Tuesday, October 11, 2011

Dibayar (dengan) Segelas Susu


1 04 2011
Oleh KH JALALUDDIN RAKHMAT
“Seorang anak muda yang sangat miskin bekerja sebagai wiraniaga untuk membiayai uang kuliahnya. Pada suatu hari, ia sangat bingung karena ia hanya punya uang sepuluh sen saja, padahal ia sangat kelaparan.

Ia memberanikan dirinya untuk minta makan pada tetangganya, tapi ia gugup ketika seorang nyonya yang perlente membuka pintu. Ia tidak jadi minta makanan. Ia minta segelas air saja.

Perempuan itu merasa bahwa anak muda itu dalam kesusahan. Ia berikan kepadanya segelas susu. Ia minum perlahan-lahan. Ia bertanya, “Berapa?”

“Anda tidak perlu bayar apa pun?” kata perempuan itu, “Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima apa pun buat perbuatan baik.”

“Kalau begitu, terimakasih saya yang setulus-tulusnya,” katanya. Ketika anak muda itu meninggalkan rumah itu, ia merasa lebih bahagia dan keimanannya kepada Tuhan serta kepercayaannya kepada umat manusia menjadi lebih kuat.
Bertahun-tahun kemudian, nyonya yang baik itu jatuh sakit. Dokter-dokter tidak tahu persis apa penyakit yang dideritanya. Ia dikirim ke rumah sakit dan diserahkan kepada anak muda dulu yang kini sudah menjadi dokter. Ketika ia mendengar nama kota asal pasiennya, matanya bersinar dan mulai menduga-duga siapa dia.

Ia mulai merawatnya dan segera mengenal sang nyonya. Ia bekerja keras untuk menyelamatkan nyawanya. Akhirnya, setelah perjuangan yang berat, perempuan itu sembuh.

Dokter itu meminta administrasi rumah sakit untuk menyampaikan kepadanya tagihan untuk ia setujui. Ia memperbaiki tagihan itu dan menandatanganinya. Di atas tagihan biaya rumah sakit itu ia menuliskan catatan kecil. Ia krimkan kembali kepada pasiennya.

Perempuan itu tahu ia harus membayar tagihan itu selama sisa usianya. Walaupun ia bahagia karena telah disembuhkan, ia juga khawatir tidak bisa membayarnya. Ia membuka amplop dan terkejut ketika membaca tulisan di atas surat tagihan itu: “Tagihan ini sudah dibayar bertahun-tahun yang lalu dengan segelas susu- dr Howard.”
Tangisan kebahagiaan membasahi mukanya. Ia bersyukur kepada Tuhan dan berterimakasih kepada dokter muda itu akan balasan kebaikannya.”

Cerita di atas dikirim ke alamat email saya. Pengirimnya adalah bagian dari organisasi internasional untuk menyebarkan kebaikan, The Random Acts of kindness Foundation. Saya terharu dengan perilaku perempuan elegan itu yang berempati dengan derita orang miskin yang tidak dikenalnya. Saya lebih terharu lagi dengan dokter muda yang menjadi tangan Tuhan; untuk membalas kebaikan sekecil apa pun dengan berlipat ganda.

“Apalagi balasan perbuatan baik selain perbuatan baik lagi,” firman Tuhan. “Sesungguhnya Allah selalu menolong seorang hamba yang selalu menolong orang lain,” kata Nabi Muhammad saw. Alam ini diatur oleh hukum resiprositas, hukum balas- membalas. Sapa orang dengan tatapan kasih, dan ia akan menjawabmu dengan pelukan. Makilah kawan-kawanmu, dan mereka akan menyebarkan keburukanmu.

Mungkin Anda akan mengajukan keberatan. Mengapa orang yang kita bantu sering membalas air susu dengan air tuba? Pada saat seperti itu, ingatlah bahwa Tuhan tidak memilih orang itu sebagai tanganNya untuk membalas kebaikan Anda. Tapi ia pasti memilih tangan lain yang akan datang padamu dari orang yang tepat pada saat yang tepat.

Saya ingat kawan saya yang terkenal sangat dermawan. Pada waktu kecil, ayahnya mengumpulkan anak-anak miskin di kampungnya. Ia mendidik dan membesarkan mereka dengan dananya sendiri. Setiap hari ia harus bekerja sangat keras, sehingga sering melupakan anaknya sendiri. Ketika ia mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri, pada saat-saat kritis ia selalu memperoleh pertolongan dari orang-orang yang tidak dikenalnya. Tentu saja mereka bukan anak-anak asuh bapaknya. Tapi tetap saja mereka adalah tangan-tangan Tuhan yang dikrimkan kepadanya pada saat yang tepat.

Pada khotbahnya menyambut bulan Ramadhan, Nabi saw bersabda: “Sayangilah anak-anak yatim orang lain, nanti Tuhan akan sayang pada anak-anak yatim yang kamu tinggalkan. Bersedekahlah walaupun dengan seteguk air atau sebutir kurma.” Ia sedang mengajarkan kepada kita hukum reprositas.

I500 tahun sesudah itu, puluhan ribu mil jauhnya dari negeri Nabi, seorang dosen Fakultas Kedokteran di Case Western University membiayai dan melakukan penelitian-penelitian tentang manfaat memberi atau bersedekah bagi pelakunya. Ia telah menjadi tangan Tuhan untuk membuktikan kebenaran sabda Nabi. Dengarkan kata-katanya: “Kamu ingin bahagia? Dicintai? Selamat? Sejahtera? Kamu ingin ketemu orang pada saat-saat kritis dan percaya pada dukungannya? Kamu ingin kehangatan hubungan yang sejati? Kamu ingin berjalan di dunia setiap hari dengan yakin bahwa inilah dunia yang penuh kebaikan dan harapan? Aku punya satu jawaban: Memberi. Berilah setiap hari, walaupun dalam jumlah kecil. Kamu akan hidup lebih bahagia. Berilah dan kamu akan lebih sehat. Berilah dan kamu akan berusia lebih panjang.” Dr Stephen Post, dosen itu, menuliskan hasil penelitiannya yang disimpulkan dalam judul bukunya Why Good Things Happen to Good People.

No comments:

Post a Comment