Tuesday, October 11, 2011

Jangan Biarkan Matahari Iraq Mecairkannya!


Prof.Dr.KH.JALALUDDIN RAKHMAT
ALKISAH, seorang pemburu ular pergi ke gunung untuk menangkap ular dengan mantra-mantranya. Setelah menjelajah gunung-gunung yang tinggi, ia sampai ke puncak gunung yang bersalju. Di sana, ia menemukan seekor ular besar terbujur kaku seperti sebongkah kayu. Tubuhnya membeku dan tampaknya sudah mati kedinginan. Tidak ada gerak sama sekali. 

Dengan sukacita, ia memikul ular itu seperti memikul tiang rumah. Pada hari pasar, ia membawa ular itu ke Baghdad. Di perempatan jalan raya, di tepi sungai Tigris ia membuka tempat pertunjukan. Ia berteriak, “Aku membawa ular naga yang mati, setelah pemburuan yang penuh kesulitan.” Berita menyebar ke seluruh penjuru, pemburu ular sudah menangkap naga. Berbondong-bondong orang datang, membayar tiket masuk, dan menanti dibukanya selimut yang menutup naga. Pemburu ular juga setia menanti sampai lebih banyak orang hadir. Makin banyak orang hadir, makin banyak uang masuk. 

Perlahan-lahan ia menyingkapkan tumpukan selimut yang menutup tubuh naga. Semua mata memandang dengan tegang. Naga itu diikat dengan tali yang sangat kuat. Terdengar jeritan takjub. Matahari Baghdad memanaskan semua makhluk, termasuk penonton dan ular naga. Perlahan-lahan salju yang menutup naga mencair. Ular besar itu menggeliat. Orang-orang menjerit ketakutan. Ular itu terbangun dari tidurnya yang lama. Dengan mulutnya yang besar, ia menyuapkan ke dalam gerahamnya apa pun yang dekat dengannya. Ia menyempurnakan buka puasanya dengan melahap sang pemburu ular dan meremukkan tulang-tulangnya. 

Begitulah kisah Jalaluddin Rumi yang diceritakannya dalam Buku III Matsnawi. Rumi mengakhirinya dengan untaian puisi berikut: 

Ular naga itu nafsumu: Mana mungkin ia mati?
Ia hanya beku karena miskin dan sakit hati. 
 Jika ia menjadi Firaun dengan segala kekayaannya
sehingga seluruh air Nil mengalir karena perintahnya
Ia akan mulai benar-benar bertindak seperti Firaun
Membabat ratusan orang seperti Musa dan Harun
Ular naga menjadi ulat kecil, karena sengsara
Lalat menjadi garuda, karena kaya dan kuasa
Biarkan ular itu dipisahkan salju dari keinginannya
Awas, jangan biarkan matahari Iraq mencairkannya. 

Dalam setiap diri kita tersembunyi ular naga. Bintang buas yang sangat berbahaya. Setiap saat ia mengancam keselamatan kita dan semua makhluk di sekitar kita. Para sufi menyebut naga itu hawa (desires). Dalam bahasa Indonesia, kita menggabungkannya dengan nafsu. Hawa nafsu adalah hasrat untuk memperoleh kenikmatan badani, sensual pleasure. Para psikolog, sambil merujuk pada Freud, menyebutnya sebagai pusat energi yang bersembunyi dalam gudang bawah sadar kita yang bernama Id. Seperti cairan panas magma dalam perut bumi, setiap saat Id bisa meledak, dengan mengabaikan Ego (kemampuan kita untuk melihat realitas) dan memberontak Superego (norma atau aturan hidup). 

Apa yang tersimpan dalam magma Id? Salah satu di antaranya, dan menurut Freud yang paling penting, adalah seks. Anda boleh jadi seorang yang pemalu, pendiam, sangat sopan,dan agak pengecut dalam hubungan dengan kawan lain jenis. Tiba-tiba Anda ketiban bintang dari langit. Seorang kawan yang cantik, seksi, agresif jatuh cinta kepada Anda. Ia menarik Anda ke tempat yang sepi, sehingga benteng malu –yang menurut Nabi saw adalah benteng iman- roboh. Perilakunya yang ceria dan cara bicaranya yang menyenangkan membuka kunci mulut Anda. Ajaib, Anda mulai berani bahkan mengucapkan kata-kata yang tidak layak disampaikan kepada orang lain. Anda menjadi sangat pemberani, malah mulai kurang ajar. Ketahuilah, tali yang mengikat naga sudah terurai. Kawan Anda telah memancarkan panas yang mencairkan salju, yang menutup hawa nafsu. 

Penyair Burdah memperingatkan Anda, “Dan nafsu, seperti bayi, jika kamu biarkan dia, dia sangat bergairah untuk menyusu, tapi kalau kamu menyapihnya, ia akan berhenti.” Mampukah Anda mengendalikan “binatang buas” yang sudah terlepas dari talinya itu? Insya Allah, mampu; dengan satu syarat, Anda sudah terlatih untuk mengendalikannya. Kalau Anda sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, Anda bukan hanya sekedar binatang menyusui. Anda sedang menjadi manusia, makhluk yang dapat bergerak jauh ke luar batas-batas tabiatnya. Anda bahkan dapat menjadi malaikat. 

Pada suatu hari Nabi Muhammad saw ikut menikmati pertandingan gulat di antara anak-anak muda Madinah. Ia memberikan apresiasi kepada pelaku olah raga yang keras ini. Setelah itu, ia bersabda, “Orang yang hebat itu bukanlah orang yang dengan mudah membantingkan kawannya. Orang kuat adalah orang yang mampu menguasai nafsunya ketika ia marah.” 

Dalam hadits riwayat Bukhari, Nabi Muhammad saw mengisahkan tiga orang yang terjebak dalam sebuah gua. Mereka meminta tolong kepada Tuhan dengan menyebutkan amal salehnya. Yang pertama mengatakan pengabdiannya kepada orangtuanya, sehingga ia dan anak-anaknya menahan lapar, tidak hendak makan sebelum kedua orangtuanya makan. Yang kedua menuturkan seorang atasan yang menyimpan uang hak pegawainya dan memutarnya dalam bisnis yang menguntungkan pegawainya itu. Yang ketiga menceritakan lelaki yang dapat mengendalikan dirinya ketika ia sudah hampir melakukan kemaksiatan dengan perempuan yang dicintainya.

Kekasih Allah bukanlah dia yang tidak pernah mendapat godaan. Kekasih Allah adalah dia yang berhasil menepis godaan itu dengan kendali dirinya. Dia yang berhasil membekukan kembali ular naga itu dan mengikatnya dengan kekuatan imannya. 

Kemampuan itu tidak bisa diperoleh dengan mudah. Ia memerlukan latihan. Berlatihlah mengendalikan rasa lapar, dahaga, dan hawa nafsu lainnya. Mulailah puasa kamu dengan niat menundukkan dirimu hanya kepada perintah Yang Mahakuasa. 

Azydehaa raa daar dar barf-e firaaq, hiin maksy U raa beh khursyid-e Iraaq (Biarkan ular itu dipisahkan salju dari keinginannya. Awas, jangan biarkan matahari Iraq mecairkannya!).

No comments:

Post a Comment