6 05 2011
Oleh JALALUDDIN RAKHMAT
Alkisah, seorang tokoh sufi bernama Malik bin Dinar pada mulanya adalah seorang ahli maksiat. Waktu itu pekerjaannya setiap hari ialah mabuk minuman keras. Suatu saat ia ditanya oleh seseorang, ”Apa yang menyebabkan kamu kembali kepada jalan yang benar?”
Malik bin Dinar menjawab dengan cerita, ”Dahulu aku mempunyai anak perempuan yang amat aku sayangi. Setiap hari pekerjaanku meminum arak. Dan setiap saat aku hendak meminum arak, tangan anakku selalu menepiskan minuman itu; seolah-olah ia melarang aku untuk meminumnya. Sampai suatu saat anakku meninggal dunia.”
“Aku berduka luar biasa. Dalam keadaan duka aku tertidur dan bermimpi seakan-akan aku berada di padang Mahsyar. Aku seperti berada di tengah-tengah orang yang kebingungan. Dalam keadaan bingung itu, aku melihat sosok seekor ular yang sangat besar. Ular itu bergerak dan mengejarku. Aku lari menghindar. Di tengah jalan, aku berjumpa dengan seorang tua yang berwajah amat jernih. Aku berhenti di samping orang tua itu dan meminta kepadanya perlindungan.”
“Orang tua itu jatuh iba kepadaku. Sambil menangis ia berkata, ’Aku ingin sekali menolongmu tetapi aku terlalu lemah.’ Karena rasa takut yang mencekam segera aku pergi dari sisi orang tua itu dan sampailah aku pada tepian neraka jahanam. Hampir saja aku loncat ke dalamnya karena ketakutan. Tetapi saat itu aku mendengar suara, Tempatmu bukan di sana. Dalam keadaan lemah aku berlari mendekati orang tua tadi untuk meminta pertolongannya lagi, tapi ia hanya menjawab, ’Aku tak bisa menolongmu karena aku terlalu lemah. Berangkatlah ke bukit Amanah, mungkin di sana ada titipan buatmu.’”
“Aku berangkat menuju tempat itu, di sana aku bertemu dengan banyak anak kecil yang berwajah sangat indah. Tiba-tiba aku melihat anakku sendiri, ia mendekatiku dan memegang tanganku seraya berkata, ’Inilah bapakku.’
Lalu dengan tangannya yang lain dia mengusir ular besar itu. “Kemudian anak itu berkata, ’Apakah belum datang kepada orang beriman untuk takut kepada Allah?’
Aku bertanya kepadanya, ’Apakah kamu bisa membaca Al-Quran?’
Anakku menjawab, ’Pengetahuanku tentang Al-Quran di sini lebih baik daripada pengetahuan bapak.’
Aku menanyakan padanya perihal orang tua yang berwajah jernih. Ia menjawab, ’Dia adalah amal saleh yang setiap hari bapak lakukan. Karena amal saleh bapak sedikit, amal itu menjadi lemah dan tidak sanggup membantu bapak.’
Aku bertanya lagi, ‘Lalu siapakah ular itu?’
Anakku menjawab, ’Itulah maksiat yang setiap hari bapak perkuat tenaganya karena dosa yang bapak lakukan.’”
“Sejak itu, kalau aku berbuat maksiat aku selalu ingat bahwa hal itu akan memperkuat ular berbisa yang menakutkan. Dan setiap kali aku lelah dalam beramal saleh, aku ingat bahwa hal itu akan memperlemah amal salehku.”
Cerita Malik bin Dinar itu sesuai dengan hadis yang menunjukkan bahwa amal-amal kita akan hadir di hadapan kita. Percayalah, kita akan di temani dua makhluk, makhluk yang baik dan buruk. Keduanya akan bertarung di alam barzakh. Kalau makhluk yang baik itu menang, terusirlah makhluk yang buruk dan kita akan ditemani di alam barzakh oleh makhluk yang baik. Sebaliknya, amal jelek pun bisa mengusir amal yang baik. Kita semua percaya bahwa amal saleh yang kita lakukan jauh lebih sedikit daripada amal salah yang sering kita perbuat.
Oleh sebab itu, kita bisa menduga bahwa di alam barzakh nanti yang paling banyak menemani kita adalah amal buruk kita. Malang betul kita semua, bila di alam barzakh itu kita hanya mengandalkan amal saleh yang kita lakukan. Oleh karena itu, karena kasih-Nya kepada kita, Allah swt memberi wewenang kepada Rasulullah saw untuk memberi syafa’at. Alangkah bahagianya kita di alam barzakh nanti ketika makhluk yang menakutkan berdesakan mengelilingi kita dan amal baik sudah terusir dari kita, lalu datanglah syafa’at Rasulullah saw. Dan makhluk jelek itu pun tersingkir sehingga kita hanya ditemani oleh amal saleh kita sampai hari akhir. Tidak ada kebahagiaan yang paling besar selain memperoleh syafa’at Rasulullah saw.
Sebuah hadis Nabi saw, yang diriwayatkan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Al-Rûh, menceritakan apa yang akan terjadi ketika kita meninggal dunia.
Waktu itu para sahabat sedang berada di sekitar pemakaman. Rasulullah saw datang menemui mereka. Lalu Rasulullah bercerita: Apabila seorang mukmin meninggal dunia, sejauh-jauh penglihatan akan terdapat para malaikat (yang menjemput jenazah mukmin itu). Para malaikat itu berbaris sementara malaikat maut duduk dekat kepala si Mukmin dan berkata, ”Hai ruh yang indah, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridaan-Nya.” Ruh itu keluar dari jasadnya dengan amat mudah seperti keluarnya tetesan air dari wadahnya. Malaikat maut mengambil ruh itu dan tidak melepaskan dari tangannya sekejap mata pun. Dari ruh itu keluar bau semerbak yang memenuhi seluruh alam malakut. Ketika ruh jenazah itu lewat, para malaikat bertanya, ”Siapakah ruh ini?” Malaikat maut menjawab, ”Inilah ruh Fulan bin Fulan.”
Dibawalah ia ke langit untuk menghadap Allah swt dan diterima oleh Allah dengan segala keridaan-Nya. Kemudian ia dikembalikan lagi ke alam barzakh.
Saat itu datang malaikat yang bertanya, “Siapa Tuhanmu dan siapa yang diutus untuk datang kepadamu?”
Ia menjawab, “Tuhanku adalah Allah dan utusan yang datang kepadaku adalah Rasulullah.”
Malaikat melanjutkan pertanyaannya, “Dari mana kau tahu tentang Rasulullah?”
Ia menjawab, “Aku mengetahuinya dari Al-Kitab, aku beriman dan mencintainya.”
Mendengar jawab hamba Allah yang saleh itu terdengarlah suara keras dari langit.
Rasulullah melanjutkan ceritanya: Namun apabila seorang kafir atau ahli maksiat meninggal dunia, turunlah malaikat ke bumi dengan wajah yang menakutkan. Malaikat maut duduk di samping kepalanya dan berkata, ”Hai jiwa yang kotor, keluarlah kamu menuju kemurkaan Allah dan azab-Nya.” Betapa susah ruh itu keluar dari jasadnya, sampai-sampai seluruh tubuhnya seakan-akan pecah berkeping-keping. Ketika malaikat memegang ruh orang kafir itu, bau menyengat seperti bangkai keluar dari ruh itu memenuhi seluruh alam malakut. Para malaikat bertanya, “Siapakah ruh yang busuk itu?” Disebutlah ia dengan nama yang paling jelek yang ia peroleh di dunia ini. Ia dibawa ke langit tetapi pintu-pintu langit tertutup rapat baginya.
Jenazahnya dilemparkan ke bumi. Ketika malaikat mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya, ia tak sanggup menjawab pertanyaan itu dengan baik. Maka disempitkanlah kuburannya sesempit-sempitnya. Setelah itu datanglah makhluk yang wajahnya sangat menakutkan dengan bau yang sangat menjijikkan. Ruh kafir itu bertanya, “Siapakah engkau?” Makhluk itu menjawab, ”Akulah amal burukmu dan aku akan menemanimu sejak barzakh sampai mahsyar nanti.” Naudzubillah min dzalik.
No comments:
Post a Comment