Imam ali itu kalau berbicara pendek-pendek. Imam
ali bersabda. Saya pernah menyampaikan “imam ali bersabda”, di facebook.
Ada yang protes, “Hah imam ali bersabda? Siapa sih imam ali itu kok bersabda.”
Mungkin kalau dia mendengar Hamengkubuono bersabda akan tercengang juga, “Hah
Hamengkubuono bersabda?” menurut dia, yang bersabda itu hanya tuhan saja. Ya
Allah, tuhan itu kan menciptakan, ada yang pintar, ada yang bodoh. Tapi kok
bisa ya, ada orang yang sebodoh ini.
Tabarokollah ahsanul shodiqin. Maha mulia Allah, pencipta yang
paling baik, sampai dia berhasil menciptakan makhluk yang begitu bodoh yang
tersinggung karena mendengar imam ali bersabda. Imam ali bersabda : “a’zhamul
bala’I, inqitha’ur raja’I bencana paling besar’.” Kata a’zhamul bala’I
terdiri dari alif, ‘ain, dho, mim, alif lam, ba, lam alif, hamzah.
a’zhamul bala’I, inqitha’ur
raja’i
a’zhamul bala’I, inqitha’ur
raja’i
a’zhamul bala’I, inqitha’ur
raja’i
berikut adalah susunan kata-kata dari imam ali:
harapan (al-raja’), putus (inqitha’), bencana (balaa), paling besar (‘azham).
Jadi, bencana yang paling besar adalah kalau orang sudah putus harapan.
Kalau kita sudah kehilanggan harapan, datanglah
bencana yang paling besar, sampai-sampai kehidupan pun tidak bisa kita nikmati.
Orang itu sudah kalah, sudah putus asa. Orang yang sudah putus asa, air yang
dingin pun, tidak berasa nikmat. Semuanya tidak enak.
Dalam peribahasa sunda disebutkan cai asa tuak
bari, kejo asa catang bobo. Cai asa tuak bari artinya air pun terasa
seperti tuak yang sudah basi. Inginya muntah terus. Kejo asa catang bobo artinya
nasi terasa seperti kaya yang sudah lapuk. Bayangkan makan kayu yang sudah
lapuk. Makan nasi terasa kayu yang sudah lapuk. Itula cirri-ciri orang yang
sudah putus asa atau putus harapan. Dia juga sudah tidak bisa menikmati
humor-humor. Apalagi humor-humor di televise, saya saja yang tidak putus asa,
susah ketawa dengan humor-humor di televise itu. Sehingga saya harus mengecek
juga, apakah saya sudah kehilanggan harapan. Saya malah sering tertawa bila
membaca sms yang lucu-lucu. Malah, lebih banyak tertawa ketika menyaksikan ulah
pemimpin politik di negeri ini. Saya tertawa, ketika membaca berita tentak pak
susno duaji. Ini malah berita yang menyenangkan dan menarik. Kita melihat
banyak sekali humor yang diperankan para pemimpin kita.
Jadi, orang yang sudah putus asa, tidak menikmati
lagi air dan nasi. Bahkan kalau ada orang yang melawak di hadapanya pun, dia
tidak bisa tetawa. Malah berkata, apanya yang lucu?” saya lebih senang istilah
cucu saya, funny aki, funny aki. Lalu saya katakana, you are funny, kamu yang
lucu. Artinya saya masih mempunyai harapan. Kalau anak-anak pun sudah tidak
lucu lagi, kalau melihat anak-anak itu kita ingin menggetok saja, itu berarti
sudah menjadi orang putus harapan (inqitha’ur raja’).
Bencana yang paling besar ialah
apabila sudah putus harapan
Dimulai di inggris, ada seorang pendeta, melakukan
kebaktian (mengaji) setiap ahad di gereja. Ia menyarankan bagaimana kalau kita
membuka jalur telepon terbuka “bencana yang paling besar apabila orang sudah
putus harapan” dan berkonsentrasi untuk membuka konsultasi kepada
orang-orang yang cenderung bunuh diri. Biasanya orang cenderung bunuh diri
karena frustasi, stress yang berkepanjangan, depresi, atau menghadapi masalah,
yang menurut dia tidak ada jalan keluarnya, sehingga merasa terputus masa
depanya. Karena itu, kita harus membuka jalur-jalur komunikasi dengan
orang-orang yang suicide-prone cenderung bunuh diri.
Jadi singkat cerita, pendeta itu setelah kebaktian
setiap ahad membuka forum dialog. Dia mengmumkan, barang siapa yang siap-siap
bunuh diri silakan bercerrita kepada ki Romonya, kepada pendetanya. Ternyata,
setelah pengmuman itu banyak sekali orang berdatangan. Karena banyak orang yang
datang, maka ada orang yang mengatur tamu, resepsionis. Mareka tidak bisa lang
sung berkonsultasi.
Di tempat pendeta ini untungnya ada resepsionis,
sehingga tamu-tamu itu satu-satu bergilir. Apalagi inggris, itu negeri yang
terkenal rapi. Rakyat di sana selal antri. Saya kira, bangsa yang rapi dalam
antri adalah orang inggris. Bangsa yang ceroboh dalam antri, rakyat Indonesia.
Istri saya pernah menjadi saksi tentang begitu
rapinya rakyat di inggris. Saya dan istri pernah suatu saat keluar dari underground,
kereta api bawah tanah. Kereta api bawah tanah menyusuri di bawah kota London.
Selesai menumpang kereta api bawah tanah, kita kalau keluar ke atas, ada suatu
tempat yang tangganya itu paling tinggi, namanya piccadily. Saya dengan
istri berjalan menuju tangga itu. Tiba-tiba istri saya melihat tali sepatunya
terlepas. Jadi dia membetulkan dulu tali sepatunya di tangga itu. Dia tenang
saja memperbaiki tali sepatu di depan tangga. Ketika dia lihat ke belakang, apa
yang terjadi? Barisan orang sdah memanjang. Orang inggris tidak ada yang lewat
untuk permisi. Tidak ada misalnya mengatakan, “please, excuse me!”
semuanya antri menunggu. Tertahan langkahnya oleh istri saya. Samapai saya
katakana kepadanya, “udah, lihat itu di belakang.”
Orang inggris itu selalu antri, apakah di tempat
tunggu, di tempat parker, di halte bus. Orang yang paling depan, dia yang
duluan masuk. Yang belakangan datang, dia bebaris di belakangnya. Di sana itu
tidak ada yang datang belakangan langsung meloncat atau menyalip. Satu demi
satu masuk bus. Pakah pernah kita menyaksikan orang antri masuk angkot? “tidak
ada.”
Tentang orang yang berniat bunuh diri itu, mereka
juga antri menunggu giliran mereka antri untuk ketemu pendeta. Sementara mereka
belum bertemu dengan para pendetanya, ada sukarelawan untuk mengajak ngobrol
mereka. Sambil menunggu giliran, mereka diajak ngobrol. Para sukarelawan itu
Cuma mendengarkan curhat mereka. Mendengar saja, tidak mengasih komentar, juga
tidak member nasihat. Jadi, tempat curhatlah. Ajaibnya, banyak di antara
peserta itu tidak jadi ketemu pendeta dan tidak jadi juga bunuh diri. Mereka
pulang dalam keadaan tenang. Hanya karena ada orang yang mau mendengarkan
curhatnya, sudah menjadi obat bagi mereka. Akhirnya, berdirilah organisasi
untuk mencegah bunuh diri namanya the saritans. Sekarang organisasi in sudah
tersebar di seluruh dunia.
Menyambungkan Harapan
Para psikiater itu malah meminta kepada saya,
untuk mengurus orang-orang yang mau bunuh diri. Tapi sayang, terlalu banyak
yang saya urus. Jangankan mengurus orang yang bunuh diri, yang mau membunuh
saya juga belum saya urus. Itu lebih penting daripada orang yang bunuh diri.
Nah orang bunuh diri itu obatnya Cuma satu yaitu “sambungkan lagi harapanya
yang terputus”. Dengan mengajaknya ngobrol kita menyadarkan dia bahwa
sebetulnya ia masih mempunyai masa depan, karena “putusnya masa depan adalah
bencana yang paling besar”. Karena itu, baca kalaimat berikut sebanyak tiga
kali sampai hapal benar.
a’zhamul bala’I, inqitha’ur
raja’I bencana
yang paling besar adalah putusnya harapan
a’zhamul bala’I, inqitha’ur
raja’I bencana
yang paling besar adalah putusnya harapan
a’zhamul bala’I, inqitha’ur
raja’I bencana
yang paling besar adalah putusnya harapan
pembaca sebaiknya menghapal kalimat, a’zhamul
bala’I, inqitha’ur raja’I bencana yang paling besar adalah putusnya
harapan, kita juga putus harapan akan akhirat, putus harapan aka kasih sayag
Allah SWT. Ternyata orang yang bunuh diri itu tidak selalu bodoh. Bahkan ini
menarik, menurut suatu penelitian, kebanyakan yang bunuh diri itu orang cerdas.
Kalau saudara ingin disebut cerdas, cobalah bunuh diri saja.
Saya teringat pengalaman dulu. Saya mengajar ngaji
di kampong saya. Ada murid saya yang cerdas. Dia diterima di perguruan tinggi
negeri. Padahal ibunya hanya berjualan di pasar. Selain di pasar, ibunya
berjualan juga di pinggir-pinggir jalan. Orang kecilah, tapi anaknya bisa masuk
unpad, jurusan ilmu pasti (Eksakta). Anak itu murid yang cerdas. Dia sering
datang ke rumah saya.
Suatu saat saya, saya sedang sibuk menulis. Dulu
tidak ada computer, saya menulis masih memakai mesin tik. Dia datang menemui
saya. “maaf, saya lagi sibuk, besok saja,” kata saya. Tidak lama setelah itu,
saya mendengar dia bunuh diri, dengan meloncat ke rel kereta api dan akhirnya
tergilas kereta. Sejak itu saya menyesal. Kenapa say tidak meluangkan waktu
untuk mendengarkan curhat dia walaupun sebentar saja. Mungkin dia tidak
akan jadi bunuh diri. Atau mungkin dia sekarang sudah menjadi sarjana. Beberapa
tahun setelah itu, kami bertemu dengan ibunya di pasar. Ibunya menangis melihat
kami.
Anak itu sebetulnya mengalami stre. Tapi stresnya
itu bukan karena hal lain. Stresna itu karena cerdas. Ada untungnya. Semakin
bodoh semakin berkurang stres. Mengapa? Karena orang bodoh tidak membayangkan
masa depan. Dia mengikuti apa yang terjadi. Orang yang cerdas itu berpikir
tentang masa depan nya. “aduh nanti saya bagaimana? Cari pekerjaan dimana?”
orang yang berpikir tentang masa depan berarti cerdas.
Saya teringat cerita salah seorang ustad, lupa
namanya. Ia menceritakan kisah ini ada seseorang naik pesawat terbang.
Tiba-tiba diumumkan bahwa sebentar lagi penumpang akan menghadapi turbulence
“goncangan”. Itu semacam goncangan badai di udara. Semua orang panik. Ada
yang membaca doa. Ada yang memejamkan mata . ada yang pucat pasi. Tetapi, ada
seseorang di situ tenang-tenang saja. Dia begitu tenang. Goncangan-goncangan
yang kemudian terjadi, dianggap biasa. Mungkin juga dia sering naik truk
shingga biasa berada di antara goncangan. Ya, dia biasa saja tidak cemas
sedikit pun. Akhirnya turbulence pun reda.
Beberapa saat kemudian diumumkan bahwa pesawat
akan melakukan pendaratan darurat. Semua penumpang ketakautan lagi. Dan begitu
mendarat, semuanya selamat, semuanya gembira kecuali orang itu. Dia malah
heran, tadi betitu kelihatan menderita, sekarang malah bergembira, semua orang
saling berpelukan. Dia saja yang tidak berpelukan sama sekali. Kalaupun ikut
berpelukan, dia tidak sebahagia yang lain. Mengapa? Karena pengumuman itu
disampaikan dalam bahasa inggris dan dialah satu-satunya tidak paham bahasa
inggris.
Itulah untungnya menjadi orang bodoh. Menjadi
orang bodoh itu tidak mencemaskan masa depan karena dia tidak mengetahuiny.
Jadi sebenarnya, bunuh diri tidak ada hubunganya dengan bodoh an sich. Bunuh
diri ada hubunganya dengan “bodoh” yang tidak mengetahui masa depan”. Yang
bunuh diri itu bisa orang cerdas dan bisa juga orang bodoh. Salah satu
obatnya ialah sambungkan kembali harapanya yang terputus karena bencana
yang paling besar adalah putusnya harapan.
A’zhamul bala-I, inqitha’ur
raja-I,
bencana yang paling besar adalah putusnya harapan. “harapan” dalam bahasa
arabnya arroja.
Masih ada Harapan
Saya ingin membacakan hadits yang menurut saya,
sangat memberika harapan kepada kita. Telah datang seorang lelaki dan dari
A’rab. Dia menemui nabi Rasulullah SAW. Wahai Rasulullah saya ini tidak puasa
kecuali satu bulan saya yaitu di bulan puasa. Aku tidak menambah dari situ dan
aku juga tidak sholat kecuali sholat yang lima waktu saja. Tidak menambah dari
puasa ke puasa, ramadhan saja. Dan dalam hartaku juga tidak ada harta yang bisa
disedekahkan atau dipakai haji atau dipakai sunah. Dimana saya nanti kalau saya
meninggal dunia.
Jadi seorang lelaki dari dusun atau kampong dalam
bahasa arabnya disebut A’rab. Bangsa arab dari kampung itu disebut A’rab. Orang
dari kampung itu disebut A’rab. Walaupun sekarang ini yang memerintahkan
Saudi sebenarnya dari kampung semua, dari gurun Nejd.
Saya ini puasanya satu bulan saja kalaupun saya
puasa di bulan lain itu hanya qodho. Jadi puasanya itu tetap di bulan puasa
aja. Aku tidak menambah dari situ dan aku juga tidak sholat kecuali sholat yang
lima waktu saja tidak menambah dari puasa, hanya puasa ramadhan saja. Sholat
hanya sholat lima waktu saja dan dalam hartaku juga tidak ada harta yang bisa
disedekahkan atau dipakai haji atau dipakai sunah. Aku ini orang miskin.
Hartaku tidak cukup bersedekah juga. Kemudian orang itu berkata “Dimana saya
nanti kalau saya meninggal dunia ?”
Fatabassama Rasulullah saw.
Sesudah membaca hadits ini, terbayanglah wajah
nabi SAW. Nabi sedsang memberikan pengajian di sebuah majelis. Datang orang
bertanya kepada nabi. “ Ya Rasulullah, saya ini orang yang ibadanya sedikit,
puasanya hanya puasanya bulan ramadhan. Sholat pun yang wajib-wajibnya saja.”
Kemudian dia bertanya, ayng hanya memandang masa depanya saja. “dimana saya
nanti kalau saya meninggal dunia ?”
Dan tersenyumlah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW
itu jangan dibayangkan orangnya keras, seram, seperti front pembela islam (FPI)
atau laksana pejuang-pejuang islam seperti itu. Wajah Rasulullah itu lembut.
Suaranya jugqa sangat lembut. Dan beliau itu banyak tersenyum. Kalau ditanya
dia menjawab dengan tersenyum. Saya membayangkan, sekiranya Rasulullah berada
di mimbar ini.
Memang Rasulullah itu banyak sekali tersenyum. Bassaman
berarti banyak tersenyum. Dsalam bahasa arab, bassam artinya orang
banyak tersenyum. Di negeri arab, banyak anak diberi nama bassam. Di Indonesia
tidak begitu popular nama anak bassam. Mungkin kalau disingkat namanya menjadi
“asam”. Jadi bassam atau bassama artinya orang yang mudah tersenyum. Rasulullah
itu terkenal karena banyak senyum.
Pernah datang kepada saya dulu, seorang utusan
dari hizbullah, libanon. Dia datang ke rumah. Oragnya masih muda. Orang
hizbullah, cakep lagi orang nya. Orang itu kan kalau cakep atau cantik tidak
tersenyum pun kelihatanya tersenyum. Tetapi kalau orang yang tidak cantik atau
tidak cakep.. (saya tidak akan meneruskan kalimatnya.) apalagi kalau yang cakep
ini senang tersenyum. Sewaktu saya Tanya, “ismak asy-syarif?” (nama anda
siapa?) “bassam”, jawabnya seraya tersenyum. Pantes anda senyum terus.
Dan dia menjawab saya dengan senyuman.
Saya pernah terpikir untuk mengumpulkan lagi
hadits-hadits tentang, pa yang menyebabkan rasul banyak senyum, untuk dijadikan
sebuah buku. Mungkin judulnya “tersenyumlah sang Rasulullah” sehingga menjadi
satu buku lagi. Padalah buku yang berjudul “mengapa engkau menangis, ya
Rasulullah?” belum jadi-jadi juga. Sementara saudara menunggu-nunggu buku
tersebut. Karena itu, saudara rajin-rajinlah ke pangajian ini. Mudah-mudahan
tiba-tiba terbit dan langsung dibagikan kepada saudara.
Makanya saya katakana kepada ustadz Miftah nanti
jangan diberitahukan kapan buku ini terbit, supaya setiap hari ahad banyak yang
datang untuk mengaji. Kita akan tiba-tiba saja membagikanya. Bial buku itu
terbit, saudara-saudaralah yang pertama kali memperoleh buku itu secara gratis.
Saya tidak tahu apa ini janji atau niat. Kalau niat tidak dilaksanakan dapat
pahala, kata para ustadz. Kalau niat buruk tidak dilaksanakan,d dia tidak dapat
siksa. Padalah niat buruk tidak dilaksanakan juga tetap dapat hukumanya.
Orang itu datang kepada nabi, “ Ya Rasulullah, say
ini tidask banyak puasa kecuali yang wajib saja shalatpun yang wajib saja. Saya
pun tidak bisa membayar shadaqah karena saya ini tidak punya harta untuk
bersedekah, untuk haji apalagi, juga untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah (tathawusu).
Nanti dimana saya kalau saya meninggal ? mendengar pertanyaan seperti itu,
Rasulullah SAW berkata, “kamau bersamaku disurga.”
Saya perhatikan ini sabda nabi. Sekiranya saya
orang arab dari dusun itu pasti kelengger mendapatkan jawaban nabi yang pendek.
Dimana nanti saya ya Rasulullah kalau saya meninggal dunia. Apa kata Rasulullah
? “benar nanti kamu bersamaku,” kata Rasulullah. Jadi kamu itu nanti
bersamaku.coba bayangkan dia ini ibadahnya kurang. Shalat hanya yang wajib
saja. Lalu puasa juga hanya yang wajib saja. Tetapi digabungkan dengan Rasulullah
sAllahu alaihi wasallam yang ibadahnya bukan main. Yang amal ibadahnya luar
biasa. “kamu bersamaku,” Rasulullah mengatakan sambil tersenyum.
Sekiranya saudara datang kepada Rasulullah lalu
Rasulullah berkata kepada saudara, “betul kamu akan bersamaku.” Pingsan kita
karena kebahagian yang luar biasa. Kita akhirnya tidak mendengar pembicaraan
berikutnya dari nabi SAW.
Diambil
dari buku ustad jalal, agar tidak putus asa, Insyallah terbit
pertengahan tahun.
(Prof
Dr. Jalaluddin Rakhmat)
No comments:
Post a Comment