal ia akan tenggelam.” Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak menyatakan bahwa hadis ini shahih berdasarkan persyaratan Muslim.
Hadis Safinah sangat mutawatir, dan dengan bermacam-macam redaksinya hadis ini terdapat di dalam kitab:
1. Mustadrak Al-Hakim, jilid 2, halaman 343, jilid 3, halaman 151.
2. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, oleh Ibnu Hajar, halaman 184 dan 234.
3. Nizham Durar As-Samthin, oleh Az-Zarnadi Al-Hanafi, halaman 235.
4. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman 30 dan 370,cet Al-Haidariyah; halaman 27 dan 308, cet. Islambul.
5. Muhammadiyah, Mesir; halaman 111 dan 140, cet. Al-Maimaniyah, Mesir.
6. Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi Asy-Syafi’i
7. Is’afur Raghibin, oleh Ash-Shabban Asy-Syafi’I, halaman 109, cet. As-Sa’idiyah; halaman 103, cet. Al-‘Utsamniyah.
8. Faraid As-Samthin, jilid 2, halaman 246, hadis ke 519.
9. Al-Mu’jam Ash-Shaghir, oleh Ath-Thabrani, jilid 1, halaman 139.
10. Nizham Durar As-Samthin, oleh Az-Zarnadi Al-Hanafi, halaman 235.
11. Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 168.
12. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, oleh Ibnu Hajar, halaman 148 dan 234, cet. Al-Muhammadiyah; halaman 111 dan 140, cet. Al-Maimaniyah, Mesir.
13. Nurul Abshar, oleh Asy-Syablanji, halaman 104, cet. As-Sa’idiyah.
14. Manaqib Al-Imam Ali bin Abi Thalib, oleh Al-Maghazili Asy-Syafi’I, halaman 132, hadis ke: 174,175,176 dan 177, cet. Pertama, Teheran.
15. ‘Uyunul Akhbar, oleh Ibnu Qutaibah, jilid 1, halaman 211, cet. Darul Kutub Al-Mishriyah, Kairo.
16. Al-Fathul Kabir, oleh An-Nabhani, jilid 1, halaman 414; jilid 2, halaman 113.
17. Ihyaul Mayyit oleh As-Suyuthi (catatan pinggir) Al-Ittihaf, halaman 113.
18. Muntakhab Kanzul ‘Ummal (catatan pinggir) Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 95.
19. Syarh Nahjul Balghah, oleh Ibnu Abil Hadid, jilid 1, halaman 73, cet. Pertama, Mesir; jilid 1, halaman 218, cet. Mesir, dengan Tahqiq Muhammad Abul Fadhl.
20. Kunuzul Haqaiq, oleh Al-Mannawi, halaman 119, tanpa menyebutkan cetakan; halaman 141, cet. Bulaq.
21. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman: 27,28,181,183,193,261 dan 298, cet. Islambul; halaman 30,31,213,217,228,312 dan 375. cet. Al-Haidariyah.
22. Ihqaqul Haqq, oleh At-Tustari, jilid 9, halaman 270-293, cet. Teheran.
23. Muhammad wa li wa banuhu Al-Awshiya’, oleh Al-‘Askari, jilid 1, halaman 239-282, cet. Al-Adab.
24. Faraid As-Samthin, jilid 2, halaman 244, hadis 517.


Ibnu Hajar telah meriwayatkan hadith ini di dalam kitabnya al-Sawaiq al-Muhriqah dan berkata:

"Dasar keserupaan mereka dengan bahtera (NabiNuh) bermakna bahawa sesiapa yang mencintai mereka dan mengagung-agungkan mereka sebagai tanda terima kasih atas nikmat kemuliaan mereka, serta sebagai ikut bimbingan ulama mereka maka akan selamat dari kegelapan perselisihan, sementara mereka yang tidak ikut akan tenggelam di dalam lautan kekufuran nikmat dan akan celaka di bawa arus kezaliman. Adapun alasan keserupaan mereka dengan pintu pengampunan -pintu Ariha atau pintu Bayt al-Muqaddis - dengan sikap rendah hati dan memohon ampunan sebagai sebab pengampunanNya. Dan Dia juga telah menentukan untuk umat ini bahawa mencintai Ahlul Bayt Nabi SAWA sebagai sebab diampuninya mereka."


Ingin aku tanyakan Ibnu Hajar, apakah beliau di antara mereka yang ikut bahtera itu dan masuk pintu ampunan serta ikut bimbingan para ulama mereka? Atau apakah beliau di antara mereka yang mengatakan sesuatu tetapi tidak mengamalkannya, bahkan mengingkari apa yang dipercayainya. Banyak sekali mereka yang kabur ketika aku tanyakan dan berhujah dengan mereka tentang Ahlul Bayt, mereka menjawabku:
"Kami adalah orang yang lebih utama terhadap Ahlul Bayt dan Imam Ali daripada orang-orang lain, Kami menghormati mereka dan menjunjung tinggi kedudukan mereka. Tiada siapa pun yang mengingkari keutamaankeutamaan mereka".



28.         Rasulullah SAWAW bersabda,

"Kedua anakku ini adalah seperti dua kuntum bunga di dalam dunia ini, dan kedua-duanya adalah Imam sama ada secara terang-terangan mahupun secara tersembunyi, di dalam rumah.” (Khatib al-Khawarizmi di dalam "Manaqib"nya, Mir Syed Ali Hamdani Syafie di dalam "Mawaddatul Qurba"nya, Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama besar di dalam mazhab saudara, di dalam "Musnad"nya, dan Sulaiman Balkhi Hanafi di dalam "Yanabi al-Mawaddah" mencatatkan (di dalam bentuk yang lebih kurang sama)

29.         Rasulullah SAWAW bersabda

"Urusan dunia selepasku tidak akan selesai melainkan berlalunya dua belas Imam". (Sahih Muslim, Sahih Bukhari, Bab al-Imarah).

30.         Di dalam "Sahih" Muslim bin Hajjaj, Bab "Jama' Baina-Salatain fil-Hadhar" tercatat sanad-sanad yang tidak terputus yang meriwayatkan Ibn Abbas berkata,
"Rasulullah SAWAW pernah mendirikan solat Zuhr dan Asar, dan Maghrib dasn Isya' secara jamak, tidak dalam ketakutan atau apabila baginda berada di luar rumah”

31.         Ibn Abbas berkata,
"Kami menyempurnakan lapan raka'at pada solat Zuhr dan Asar, dan tujuh raka'at pada solat Maghrib dan Isya' bersama-sama Rasulullah SAWAW." (Hadith yang serupa juga telah dikutip oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam "Musnad"nya, Bahagian I, di halaman 221.)


32.         Imam Muslim mencatatkan beberapa buah hadith yang serupa. Dia meriwayatkan dari Abdullah bin Shaqiq yang menyatakan, bahawa

“… pada satu hari Abdullah bin Abbas sedang membaca khutbah bersama-sama dengan sahabat yang lain selepas solat Asar, sehingga matahari terbenam dan bintang-bintang mulai terbit. Orang ramai berteriak,"Solat! Solat!", tetapi Ibn Abbas tidak menghiraukannya. Ketika itu, seorang dari Bani Tamimi berteriak lagi,"Solat! Solat!". Ibn Abbas kemudian berkata,"Engkau mengingatkan aku tentang satu "sunnah," adapun aku sendiri telah menyaksikan Rasulullah SAWAW menjamakkan solat Zuhr dengan Asar dan solat Maghrib dengan Isya'. Abdullah bin Shaqiq berkata, dia ragu-ragu dengan kata-kata ini lalu terus menemui Abu Hurairah untuk meminta penjelasannya. Beliau mengakui apa yang telah diperkatakan oleh Ibn Abbas itu.

33.         Melalui sanad yang lain pula, Abdullah bin Shaqiq telah meriwayatkan dari Aqil, bahawa:
Abdullah bin Abbas sedang bercakap-cakap dengan beberapa orang dari atas mimbar sehingga hari telah menjadi gelap. Kemudian seorang di antara mereka berteriak tiga kali,"Solat! Solat! Solat!," dan ini menganggu Abdullah bin Abbas, lalu beliau berkata,"Awas, berani kamu mengingatkan aku tentang solat, walhal pada hari-hari bersama Rasulullah SAWAW, kami pernah menjamakkan solat Zuhr dan Asar dan solat Maghrib dan Isya.'

34.          Zarqani, salah seorang ulama saudara yang terkenal di dalam Sharh al-Muwatta Imam Malik, Bahagian I, Bab "Jamak Baina-solatain", halaman 363, memetik Nasai yang mengambil riwayat melalui Amr bin Haram Abi Shaasa, bahawa:
“Ibn Abbas berkata dia menjamakkan solat Zuhr dengan Asar dan solat Maghrib dan Isyak di Basrah dengan tiada diselangi waktu atau perbuatan yang lain di antara kedua solat tersebut. Dan beliau berkata Rasulullah SAWAW juga bersolat demikian. Juga, Muslim di dalam Sahihnya dan Malik di dalam Muwattanya Bab "Jamak Baina-solatain", dan Imam Hanbal di dalam Musnadnya mencatatkan berkenaan Ibn Abbas melalui Said bin Jubair, bahawa Rasulullah SAWAW menjamakkan solat Zuhr dan Asar di Madinah tanpa alasan ketakutan atau hujan. Abu Zubair berkata bahawa dia bertanya kepada Said kenapa Rasulullah SAWAW menjamakkan solat. Said menjawab, dia juga pernah bertanya kepada Ibn Abbas soalan yang sama. Ibn Abbas menjawab, baginda menjamakkan solat kerana tidak mahu menyusahkan umatnya. Begitu juga, di dalam hadith-hadith yang lain Ibn Abbas menyebutkan bahawa Rasulullah SAWAW menjamakkan solat Zuhr dengan Asar dan solat Maghrib dengan Isyak bukan disebabkan ketakutan atau hujan.

35.         Bukhari juga telah meriwayatkan hadith ini di dalam "Sahih"nya tetapi dengan sengaja menyisihkan hadith ini dari tempatnya "Jamak Solat". Jika saudara meneliti bab "Bab at-Takhir uz-Zuhr Ilal Asr Min Kitab al-Mawaqitus-Solat", dan "Bab az-Zikrul Isya' wal-Atmah", dan "Bab al-Waqtul Maghrib" saudara akan menemui hadith-hadith ini di situ.
  • Allamah Noori di dalam Syarh Sahih Muslim,
  • dan Asqalani, Qastani dan Zakariya al-Razi di dalam perbahasan yang telah mereka tulis berkenaan "Sahih Bukhari"
  • dan juga Zarqani di dalam syarah (ulasan) Mawatta Imam Malik dan ramai lagi ulama yang lain telah mencatatkan hadith-hadith ini. Dan selepas mencatatkan hadith Ibn Abbas ini dan mengakui akan kesahihannya, mereka menerima bahawa hadith-hadith ini adalah bukti kebenaran dan keizinan menjamakkan solat supaya umat Rasulullah SAWAW tidak dibebani dan tidak disusahkan.

36.         Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Az Zubair dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata “Nabi SAW menjama’ Zhuhur dengan Ashar di Madinah ketika tidak sedang bepergian dan tidak pula dalam kondisi takut (khawatir)”. Ia (Sa’id) berkata “Wahai Abu Al Abbas mengapa Beliau melakukan itu?”. Ibnu Abbas menjawab “Beliau ingin agar tidak memberatkan seorangpun dari umatnya”.

37.         Yunus menceritakan kepada kami, Hammad yakni Ibnu Zaid menceritakan kepada kami dari Az Zubair yakni Ibnu Khirrit dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata “Ibnu Abbas menyampaikan ceramah kepada kami setelah shalat Ashar hingga terbenamnya matahari dan terbitnya bintang-bintang, sehingga orang-orang pun mulai berseru, “Shalat, Shalat”. Maka Ibnu Abbas pun marah, Ia berkata “Apakah kalian ingin mengajariku Sunnah? Aku telah menyaksikan Rasulullah SAW menjamak Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’ “. Abdullah mengatakan “Aku merasa ada ganjalan (keberatan) pada diriku karena hal itu, lalu aku menemui Abu Hurairah, kemudian menanyakan tentang itu, ternyata Ia pun menyepakatinya”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 2269, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir).

38.         Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Az Zubair dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata
“Nabi SAW menjama’ Zhuhur dengan Ashar di Madinah ketika tidak sedang bepergian dan tidak pula dalam kondisi takut (khawatir)”. Ia(Sa’id) berkata “Wahai Abu Al Abbas mengapa Beliau melakukan itu?”. Ibnu Abbas menjawab “Beliau ingin agar tidak memberatkan seorangpun dari umatnya”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 2557, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

39.         Rasulullah SAWAW bersabda
“Aku pernah shalat di belakang Rasulullah SAW delapan rakaat secara jamak dan tujuh rakaat secara jamak”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 3467, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

40.         Rasulullah SAWAW bersabda
“Aku pernah shalat bersama Nabi SAW delapan rakaat sekaligus dan tujuh rakaat sekaligus”. Aku bertanya kepada Ibnu Abbas “Mengapa Rasulullah SAW melakukannya?”. Beliau menjawab “Dia ingin tidak memberatkan umatnya”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 3265, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

41.         Rasulullah SAWAW bersabda

“Rasulullah SAW pernah menjama’ antara shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dan antara shalat Maghrib dengan shalat Isya’ tanpa disebabkan turunnya hujan atau musafir”. Orang-orang bertanya kepada Ibnu Abbas “Wahai Abu Abbas apa maksud Rasulullah SAW mengerjakan yang demikian”. Ibnu Abbas menjawab “Untuk memberikan kemudahan bagi umatnya SAW” (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 3235, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)
42.         Mohammad bin Yusuf Kanji Syafie di dalam bukunya Kafayatul Talib dan Ibn Hajar Makki pada halaman 74 dan 93 dari bukunya "Sawaiq al-Muhriqah" serta Tabari dan Jabir bin Abdullah al-Ansari dan juga Khatib Khawarizmi di dalam "Manaqib" mereka menyebutkan, Ibn Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah SAWAW bersabda,
"Allah menjadikan tiap-tiap Nabi dari keturunan mereka sendiri tetapi keturunanku dijadikan dari keturunan Ali AS.”

43.         Syeikh Sulaiman Hanafi di dalam bukunya "Yanabiul Mawaddah" telah mengkhususkan di dalam Bab 57, di atas tajuk yang sama mencatatkan begitu banyak sekali hadith-hadith daripada kalangan mazhab saudara seperti Tabari, Hafiz Abdul Aziz Ibn Abi Syaibah, Khatib al-Baghdadi, Hakim, Baihaqi, Baghavi, dan lain-lainnya di dalam riwayat yang berbeza-beza menyatakan bahawa Hasan dan Husain AS adalah anak Rasulullah SAWAW. Di akhir tajuk yang sama juga terdapat penjelasan Abu Saleh Hafiz Abdul Aziz bin al-Akhzar, Abu Nuaim, Tabari, Ibn Hajar Makki pada halaman 112 tulisannya "Sawaiq al-Muhriqah", Mohammad bin Yusuf Kanji Syafie pada akhir bahagian I selepas halaman 100, Bab "Kifayatul Talib", serta Tabari ketika meriwayatkan kehidupan Imam Hasan AS menyatakan bahawa khalifah yang kedua,
Umar bin Khattab berkata,
"Aku mendengar Rasulullah SAWAW bersabda bahawa pada Hari Pembalasan, tiapt-tiap keturunan akan terputus sesama sendiri, melainkan keturunanku, dan tiap-tiap keturunan dari sebelah perempuan adalah daripada pihak bapa melainkan keturunan Fatimah, yang bertalian denganku sebagaimana aku adalah mereka dan keturunan mereka."

44.         Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ nya; dan Mir Seyyed Ali Hamadani shafii di dalam ‘Mawaddatil-Qurba’ pada penghujung Mawadda keempat, telah merakamkan bahawa Rasul Berkata:
Wahai Ali! Kamu harus melaksanakan tanggong jawab bagi pihak saya, dan kamu adalah wazir diatas ummah ku.’

‘Wahai Ali! Engkau adalah saudaraku, pengganti ku, wazir ku dan yang membayar hutang-hutang ku.’

46.         Abu Qasim Husain Bin Muhammad (Raghib Ispahani) di dalam ‘Mahadhiratu’l-Udaba wa Muhawaratu’sh-Shu’ara wa’l-Balagha’ (printed in Amira-e-Shazafiyya, Seyyed Husain Afandi, 1326 H.), part II, page 213, menyebutkan dari Ibn Malik Bahawa Rasul berkata:
‘Sesungguhnya , sahabat ku, penolong, wazir dan manusia pilihan yang aku tinggalkan dan akan membayar segala hutang ku dan menyempurnakan janji-janji ku adalah Ali Ibn Abi Talib.’

47.         Mir Seyyed Ali Hamadani shafii di dalam ‘Mawaddatil-Qurba’, pada permulaan Mawadda keenam, menyampaikan dari khalifa kedua, Umar bin Khattab, bahawa apabila Rasul mengadakan persaudaraan diantara para sahabat dia berkata:
‘Ali ini adalah saudaraku didunia ini dan juga diakhirat; dia adalah pengganti dari diantara kerabat ku dan wazir ku diantara ummah; dia adalah waris pada pengetahuan ku dan pembayar kepada hutang-hutang ku; apa saja dia berhutang kepada ku, aku berhutang kepada dia. Keuntungan dia, keuntungan ku, kerugian dia, kerugian ku; sesiapa sahabatnya, sahabatku; sesiapa musuhnya, musuh ku.’

48.         Mir Seyyed Ali Hamadani shafii di dalam ‘Mawaddatil-Qurba’, pada permulaan Mawadda keenam menyebutkan hadith dari Anas bin Malik, Pada penghujungnya dia berkata bahawa Rasul berkata:
‘Dia [Ali] adalah wazir dan penolong ku.’

49.         Muhammad bin Ghanji shafii menyebutkan hadith dari Abu Dharr di dalam bukunya ‘Kiyafatut-Talib’ bahawa Rasul telah berkata:
‘Panji-panji Ali, Amirul Mukminin, ketua muka yang bersinar dan wazir ku, akan datang kepada ku pada pancutan kauthar.’

50.         Baihaqi, Khatib Khawarizmi dan Ibn Maghazili shafii menulis di dalam ‘Manaqib’ mereka bahawa Rasul berkata kepada Ali:
‘Adalah tidak wajar saya berpisah dengan manusia tanpa kamu menjadi pengganti ku oleh kerana kamu adalah pilihan diantara yang beriman selepas ku.’

51.          Imam Abu Abdur-Rahman Nisai, salah seorang Imam dari keenam buku siha hadith, menyatakan dengan mendalam dari Ibn Abbas mengenai kemuliaan Ali dengan kaitan hadith 23 di dalam ‘Khasaisul-Alawi’. Selepas menjelaskan kedudukan Nabi Harun. Rasul berkata kepada Ali:
‘Kamu adalah wazir selepas ku untuk setiap yang beriman.’ Hadith ini dan lainnya yang mana Rasul menggunkan rangkap ‘sesudah ku’ dengan jelas membuktikan bahawa Ali adalah pengganti selepasnya.

52.         Terdapat ‘Hadith pada kejadian’ yang telah disampaikan dalam cara yang berbeza. Imam Ahmad bin Hanbal di dalam ‘Musnad’ nya, Mir Seyyed Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatul-Qurba’, ibn Maghazili shafii di dalam ‘Manaqib’ dan Dailami di dalam ‘Firdaus’ telah menyebutkan dari Rasul sebagai berkata:
Saya dan Ali telah dijadikan dari cahaya ilahi yang sama 14 000 tahun sebelum jadinya Adam. Dan dari generasi Nabi Adam melalui keturunannya yang suci, cahaya itu di warisi oleh Abdul-Muttalib, dan darinya cahaya itu telah terbahagi diantara Abdullah [bapa Rasul] dan Abu Talib [bapa Ali]. Aku diberikan Kerasulan dan Ali diberikan khalifa.

53.         Hafiz Abu Jafar Muhammad bin Jarir Tabari [mati 310 H] menulis di dalam ‘Kitabul-Wilaya’ bahawa Rasul berkata pada permulaan ucapannya yang termashur di Ghadir-e-Khum:
‘Malaikat Jibril telah menyampaikan perintah Allah kepada ku bahawa aku berhenti pada tempat ini dan memberitahu kepada manusia yang Ali Ibn Abi Talib adalah saudara ku, pengganti ku, khalifa selepas aku. Wahai manusia! Allah telah menjadikan Ali wali kamu, dan Imam. Patuh kepadanya adalah wajib keatas setiap kamu; arahannya yang utama; ucapannya adalah benar; kutukan keatas mereka yang menentang beliau; rahmat Allah keatas mereka yang bersahabat dengannya.’

54.         Sheikh Sulayman Balkhi di dalam ‘Yanabiul-Mawadda’ melaporkan dari ‘Manaqib’ Ahmad, dan dia dari Ibn Abbas, sebuah hadith yang menjelaskan kebanyakkan dari kemuliaan Ali. Saya sebutkan semuanya. Ibn Abbas menyatakan bahawa Rasul berkata:
‘Wahai Ali, kamu adalah pembawa pengetahuan ku, wali dan sahabat ku, pengganti ku, pewaris pengetahuan ku, dan khalifa ku. Kamu adalah pemegang amanah dari nabi-nabi yang terdahulu. Kamu adalah kepercayaan Allah diatas dunia ini dan bukti terhadap segala kejadian. Kamu adalah penegak Iman, dan pemelihara Islam. Kamu adalah pelita di dalam kegelapan, cahaya petunjuk, dan untuk manusia didunia kamu adalah panji-panji yang dijulang. Wahai Ali sesiapa yang mengikuti kamu akan selamat; siapa yang engkar akan sesat, kamu adalah cara yang bercahaya dan jalan yang lurus, kamu adalah pemimpin orang yang bersih, ketua mereka yang beriman, kepada sesiapa aku ketuanya, kamu adalah juga ketuanya, dan aku adalah ketua bagi semua yang beriman lelaki dan wanita. Hanya mereka sahabat kamu yang dilahirkan dari ikatan perkahwinan yang sah. Allah tidak mengangkat aku kelangit untuk berkata dengan ku dan memberitahu ku: ‘Wahai Muhammad sampaikan salam ku kepada Ali dan beritahu dia bahawa dia adalah Imam kepada sahabat Ku dan pelita bagi yang menyembah Ku,’ tahniah kepada mu Wahai Ali, terhadap kecemerlangan ini.’

55.         Abu Muayyid Muwafiqud-Din, penyampai terbaik dari Khawarizmi, di dalam bukunya ‘Fazail Amirul Mukminin, dicetak dalam tahun 1313 H, Bab XIX, ms 240, menyebutkan dari punca yang melaporkan bahawa Rasul telah berkata:
‘Apabila aku sampai ke Sidratul-Muntaha, saya telah ditanya seperti berikut: ‘Wahai Muhammad! Apabila kamu menguji manusia, siapakah yang kamu dapati yang paling patuh? Saya berkata: ‘Ali.’ Allah berkata: ‘Kamu telah berkata benar, Muhammad.’ Kemudian Dia berkata: ‘Sudahkah kamu memilih wazir yang akan menyampaikan pengetahuan kepada manusia, dan mengajar hamba Ku dari kitab Ku dari perkara yang mereka tidak tahu? Saya berkata: ‘Wahai Allah, sesiapa yang Kamu pilih, saya akan pilih.’ Dia berkata: ‘Saya telah memilih Ali untuk mu. Ia adalah Amirul Mukminin yang tiada siapa yang sama taraf dengan nya diantara pengikut dan penggantinya.’

56.         Nizzam Basri, telah mengakui fakta ini. Salahud-Din Safdi di dalam bukunya ‘Wafa Bil-Wafiyya’, yang berkaitan dengan Ibrahim bin Sayyar bin Hani Basri, dikenali sebagai Nizzam Mutazali, berkata:
‘Rasul Allah mengesahkan Imami Ali dan melantiknya sebagai Imam. Para sahabat Rasul juga menyedari mengenainya, tetapi Umar, disebabkan oleh Abu Bakr, telah menutupi Imamnya Ali dengan penghadang.’

57.         Adalah jelas dari buku kamu, hadith dan penghuraian al-Quran bahawa Ali menduduki kemuliaan yang tertinggi. Khatib Khawarizmi melaporkan dari Ibn Abbas di dalam ‘Manaqib’, Muhammad bin Yusuf Ghanji shafii di dalam ‘Kifayatut-Talib’, Sibt Ibn Jauzi di dalam ‘Tadhkira’, Ibn Sabbagh Maliki di dalam “Fusulul-Mawadda’, Sulayman Balkhi Hanafi di dalam ‘Yanabiul-Mawadda dan Mir Seyyed Ali Hamadani di dalam ‘Mawaddatul-Qurba’, Mawadda V, disebutkan dari khalifa kedua, Umar bin Khattab – kesemuanya mengesahkan dengan sedikit perbezaan perkataan – bahawa Rasul berkata:
‘Jika semua pokok adalah pena, jika semua lautan adalah dakwat, jika semua jinn dan manusia adalah penulis – namun kemuliaan Ali Ibn Abi Talib tidak dapat dicatitkan.’

58.         Rasulullah bersabda,
“Ana madinatul ilmu wa ‘Aliyyun Babuha. Aku adalah Kota ilmu dan Ali pintunya.”
 Imam Ali bin Abi Thalib k.w
Hadis riwayat beliau (Ali) telah diriwayatkan oleh banyak ulama’ Ahlusunnah, di antaranya: Suwaid ibn Said Al Hadatsani. Imam Ahmad ibn Hambal, Abbad ibn YA’qub Ar Rawajani, Imam At Turmudzi, Abu Bakr Al Baghundi, Muhammad ibn Al Mudzaffar Al Wasithi, Ibnu Syaadzaan Al Harbi, Al Hakim Abu Abdillah AnNisaburi, Ibnu Murdawaih, Abu Nu’aim Al Ishbahani, Abu Ghalib Muhammad ibn Ahmad ibn Sahl (Ibnu Busyrân), Ibnu Maghzili Al Wasiithi, Ahmad ibn Muhammad Al Ashimi, Ibnu Al Atsir, Ibnu Najjar Al Baghdadi, Sibth Ibn Jawzi, Muhammad ibn Yusuf Al Kinji, Muhibbuddin Ath Thabari Asy Syafi’i, Syihabbudin Ahmad. Jalaluddin As Suyuthi, Nuruddin As Samhudi, Ibnu Hajar Al Makki Asy Syafi’i, Ali Al Muttaqi Al Hindi, Ibrahim Al Washshabi Al Yamani, Syeikh ibn Abdullah Al Idrus Al Yamani, Ahmad Al Makki Asy Syafi’i.
 Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib
Hadits dari beliau diriwayatkan oleh Al Qanduzi Al Hanafi.

Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib
Hadis dari beliau telah diriwayatkan oleh: Ibnu Mardawaih Al Isbahani, Ibnu Busyran Al Wasithi, Ibnu AL Maghazili, Al Ashimi, Ibnu Najjar Al Baghdadi, Dan Al Qandizi Al Hanafi.
 Ibnu Abbas
Hadis darinya ra.. telah diriwayatkan oleh: Yahya ibn Main, Ibnu Fahd Al Baghdadi, Abu Al Abbas Al Asham, Ibnu Numair Al Qanthuri, Ibnu Jarir Ath Thabari, Abu AL Qasim Ath Thabarani, Abu Syeikh Al Isbahani, Al Hakim An Nisaburi, Ibnu Murdawaih Al Isbahani, Al Baihaqi, Al Khathib Al Baghdadi, Ibnu Abdil Barr Al Qurthubi, Ibnu Al Maghazili, Abu Ali Al Baihaqi, Ahmad ibn Muhammad Al ‘Ashimi, Akhthab Al Khawarizmi Al Makki, Ibnu Al Atsir, Al Kinji Asy Syafi’i, Al Hamawaini, Jamaluddin Az Zarandi, Ibnu Hajar Al Asqallani, As Suyuthi, As Samhudi, Al Muttaqi Al Hindi, Al Munnawi, dan puluhan lainnya.
Jabir bin Abdullah al-Anshari
Hadits darinya diriwayatkan oleh: Abdur Razzaq Ash Shan’ani, Al Bazzar, Ath Thabarani, Al Qaffal Al Syasyi, Ibnu As Saqqa Al Wasithi, Al Hakim An Nisaburi, Abu AL Hasan Al Aththar Asy Syafi’i, Al Khathib Al Baghdadi, Ibnu Maghazili, Syirawaih Ad Dailami, Syahr Daar Ad Dailami, Ibnu ‘Asakir Ad Dimasyqi, Al Kinji Asy Syafi’i, Ali Al Hamdani, Ibnu Al Jazari Asy Syafi’i, Ibnu Hajar AL Asqallani, As Suyuthi, As Samhudi, Ibnu Hajar Al Haitami Al Makki, Al Muttaqi Al Hindi, Al Munnawi, dan banyak selain mereka.
  Abdullah ibn Mas’ud
Hadis darinya diriwayatkan oleh: Sayyid Ali Al Hamdani, Syeikh Sulaiman Al Qanduzi Al Hanafi.
 Hudzaifah ibn Yaman
Hadis darinya diriwayatkan oleh Ibnu Al Maghazli dan kemudian dikutip oleh Al Qanduzi.
  Abdullah ibn Umar
Hadis darinya diriwayatkan oleh: Ath Thabarani, Al Hakim, Ibnu Hajar Al Makki, Syeikh Al Idrus Al Yamani, Mirza Muhammad Al badkhisyani, Syeikh Muhammad Ash Shabban, Maulawi Muhammad Mubin Al Laknawi, Maulawi Tsanaullah Pani Pati, Maulawi Waliullah Al Laknawi, Al Qanduzi.
 Anas ibn Malik
Hadis darinya telah diriwayatkan oleh: Sayyid Ali Al Hamdani, Syeikh Sulaiman Al Qanduzi Al Hanafi.

Amr ibn Al ‘Aash
Hadis darinya telah diriwayatkan oleh Akhthab Al Khawarizmi Al Makki.
 Hadits Madinatul ilmu ini juga telah diriwayatkan oleh banyak kalangan tabi’in. Berikut nama-nama mereka: Imam Ali Zainal Abidin ibn Husain as, Imam Muhammad ibn Ali Al Baqir as, Al Ashbugh ibn Nubatah Al Handhali Al Kufi, Jarir Adh Dhabbi, Al Harits ibn Abdillah Al Hamdani Al Kufi, Sa’ad ibn Tharif Al Handhali Al Kufi, Said ibn Jubair Al Asadi Al Kufi, Salamah ibn Kuhail Al Hadhrami Al Kufi, Sulaiman ibn Muhran Al Kufi (yang dikenal dengan nama Al A’masy), ‘Ashim ibn Dhmarah As Saluli Al Kufi, Abdullah ibn Utsman ibn Khutsaim Al Qari Al Makki, Abdurrahman ibn Utsman At Tamimi al Madani, Abdurrahman ibn Usailah Al Muradi Abu Abdillah Ash Shanabaji, Muijahid ibn Jabr Abu Al Hajjaj Al Makhzumi Al Makki.
 Hadis ini telah disahihkan oleh puluhan ulama Ahlusunnah yang berkompeten dalam penilaian hadis Nabi saw., di antara mereka adalah:
1.            Al-Hafidz Abu Zakaria Yahya bin Ma’in (W.233 H) sebagaimana disebutkan oleh al-Khatib, Abu al-Hajjaj dan Ibnu Hajar dan lain-lain.
2.            Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari (W.310 H) sebagaimana dalam kitab Tahdzibul Atsar.
3.            Abu Abdillah al-Hakim (W.405 H)
4.            Al-Hafidz Abu Muhammad al-Hasan al-Samarqandi (W.491 H) dalam kitab Bahr al-Asamid
5.            Majduddin al-Fairuz Abadi (W.816 H) dalam al-Naqdu al-Shahih.
6.            Jalaluddin al-Suyuthi (W.911 H) dalam Jam’i al-Jawami’.
7.            Sayyid Muhammad al-Bukhari, seperti dalam kitab Tadzkirat al-Abrar
8.            Al-Amir Muhammad al-Yamani al-Shan’aa’i (W.1182 H) dalam kitabnya al-Raudhah al-Nadiyyah.
9.            Abu Salim Muhammad bin Thalhal al-Quraisyi (W. 652 H.}.
10.         Abu al-Mudhaffar Yusuf bin Qazawaghli (W.654 H).
11.         Al-Hafidz Shalahuddin al-Ala’i (W.761 H).
12.         Syamsuddin Muhammad al-Jazari (W.833 H).
13.         Syamsuddin Muhammad al-Sakhawi (W.902 H).
14.         Fadlullah bin Ruzbahan al-Syirazi, Al-Muttaqi al-Hindi (W.975 H).
15.         Mirza Muhammad al Badkhisyani
16.         Mirza Muhammad Shadrul Alam.
17.         Tsama’ullah Pani Pati al Handi
18.         Al Mawlawi Hasannuz Zamaan. 
Selain mereka yang menegaskan kesahihan hadis ini, banyak para ulama yang menggolongkannya sebagai hadis hasan secara mutlak, atau pada sebagai jalur-jalurnya, dan di antara mereka adalah adalah para ulama yang telah saya sebut sebelumnya hal tersebut terjadi karena pada awal mula ia menggolongkannya hasan kemudian terbukti bahwa ia sahih atau karena pada sebagai jalurnya ia hasan dan pada sebagian lainhya sahih, seperti yang dinyatakan Al Kunji.
 Di bawah ini akan saya sebutkan nama-nama sebagian mereka:
1.            At Turmudzi, sebagai diriwayatkan Abdul Haq Ad Dahlawi dalam kitab Al Lama’ât-nya, Al Kunji Asy Syafi’i. Tentang hadis riwayat Ibnu Abbas ia berkata, “Hadis hasan ’âlin (tinggi, pendek sanadnya).
2.            Shalahuddin Al Ala’i, Badruddin Az Zarkasyi, seperti disebutkan Al Munnawi dan Syeikh Hasanuz Zaman, Majduddin Asy Syirazi dalam kitab Naqd ash Shahih.
3.            Ibnu Hajar Al Asqallani dalam Fatawa-nya dan dalam jawaban beliau tentang status beberapa hadis kitab Mashabih As Sunnah karya Al Baghawi
4.            As Sakhawi dalam kitab Al Maqâshid Al Hasanah ketika mengomentari hadis Ibnu Abbas.
5.            Jalauddin As Suyuthi dalam Tarikh Al Khulâfâ’ dan buku-bukunya yang lain.
6.            As Samhudi. Ia menyebut pensahihan Al Hakim dan keterangan Al ‘Ala’i dan Ibnu Hajar sebagai hadis hasan kemudian ia diam tidak berkomentar apapun tentangnya. Jadi dapat dipastikan bahwa paling tidak ia menyakininya sebagai hadis hasan.
7.            Muhammad ibn Yusuf Asy Syami Al Shalihi dalam Subul Al Huda wa Ar Rasyaad.
8.            Abu Hasan Ali ibn Arrâq dalam Tanzîh asy Syari’ah.
9.            Ibnu Hajar Al Haitami Al makki dalam Shawâiq, Al Minah Al Makkiyah dan Tathhir al Janân.
10.         Muhammad ibn Thahir al Tanti dalam Tadzkirah Al Maudhu’ât.
11.         Mulla Ali Al Qâri dalam A Mirqât.
12.         Al Munnawi dalam Faidh Al Qadîr, Muhammad Al Hijazi Asy Sya’rani, Abdul Haq Ad Dahlawi dalam Al Lama’ât.
13.         Al Azizi dalam As Sirâj Al Munîr.
14.         Ali ibn Ali Asy Syibramulisi dalam Taisîr Al Mathâlib As Saniyyah.
15.         Az Zarqâni dalam syarah Al Mawâhib Al Ladduniyah.
16.         Al Shabban dalam Is’âf Ar Raghibîn.
17.         Asy Syawkani dalam Al Fawâid Al Majmû’ah.
18.         Hasan ibn Ali Al Muhaddis dalam Tafrîj Al Ahbâb
Catatan: Pensahihan Ibnu Ma’in terhadap hadis ini menjadi pijakan bagi para ulama dalam menilai hadis tersebut dikarenakan Ibnu Ma’in adalah tokoh utama dalam al jarh wa at ta’dîl. Pensahihan Ibnu Ma’in dapat Anda baca dalam kitan Tahdzîb al Kamâl, Tahdzîb at Tahdzîb, ketika menyebut biodata Abdus Salâm ibn Shalih al Harawi, dan Jam’u al Jawâmi’, Faidh al Qadîr, al Fawâid al Majmû’ah, dll.
  
Rasulullah saw bersabda:
“Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang ingin memasuki kota ilmu maka datanglah pada pintunya.”
“Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang ingin memasuki rumah, maka masuklah melalui pintunya.”
“Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang menginginkan ilmu maka datanglah ke pintunya.”
“Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang menginginkan ilmu, maka datanglah pada pintu kota itu.”
“Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang menginginkan ilmu maka datanglah melalui pintunya.”
“Barangsiapa yang menghendaki ilmu maka datanglah pada pintunya. Barangsiapa yang datang tidak melalui pintunya maka ia tergolong pencuri dan menjadi bagian dari pasukan iblis.”
Al-Hakim menyebutkan dalam kitabnya Al-Mustadrak, bersanad dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Aku kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang ingin ke kota itu maka datanglah pada pintunya.” Al-Hakim mengatakan: sanad hadis ini shahih, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan.
“Wahai Ali, aku kota hikmah dan kamu adalah pintunya. Tidak akan sampai pada kota hikmah kecuali melalui pintunya.”
Hadis Kota Ilmu dengan bermacam-macam redaksinya terdapat dalam:

1. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 126.
2. Tarikh Baghdad, Al-Khathib, jilid 2, halaman 377.
3. Ash-Shawa’iqul Muhriqag, Ibnu Hajar, halaman 183, cet Istambul.
4. Yanabi’ul Mawaddah, halaman 37.
5. Al-Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, jilid 7, halaman 357.
6. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi Al-Hindi, catatan kaki Musnad Ahmad jilid 5, halaman 30
7. Al-Isti’ab, Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 461.
8. Ar-Riyadh An-Nadhrah, jilid 2, halaman 193.
9. Dzakhairul Uqba, halaman 77.
10. Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abil Hadid, jilid 2, halaman 236.
11. Kifayah Ath-Thalib, Al-Kanji Asy-Syafi’i, halaman 99.
12. Talkhish Al-Mustadrak, Adz-Dzahabi, jilid 3, halaman 126.
13. Lisanul Mizan, Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 1, halaman 432.
14. Tahdzib Adz-Tahdzib, jilid 6, halaman 320.
15. Fathul Kabir, An-Nabhani, jilid 1, halaman 276.
16. Tarikh Al-Khulafa’, As-Suyuthi, halaman 170.
17. Jami’ush Shaghir, jilid 1, halaman 364.


59.         Nabi SAW bersabda,
“Ketika aku sedang berdiri, tiba-tiba datang sekumpulan orang yang aku kenali. Lalu seorang daripada kami keluar dan berkata:Marilah. Aku pun bertanya:Kemana? Maka dia menjawab: Ke neraka. Demi Allah! Apa kesalahan mereka. Dia menjawab: Mereka (sahabat) telah murtad selepas anda (meninggal) dan berpaling ke belakang. Dan aku melihat bahawa tidak terlepas daripada mereka melainkan sebilangan unta yang terpisah dari penggembalanya.
(al-Bukhari, Sahih, IV, hlm. 94-96; Muslim, Sahih, VII, hlm. 66)

No comments:

Post a Comment