(dipetik dari situs secondprince.wordpress)
Mereka yang mengkritik Syiah telah membawakan riwayat-riwayat yang ada dalam kitab rujukan Syiah yaitu Al Kafi dalam karya-karya mereka seraya mereka berkata Kitab Al Kafi di sisi Syiah sama seperti Shahih Bukhari di sisi Sunni. Tujuan mereka berkata seperti itu adalah sederhana yaitu untuk mengelabui mereka yang awam yang tidak tahu-menahu tentang Al Kafi. Atau jika memang mereka tidak bertujuan seperti itu berarti Mereka lah yang terkelabui.
Dengan kata-kata seperti itu maka orang-orang yang membaca karya mereka akan percaya bahwa riwayat apa saja dalam Al Kafi adalah shahih atau benar sama seperti hadis dalam Shahih Bukhari yang semuanya didakwa shahih. Mereka yang mengkritik Syiah atau lebih tepatnya menghakimi Syiah itu adalah Dr Abdul Mun’im Al Nimr dalam karyanya(terjemahan Ali Mustafa Yaqub) Syiah, Imam Mahdi dan Duruz Sejarah dan Fakta, Ihsan Illahi Zahir dalam karyanya Baina Al Sunnah Wal Syiah, Mamduh Farhan Al Buhairi dalam karyanya Gen Syiah dan lain-lain.
Tidak diragukan lagi bahwa karya-karya mereka memuat riwayat-riwayat dalam kitab rujukan Syiah sendiri seperti Al Kafi tanpa penjelasan pada para pembacanya apakah riwayat tersebut shahih atau tidak di sisi Ulama Syiah. Karya-karya mereka ini jelas menjadi rujukan oleh orang-orang(termasuk oleh mereka yang menamakan dirinya salafi) untuk mengkafirkan atau menyatakan bahwa Syiah sesat.
Sungguh sangat disayangkan, karena kenyataan yang sebenarnya adalah Al Kafi di sisi Syiah tidak sama kedudukannya dengan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Al Kafi memang menjadi rujukan oleh ulama Syiah tetapi tidak ada ulama Syiah yang dapat membuktikan bahwa semua riwayat Al Kafi shahih. Dalam mengambil hadis sebagai rujukan, ulama syiah akan menilai kedudukan hadisnya baru menetapkan fatwa. Hal ini jelas berbeda dengan Shahih Bukhari dimana Bukhari sendiri menyatakan bahwa semua hadisnya adalah shahih, dan sudah menjadi ijma ulama(sunni tentunya) bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih setelah Al Quran.
Kedudukan Shahih Bukhari
Shahih Bukhari adalah kitab hadis Sunni yang ditulis oleh Bukhari yang memuat 7275 hadis. Jumlah ini telah diseleksi sendiri oleh Bukhari dari 600.000 hadis yang diperolehnya dari 90.000 guru. Kitab ini ditulis dalam waktu 16 tahun yang terdiri dari 100 kitab dan 3450 bab. Hasil seleksi Bukhari dalam Shahih Bukhari ini telah Beliau nyatakan sendiri sebagai hadis yang shahih.
Bukhari berkata “Saya tidak memasukkan ke kitab Jami’ ini kecuali yang shahih dan saya telah meninggalkan hadis-hadis shahih lain karena takut panjang” (Tahdzib Al Kamal 24/442).
Bukhari hidup pada abad ke-3 H, karya Beliau Shahih Bukhari pada awalnya mendapat kritikan oleh Abu Ali Al Ghassani dan Ad Daruquthni, bahkan Ad Daruquthni menulis kitab khusus Al Istidrakat Wa Al Tatabbu’ yang mengkritik 200 hadis shahih yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Tetapi karya Ad Daruquthni ini telah dijawab oleh An Nawawi dan Ibnu Hajar dalam Hady Al Sari dan Fath Al Bari.
An Nawawi dan Ibnu Shalah yang hidup pada abad ke-7 adalah ulama yang pertama kali memproklamirkan bahwa Shahih Bukhari adalah kitab yang paling otentik sesudah Al Quran. Tidak ada satupun ulama ahli hadis saat itu yang membantah pernyataan ini. Bahkan 2 abad kemudian pernyataan ini justru dilegalisir oleh Ibnu Hajar Al Asqallani dalam kitabnya Hady Al Sari dan sekali lagi tidak ada yang membantah pernyataan ini. Oleh karenanya adalah wajar kalau dinyatakan bahwa ulama-ulama sunni telah sepakat bahwa semua hadis Bukhari adalah shahih. (lihat Imam Bukhari dan Metodologi Kritik Dalam Ilmu Hadis oleh Ali Mustafa Yaqub hal 41-45).
Kedudukan Al Kafi
Al Kafi adalah kitab hadis Syiah yang ditulis oleh Syaikh Abu Ja’far Al Kulaini pada abad ke 4 H. Kitab ini ditulis selama 20 tahun yang memuat 16.199 hadis. Al Kulaini tidak seperti Al Bukhari yang menseleksi hadis yang ia tulis. Di Al Kafi, Al Kulaini menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari orang yang mengaku mengikuti para Imam Ahlul Bait as. Jadi Al Kulaini hanyalah sebagai pengumpul hadis-hadis dari Ahlul Bait as. Tidak ada sedikitpun pernyataan Al Kulaini bahwa semua hadis yang dia kumpulkan adalah otentik. Oleh karena Itulah ulama-ulama sesudah Beliau telah menseleksi hadis ini dan menentukan kedududkan setiap hadisnya.
Di antara ulama syiah tersebut adalah Allamah Al Hilli yang telah mengelompokkan hadis-hadis Al Kafi menjadi shahih, muwatstsaq, hasan dan dhaif. Pada awalnya usaha ini ditentang oleh sekelompok orang yang disebut kaum Akhbariyah. Kelompok ini yang dipimpin oleh Mulla Amin Astarabadi menentang habis-habisan Allamah Al Hilli karena Mulla Amin beranggapan bahwa setiap hadis dalam Kutub Arba’ah termasuk Al Kafi semuanya otentik. Sayangnya usaha ini tidak memiliki dasar sama sekali. Oleh karena itu banyak ulama-ulama syiah baik sezaman atau setelah Allamah Al Hilli seperti Syaikh At Thusi, Syaikh Mufid, Syaikh Murtadha Al Anshari dan lain-lain lebih sepakat dengan Allamah Al Hilli dan mereka menentang keras pernyataan kelompok Akhbariyah tersebut. (lihat Prinsip-prinsip Ijtihad Antara Sunnah dan Syiah oleh Murtadha Muthahhari hal 23-30).
Dari hadis-hadis dalam Al Kafi, Sayyid Ali Al Milani menyatakan bahwa 5.072 hadis shahih, 144 hasan, 1128 hadis Muwatstsaq(hadis yang diriwayatkan perawi bukan syiah tetapi dipercayai oleh syiah), 302 hadis Qawiy (kuat) dan 9.480 hadis dhaif. (lihat Al Riwayat Li Al Hadits Al Tahrif oleh Sayyid Ali Al Milani dalam Majalah Turuthuna Bil 2 Ramadhan 1407 H hal 257). Jadi dari keterangan ini saja dapat dinyatakan kira-kira lebih dari 50% hadis dalam Al Kafi itu dhaif. Walaupun begitu jumlah hadis yang dapat dijadikan hujjah (yaitu selain hadis yang dhaif) jumlahnya cukup banyak, kira-kira hampir sama dengan jumlah hadis dalam Shahih Bukhari.
Semua keterangan diatas sudah cukup membuktikan perbedaan besar di antara Shahih Bukhari dan Al Kafi. Suatu Hadis jika terdapat dalam Shahih Bukhari maka itu sudah cukup untuk membuktikan keshahihannya. Sedangkan suatu hadis jika terdapat dalam Al Kafi maka tidak bisa langsung dikatakan shahih, hadis itu harus diteliti sanad dan matannya berdasarkan kitab Rijal Syiah atau merujuk kepada Ulama Syiah tentang kedudukan hadis tersebut.
Peringatan
Oleh karena cukup banyaknya hadis yang dhaif dalam Al-Kafi maka sepatutnya orang harus berhati-hati dalam membaca buku-buku yang menyudutkan syiah dengan menggunakan riwayat-riwayat Hadis Syiah seperti dalam Al-Kafi. Dalam hal ini bersikap skeptis adalah perlu sampai diketahui dengan pasti kedudukan hadisnya baik dengan menganalisis sendiri berdasarkan Kitab Rijal Syiah atau merujuk langsung ke Ulama Syiah.
Oleh karena cukup banyaknya hadis yang dhaif dalam Al-Kafi maka sepatutnya orang harus berhati-hati dalam membaca buku-buku yang menyudutkan syiah dengan menggunakan riwayat-riwayat Hadis Syiah seperti dalam Al-Kafi. Dalam hal ini bersikap skeptis adalah perlu sampai diketahui dengan pasti kedudukan hadisnya baik dengan menganalisis sendiri berdasarkan Kitab Rijal Syiah atau merujuk langsung ke Ulama Syiah.
Dan Anda bisa lihat di antara buku-buku yang menyudutkan syiah dengan memuat riwayat syiah sendiri seperti dari Al Kafi tidak ada satupun penulisnya yang bersusah payah untuk menganalisis sanad riwayat tersebut atau menunjukkan bukti bahwa riwayat itu dishahihkan oleh ulama syiah. Satu-satunya yang mereka jadikan dalil adalah Fallacy bahwa Al Kafi itu di sisi Syiah sama seperti Shahih Bukhari di Sisi Sunni. Padahal sebenarnya tidak demikian, sungguh dengan fallacy seperti itu mereka telah menyatakan bahwa Syiah itu kafir dan sesat. Sungguh Sayang sekali.
Peringatan ini jelas ditujukan kepada mereka yang akan membaca buku-buku tersebut agar tidak langsung percaya begitu saja. Pikirkan dan analisis riwayat tersebut dengan Kitab Rijal Syiah (Rijal An Najasy atau Rijal Al Thusi). Atau jika terlalu sulit dengarkan pendapat Ulama Syiah perihal riwayat tersebut. Karena pada dasarnya mereka Ulama Syiah lebih mengetahui hadis Syiah ketimbang para penulis buku-buku tersebut. Salam damai.
DIarsipkan di bawah: Kritik Syiahphobia
« Syiah Kafir, Omong Kosong “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” Kritik Salafi Yang Mengabaikan Hadis-hadis Yang Membolehkan Musik Dan Lagu »
28 Responses to “Kedudukan Shahih Bukhari Di Sisi Sunni Dan Al Kafi Di Sisi Syiah”
- almas, di/pada Agustus 30th, 2007 pada 7:08 am Dikatakan:
informasi yg sangat berguna untuk menyeimbangkan wacana sayah sendiri *eit tapi sayah bukan penganut dua2nya lho.. hehehhe*
eh referensinya lengkap banget oi.. mantap2…
makasih mas….
makasih mas….
- secondprince, di/pada Agustus 30th, 2007 pada 2:24 pm Dikatakan: @ almas
bukan dua-duanya, just Islam ya
terimakasih
- Rizma, di/pada Agustus 30th, 2007 pada 3:50 pm Dikatakan:
Bharma, kata guru Ma al-Kafi itu kurang lebih cuma 60% hadistnya yang shahih, tapi Ma ga tau angkanya dari mana sih,,
- secondprince, di/pada Agustus 31st, 2007 pada 11:09 am Dikatakan: @ Ayuk
terimakasih infonya - Ja'far Shodiq Al-Palembani, di/pada September 3rd, 2007 pada 6:26 pm Dikatakan:
Jadi apa dong kitab hadis shahih bagi syi’ah ? Tolong sebutkan urutannya?
Setahuku Al-Kafi adalah yang pertama, terus kedua adalah Man la yahduruh al-Faqih karya Syaikh As-Saduq. Coba lihat di situs-situs syi’ah sendiri!
Setahuku Al-Kafi adalah yang pertama, terus kedua adalah Man la yahduruh al-Faqih karya Syaikh As-Saduq. Coba lihat di situs-situs syi’ah sendiri!
Dalam buku “40 Hadis Imam Khomeini”, hadis2nya berasal dari Al-Kafi. Imam Khomeini membahas hadis2 dari Al-Kafi karena kitab Al-Kafi adalah rujukan utama hadis syi’ah.
- Ja'far Shodiq Al-Palembani, di/pada September 3rd, 2007 pada 6:30 pm Dikatakan:
Memang banyak Ulama Syi’ah yang mengatakan bahwa Hadis Al-Kafi banyak dhoif. Hal ini karena mereka sudah kritis thd rujukan utama mereka sendiri.
- secondprince, di/pada September 4th, 2007 pada 3:07 pm Dikatakan:
Kenapa harus memakai kata “Kitab hadis shahih”, kitab hadis saja sudah cukup, penentuan shahih tidaknya itu tugas ulama syiah.Tidak perlu dipaksakan harus sama dengan Shahih Bukhari dan Muslim. saya ingin tanya apa Musnad Ahmad, Musnad Al Bazzar,dan Sunan Daruquthni adalah kitab hadis sunni yang semuanya shahih? jawaban saya tidak, dan banyak ulama yang tetap memakai hadis kitab tersebut setelah meneliti sanadnya.tidak masalah kan.
lihat saja buku “40 hadis Imam Khomeini” sebelum membahas matan hadisny beliau membahas sanadnya terlebih dahulu.
Memang banyak Ulama Syi’ah yang mengatakan bahwa Hadis Al-Kafi banyak dhoif. Hal ini karena mereka sudah kritis thd rujukan utama mereka sendiri.
maaf saya rasa dari dulu ulama syiah tidak ada yang mengklaim bahwa semua hadis Al Kafi shahih, itu hanya ucapan kaum akhbariyah saja.
- rakhman, di/pada September 5th, 2007 pada 8:19 pm Dikatakan:
Saya pernah baca ttg Shahih Bukhori dan Shahih Muslim, sepakat ulama ahlussunnah bahwa keduanya makbul hadits-nya (bisa digunakan) tapi tdk dikatakan semuanya shahih.
Mas harus membedakan antara musnad dan shahih, dari namanya sdh jelas beda. Jadi si pengarang memaksudkan apa yg ditulisnya adl Shahih menurut dia (pengarang) ada kok pembahasan ilmiah ttg Shahih Bukhori dan Shahih Muslim, mana2 yg statusnya hasan (di bawah shahih) atau bahkan dloif. Tapi perlu diingat bahwa hadits dloif tdk selamanya ditinggal, jika hadits dloif didukung oleh hadits2 yg lain yg statusnya lebih baik maka statusnya bisa naik mjd hasan li ghoirihi. Oleh krn itu sepakat Ulama Ahlussunnah mengkategorikan hadits2 dlm Shahih Bukhori itu makbul. Ada juga kok karangan Imam Bukhori selain Shahih, semisal Adabul Mufrad dan isinya tdk semuanya shahih. Oleh krn itu setelahnya ada ulama yg menyusun shahih adabul mufrad dan dloif adabul mufrad. Wallahu a’lam
- secondprince, di/pada September 6th, 2007 pada 10:36 am Dikatakan: @Rakhman Maaf mas saya rasa anda keliru, ulama ahlussunah sepakat kalau semua hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim itu semuanya shahih, itu pendapat Bukhari dan Muslim sendiri, Ibnu Shalah, Imam Nawawi, dan Ibnu Hajar. Tidak ada ulama ahlussunah yang membantah hal itu pada masa mereka.
Musnad dan Shahih, maaf apa hubungannya dengan Musnad, tidak ada yang berkata kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu Musnad
saya rasa andalah yang tidak tahu apa itu musnad, musnad itu kitab hadis yang dikelompokkan berdasarkan nama sahabat, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim jelas tidak dikelompokkan seperti itu. kitab yang seperti itu contohnya Musnad Ahmad, Musnad Abu Ya’la dan Musnad Al Bazzar. Atau yang anda maksud musnad itu bersambung sanad suatu hadis, entahlah apa maksud anda.
pembahasan ilmiah tentu saja ada, pengertian makbul itulah yang dinyatakan oleh ulama sebagai shahih. Saya ingin tanya kepada anda kenapa tidak ada kitab Dhaif Bukhari Muslim?.tentu saja saya tahu beberapa ulama yang mengkritik beberapa hadis Bukhari dan Muslim seperti Syaikh Al Albani, tetapi oleh hal ini beliau juga mendapat banyak kritikan dari As Saqqaf dan syaih Abdullah bin Shiddiq al Ghumari.
Yang saya paparkan itu bukan pendapat saya, tetapi penukilan dan sudah saya cantumkan referensinya saya sendiri melihat beberapa hadis Bukhari dan Muslim terdapat keraguan pada sanad dan matannya.
- rakhman, di/pada September 6th, 2007 pada 5:02 pm Dikatakan:
Oh gitu ya mas, tapi saya pernah baca sendiri ttg kesepakatan ulama ahlussunnah akan status Shohih Bukhori-Muslim adl makbul. Beda mas makbul sama shahih. Klo hadits makbul didlmnya ada shahih li dzatihi (shahih jika berdiri sendiri), shahih li ghoirihi (Shahih krn didukung hadits yg lain), hasan li dzatihi, hasan li ghoirihi. Nah klo yg ditolak itu yg dloif, yg palsu. Beda kan…! Maksud saya membedakan musnad dg shahih adl si pengarang mmg memaksudkan demikian (maaf klo anda ga mudeng dg tulisan saya).
Lah anda juga tahu Sy.AlBani, kan beliau ulama ahlussunnah juga kan, berarti gugur dong dakwaan anda….? he he he
Lah anda juga tahu Sy.AlBani, kan beliau ulama ahlussunnah juga kan, berarti gugur dong dakwaan anda….? he he he
Kritikan (atau tepatnya makian) thd Shahih Bukhori mmg gencar dilakukan oleh orang2 syiah spt dilihat di-blog: http://shahihbukhari.wordpress.com/
Apa mas orang Syiah juga?
- Kopral Geddoe, di/pada September 7th, 2007 pada 2:14 pm Dikatakan:
Bharma, kata guru Ma al-Kafi itu kurang lebih cuma 60% hadistnya yang shahih, tapi Ma ga tau angkanya dari mana sih,,
68% kali…
- secondprince, di/pada September 7th, 2007 pada 5:09 pm Dikatakan: @ rakhman
walah masih aja nih, iya deh kata Mas makbul dan shahih beda
coba lihat apa yang dikatakan Ibnu Shalah, Imam Nawawi dan Ibnu Hajar mereka berkata ijma ulama menyatakan keduanya shahih, bukan makbul seperti yang anda bilang.
Ya saya tahu Syaikh Al Albani, wah Mas kalau saya katakan ijma sepakat berdasarkan perkataan Ibnu Shalah, Imam Nawawi dan Ibnu Hajar kemudian syaikh Al Albani tidak sependapat apakah lantas gugur ijma’nya .Wah hebat betul Syaikh al Albani. Sepertinya anda juga tidak menyimak kata2 saya kalau Syaikh Al Albani malah dikritik oleh As Saqqaf dan Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al Ghumari karena hal ini.
Dakwaan saya itu ada dasarnya bukan sekedar pendapat saya.
Maksud saya membedakan musnad dg shahih adl si pengarang mmg memaksudkan demikian
apa sih maksud anda ini apa Bukhari dan Muslim memaksudkan kitab mereka itu musnad, mereka bilang Shahih Mas bukan Musnad.
Gak ada gunanya nanya saya Syiah apa bukan? maaf itu kan bukan urusan anda.
Gak ada gunanya nanya saya Syiah apa bukan? maaf itu kan bukan urusan anda.
- secondprince, di/pada September 7th, 2007 pada 5:10 pm Dikatakan: @ Difo
68% tanggung amat angkanya Mas - T Mulya, di/pada Nopember 15th, 2007 pada 3:38 pm Dikatakan:
Setidaknya ulama Syi’ah bersikap jujur dan sportif dengan mengakui bahwa dalam AlKafi terdapat hadis2 yang dhoif. Bandingkan dengan ulama Sunni yang mengklaim hadis2 yang dihimpun Bukhori dan Muslim sebagai sahih.
Yang pertama masih terbuka untuk koreksi dan yang kedua sudah menganggap final, sekalipun masih memuat hadis2 yang dhaif.
- aditya, di/pada Nopember 15th, 2007 pada 8:07 pm Dikatakan:
T Mulya, di/pada November 15th, 2007 pada 3:38 pm Said:
Setidaknya ulama Syi’ah bersikap jujur dan sportif dengan mengakui bahwa dalam AlKafi terdapat hadis2 yang dhoif. Bandingkan dengan ulama Sunni yang mengklaim hadis2 yang dihimpun Bukhori dan Muslim sebagai sahih.
Yang pertama masih terbuka untuk koreksi dan yang kedua sudah menganggap final, sekalipun masih memuat hadis2 yang dhaif
jawab :
trus apa lebih mulia orang yang mengaku pencuri, dari pada orang yang tidak mencuri sama sekali ( hi hi hi lucu juga nih orang )
trus apa lebih mulia orang yang mengaku pencuri, dari pada orang yang tidak mencuri sama sekali ( hi hi hi lucu juga nih orang )
wah wah belajar hadist semua ini, apa udah hapalan blom ribuna hadist beserta makna, dll. trus apa mengenal dengan dekat figur yang ditulisnya, janga janga hanya nukil, comot, ambil trus berfatwah ini halo, ini halom, ini halom, trus yang ditulis itu betul ta , ” setidaknya ulamai syiah jujur dan sportif dam al kahfi, tidak seperti ulama’ sunni yang mengklaim ………………
wah ini orang seru juga, wong kutubnya berbada disuruh menyamakan, ya gak bisa, masak bisa saya akan memaksa anda untuk memakai dalil yang dibawa oleh imam sunni, atau sebaliknya, waka ka ka ka ka ( maaf mas secon ) aku gak pinter hadist tapi geli mendengar ini semua. wes gini aja klo ada imam ( yang kalian yakini kebenaran masing masing ) mempunya dasar bahwa mempunya argumen, atau pendapat bahwa Nabi SAW, perlu dikritisi, dll yang isinya mendiskriditkan beliau ( conto mengaku Nabi, dalil nabi hanya berkalu di jamannya buat hadis paslu, banyak doifnya, dikatakan denga jujur seperti tulisan diatas) itu baru orang yang kebablasan, gak perduli siapa . WONG ALLAH BESERTA MALAIKAT SAJA BERSHOLAWAT KEPADA BELIAU.
sudah gak perlu pusing, yang syiah biar tetap dalam syiahnya ( nanti pada akhirnya kan akan terlihat ) yang sunni biar sunni ( wong nati juga akan terlihat ). trus apa lebih mulia orang yang mengaku pencuri, dari pada orang yang tidak mencuri sama sekali camka dong
MAAF MAS SECOND
sudah gak perlu pusing, yang syiah biar tetap dalam syiahnya ( nanti pada akhirnya kan akan terlihat ) yang sunni biar sunni ( wong nati juga akan terlihat ). trus apa lebih mulia orang yang mengaku pencuri, dari pada orang yang tidak mencuri sama sekali camka dong
MAAF MAS SECOND
- almirza, di/pada Nopember 15th, 2007 pada 9:34 pm Dikatakan: @ aditya
memangnya siapa yang peduli orang mau jadi Syiah atau sunni
Inti tulisan secondprince ini membantah anggapan orang yang sok tahu soal kitab hadis Syiah seperti buku-buku Salafi itu
Terus teriak-teriak memfitnah Syiah dan berlagak berhujjah dengan hadis Syiah
Makanya tulisan itu dipahami dulu yang benar
saudara secondprince ini bukan Syiah karena saya langsung tanya sendiri sama dia (lewat email)
jadi anlisisnya tidak terjait dengan kecenderungan kemahzaban syiah atau sunni
murni objektif tidak seperti salafi-salafi itu
murni objektif tidak seperti salafi-salafi itu
- bara, di/pada Nopember 22nd, 2007 pada 8:17 pm Dikatakan: @ almirza
kalem bang , gak akan kok jadi berantakan klo sambil ngotot, tambah konyol deh kamu wek wek wke kwe ( janga marah loo )
sapa yang teriak memfitnah, klo emang benar trus gimana dong, knapa sih alergi dengan kata salafi ( tapi saya bukan golonga yang anda makstu lohh ) salafi itu kan artinya orang yang tedahulu, apa trus kamu mo ngerumusin agama ini pake akal kamu sendiri tanpa merujuk orang yang terdahulu
hi hi hi hi lucu juga nih orang
- Sunni sejati, di/pada Desember 21st, 2007 pada 1:56 pm Dikatakan:
@second.
saya pernah ikut pengajian hadits Ibn Majah, mungkin ini yang selevel dengan al-Kafi kali ya…….didalamnya banyak hadits dhoif, maudhu’, bahkan hadits mursal.
Semua kami pelajari untuk saling memperjelas terhadap sebuah hukum, dan guru kami juga selalu menjelaskan mana hadits yang bisa dipakai mana yang tidak…
saya pernah ikut pengajian hadits Ibn Majah, mungkin ini yang selevel dengan al-Kafi kali ya…….didalamnya banyak hadits dhoif, maudhu’, bahkan hadits mursal.
Semua kami pelajari untuk saling memperjelas terhadap sebuah hukum, dan guru kami juga selalu menjelaskan mana hadits yang bisa dipakai mana yang tidak…
Ngomong-2 kalo ingin belajar hadits syiah secara “syah” (berhadap-hadapan murid dan guru
yang memiliki sanad) di pondok mana ya??
yang memiliki sanad) di pondok mana ya??
- secondprince, di/pada Desember 21st, 2007 pada 7:49 pm Dikatakan: @T Mulya
Hmmbegitu ya
@aditya
ah tapi saya juga kurang mengerti lho apa yang harus dicamkan
ah tapi saya juga kurang mengerti lho apa yang harus dicamkan
@almirza
wah dibilang ya
wah dibilang ya
@bara memang gak hanya pakai akal
tapi akal memang harus dipakai
tapi akal memang harus dipakai
@Sunni sejati
Ngomong-2 kalo ingin belajar hadits syiah secara “syah” (berhadap-hadapan murid dan guru
yang memiliki sanad) di pondok mana ya??
yang memiliki sanad) di pondok mana ya??
Wah maaf Mas, saya gak tahu kalau soal ini
Hmm mungkin ada baiknya Mas tanya sama saudara kita yang Syiah
Biar jelas gitu
Hmm mungkin ada baiknya Mas tanya sama saudara kita yang Syiah
Biar jelas gitu
Salam
- Rizma, di/pada Desember 23rd, 2007 pada 8:29 am Dikatakan: Difo Emangnya Friendster?? @ Faisal
Makanya emang semua harus dipelajari lagi kan? lagian kayanya orang Syi’ah juga ngambil referensi hadist dari perawi yang dipercayai Sunni juga kan? selama Shahih dan udah dipelajari dulu,,
*lagi lagi based on omongan usmif,,*
*lagi lagi based on omongan usmif,,*
- secondprince, di/pada Desember 23rd, 2007 pada 8:00 pm Dikatakan:
@Ayuk
Lama amat nih komennya
Lama amat nih komennya
- burit, di/pada Desember 27th, 2007 pada 11:56 am Dikatakan:
@ SECOND
MAKSUTNYA ITU, JANGAN PAKE AKAL KITA YANG MASIH SERING DI GUNAKAN UNTUK PIKTOR ………. HI HI HI HI
MAKSUTNYA ITU, JANGAN PAKE AKAL KITA YANG MASIH SERING DI GUNAKAN UNTUK PIKTOR ………. HI HI HI HI
- salafyun, di/pada Februari 1st, 2008 pada 9:23 pm Dikatakan:
Antum sudah pernah baca kitab Al-Kafi belum? atau kitab Kasyful-Asror karangan Khumaini?
kalau antum sudah baca maka cukup jelas kesesatan Syiah. pada halaman 289 edisi tahun 1287H,Iran dinyatakan,
kalau antum sudah baca maka cukup jelas kesesatan Syiah. pada halaman 289 edisi tahun 1287H,Iran dinyatakan,
“Beberapa ulama kita meriwayatkan dari Sahl bin Ziyad, dari Muhammad bin Sulaiman, dari sebagian sahabatnya, dari Abu Hasan ‘alaihis salaam -maksudnya Abu Hasan kedua, yaitu Ali bin Musa Ar Ridha, wafat pada thn 206- ia menuturkan: “Dan aku berkata kepadanya: Semoga aku menjadi penebusmu, kita mendengar ayat-ayat Al Quran yang tidak ada pada Al Quran kita sebagaimana yang kita dengar, dan kita tidak dapat membacanya sebagaimana yang kami dengar dari anda, maka apakah kami berdosa? Maka beliau menjawab: Tidak, bacalah sebagaimana yang pernah kalian pelajari, karena suatu saat nanti akan datang orang yang mengajari kalian.”
Di sini sangat jelas dikatakan ada al-quran sunni dan al-quran kalian (Syiah). apakah agama kita juga beda karena kitab suci kita beda.
dalam dunia fakta kaum sunni pun sangat ingin bersatu dengan kalian (Syiah) akan tetapi kalian yang menjauh. ini terbukti dengan dibangunnya/dibuatnya lembaga-lembaga/ yayasan untuk mendekatkan sunni dan syiah di negeri-negeri sunni yang tidak ada di negeri syiah seperti iran.
jangakan membangun lembaga pendekatan kaum sunni pun ditindas di negeri kalian, seperti yang terjadi di iran untuk melaksanakan shalat jumat saja kaum sunni sampai harus shalat di kedutaan Saudi karena tidak adanya masjid sunni di teheran.
belum lagi pembantaian kaum sunni di iran dan sebagian wilayah iraq.
dan masih banyak fakta sejarah yang menyebabkan tumpahnya darah kaum sunni dikarenakan kerjasama Syiah dan orang kafir.
belum lagi pembantaian kaum sunni di iran dan sebagian wilayah iraq.
dan masih banyak fakta sejarah yang menyebabkan tumpahnya darah kaum sunni dikarenakan kerjasama Syiah dan orang kafir.
Alhamdulillah sekarang saya sedang meneliti kitab al-kafi terkhusus pada kitabul-hujjah, sebagai skripsi saya. mudah-mudahan Allah memudahkan penyelesaiannya.
pesan ana, kalau antum benar-benar mencari kebenaran. maka bacalah kitab al-kafi. karena tidak ada penghalang bagi seseorang yang mempunyai fitrah yang lurus untuk menolak buku ini.
catatan, kami salafiyun membantah dengan menyertakan perkataan-perkataan ulama syiah langsung dari kitab-kitab mereka atau dari ceramah-ceramah mereka dan kami cocokkan dengan al-quran dan as-sunnah. dan kami sangat menghindari hianat dalam menukil dan kami tidak bertaqiyah.
karena prinsip kami ahlussunnah ditegakkan dengan keadilan dan ilmu sedangkan ahlul-bidaah atas dasar kebodohan dan hawa nafsu.
- secondprince, di/pada Februari 2nd, 2008 pada 9:58 am Dikatakan:
@Salafyun; Maaf Mas sendiri pernah tidak membaca kitab Al Kafi?
Kemudian riwayat yang Mas bawa itu apakah shahih atau tidak
Siapa Ulama Syiah yang menyatakan riwayat itu shahih
Kebanyakan pengikut Salafy cuma baca buku-buku Syaikh mereka yang membantah Syiah, yang maaf menurut orang Syiah sendiri penuh dengan distorsi
Pengikut Salafy tidak pernah membaca sendiri kitab yang dimaksud catatan, kami salafiyun membantah dengan menyertakan perkataan-perkataan ulama syiah langsung dari kitab-kitab mereka atau dari ceramah-ceramah mereka dan kami cocokkan dengan al-quran dan as-sunnah. dan kami sangat menghindari hianat dalam menukil dan kami tidak bertaqiyah.
Kemudian riwayat yang Mas bawa itu apakah shahih atau tidak
Siapa Ulama Syiah yang menyatakan riwayat itu shahih
Kebanyakan pengikut Salafy cuma baca buku-buku Syaikh mereka yang membantah Syiah, yang maaf menurut orang Syiah sendiri penuh dengan distorsi
Pengikut Salafy tidak pernah membaca sendiri kitab yang dimaksud catatan, kami salafiyun membantah dengan menyertakan perkataan-perkataan ulama syiah langsung dari kitab-kitab mereka atau dari ceramah-ceramah mereka dan kami cocokkan dengan al-quran dan as-sunnah. dan kami sangat menghindari hianat dalam menukil dan kami tidak bertaqiyah.
karena prinsip kami ahlussunnah ditegakkan dengan keadilan dan ilmu sedangkan ahlul-bidaah atas dasar kebodohan dan hawa nafsu.
Coba buktikan Mas, masalahnya saya pernah juga membaca karya Ulama Syiah yang membantah semua fitnah Salafyun terhadap penukilan kitab mereka; Contoh sederhana tidak kritisnya Salafyun adalah anda sendiri yang berkata:
Di sini sangat jelas dikatakan ada al-quran sunni dan al-quran kalian (Syiah). apakah agama kita juga beda karena kitab suci kita beda.
dalam dunia fakta kaum sunni pun sangat ingin bersatu dengan kalian (Syiah) akan tetapi kalian yang menjauh. ini terbukti dengan dibangunnya/dibuatnya lembaga-lembaga/ yayasan untuk mendekatkan sunni dan syiah di negeri-negeri sunni yang tidak ada di negeri syiah seperti iran.
Apa maksudnya memakai kata kalian? Jika komen anda ditujukan ke saya, maka saya tangkap anda pun menuduh saya Syiah
Tidak tahu apa-apa tapi maaf mudahnya menuduh orang lain
Begitulah Salafy
Tidak tahu apa-apa tapi maaf mudahnya menuduh orang lain
Begitulah Salafy
Kalau soal pendekatan Sunni Syiah banyak sekali Ulama dari kedua belah pihak yang telah membahas dan memperhatikan masalah ini
Tapi sayangnya kaum Salafyun dengan berbagai alasan menentang hal ini
Jadi ya Salafyun itu yang menjauh Mas
Tapi sayangnya kaum Salafyun dengan berbagai alasan menentang hal ini
Jadi ya Salafyun itu yang menjauh Mas
karena prinsip kami ahlussunnah ditegakkan dengan keadilan dan ilmu sedangkan ahlul-bidaah atas dasar kebodohan dan hawa nafsu.
Orang yang sembarangan berbicara atas dasar hawa nafsu dan fanatisme golongan semata, seenaknya mengafirkan dan membid’ahkan orang lain dan tidak mau berdiskusi baik-baik itu lebih layak disebut Ahlul Bid’ah
- secondprince, di/pada Februari 2nd, 2008 pada 10:03 am Dikatakan:
@Salafyun
Maaf Mas sendiri pernah tidak membaca kitab Al Kafi?
Kemudian riwayat yang Mas bawa itu apakah shahih atau tidak
Siapa Ulama Syiah yang menyatakan riwayat itu shahih
Kebanyakan pengikut Salafy cuma baca buku-buku Syaikh mereka yang membantah Syiah, yang maaf menurut orang Syiah sendiri penuh dengan distorsi
Pengikut Salafy tidak pernah membaca sendiri kitab yang dimaksud
Maaf Mas sendiri pernah tidak membaca kitab Al Kafi?
Kemudian riwayat yang Mas bawa itu apakah shahih atau tidak
Siapa Ulama Syiah yang menyatakan riwayat itu shahih
Kebanyakan pengikut Salafy cuma baca buku-buku Syaikh mereka yang membantah Syiah, yang maaf menurut orang Syiah sendiri penuh dengan distorsi
Pengikut Salafy tidak pernah membaca sendiri kitab yang dimaksud
catatan, kami salafiyun membantah dengan menyertakan perkataan-perkataan ulama syiah langsung dari kitab-kitab mereka atau dari ceramah-ceramah mereka dan kami cocokkan dengan al-quran dan as-sunnah. dan kami sangat menghindari hianat dalam menukil dan kami tidak bertaqiyah.
Coba buktikan Mas, masalahnya saya pernah juga membaca karya Ulama Syiah yang membantah semua fitnah Salafyun terhadap penukilan kitab mereka
Contoh sederhana tidak kritisnya Salafyun adalah anda sendiri yang berkata
Di sini sangat jelas dikatakan ada al-quran sunni dan al-quran kalian (Syiah). apakah agama kita juga beda karena kitab suci kita beda.
dalam dunia fakta kaum sunni pun sangat ingin bersatu dengan kalian (Syiah) akan tetapi kalian yang menjauh. ini terbukti dengan dibangunnya/dibuatnya lembaga-lembaga/ yayasan untuk mendekatkan sunni dan syiah di negeri-negeri sunni yang tidak ada di negeri syiah seperti iran.
Apa maksudnya memakai kata kalian? Jika komen anda ditujukan ke saya, maka saya tangkap anda pun menuduh saya Syiah
Tidak tahu apa-apa tapi maaf mudahnya menuduh orang lain
Begitulah Salafy
Begitulah Salafy
Kalau soal pendekatan Sunni Syiah banyak sekali Ulama dari kedua belah pihak yang telah membahas dan memperhatikan masalah ini
Tapi sayangnya kaum Salafyun dengan berbagai alasan menentang hal ini
Jadi ya Salafyun itu yang menjauh Mas
Tapi sayangnya kaum Salafyun dengan berbagai alasan menentang hal ini
Jadi ya Salafyun itu yang menjauh Mas
karena prinsip kami ahlussunnah ditegakkan dengan keadilan dan ilmu sedangkan ahlul-bidaah atas dasar kebodohan dan hawa nafsu.
Orang yang sembarangan berbicara atas dasar hawa nafsu dan fanatisme golongan semata, seenaknya mengafirkan dan membid’ahkan orang lain dan tidak mau berdiskusi baik-baik itu lebih layak disebut Ahlul Bid’ah
- bersatu, di/pada Februari 4th, 2008 pada 9:29 pm Dikatakan:
@ second
ya udah yang pentinga kamu bukan syiah kan
ya udah yang pentinga kamu bukan syiah kan
- teeway, di/pada Februari 5th, 2008 pada 6:15 pm Dikatakan:
@salafyun
“Di sini sangat jelas dikatakan ada al-quran sunni dan al-quran kalian (Syiah). apakah agama kita juga beda karena kitab suci kita beda.”
Gue baru belajar Islam, dan gue belajar dua2nya, karena keinginantahuan gue tentang kedua2nya, Al Qur’an yang dipake nggak beda koq… persis sama, nggak ada sedikitpun bedanya.
lo koq bisa bilang beda sih, emangnya syiah bukan Islam ya..?
Waktu gue baru hijrah, gue dikasih tau bahwa ada dua aliran yang besar dalam Islam, yaitu Sunni dan Syiah, kalo syiah bukan Islam koq bisa dibilang aliran dalam Islam?
Setelah dalam pencarian kebenaran, gue cuma liat kalo Syiah itu dari Rasulullah saw, lalu turun ke keluarganya sampai ke Mahdi, nah kalo Sunni dari Rasulullah saw, lalu mengikuti sahabat2nya.
Waktu gue baru hijrah, gue dikasih tau bahwa ada dua aliran yang besar dalam Islam, yaitu Sunni dan Syiah, kalo syiah bukan Islam koq bisa dibilang aliran dalam Islam?
Setelah dalam pencarian kebenaran, gue cuma liat kalo Syiah itu dari Rasulullah saw, lalu turun ke keluarganya sampai ke Mahdi, nah kalo Sunni dari Rasulullah saw, lalu mengikuti sahabat2nya.
Toh sebenernya semuanya syiah (mengikuti), hanya saja yang diikuti beda2, jadi kalo yang mengikuti keluarga = syiah Ali ra, yang ngikut sahabat = syiah….. tergantung mau ikut siapa, ibn taimiya, muh.abd.wahab, ato hambali, syafi’i, maliki, hanafi) nah… jadilah Islam yang sekarang, buanyak banget alirannya… bukan 73 lagi, tapi 2016 kali ya…
Sekarang nggak usah kafirin pemahaman orang lain, itu adalah Hak Mutlaknya Allah SWT, kita masing2 diri intropeksi aja… apakah kita sudah menjadi syiahnya Rasulullah saw??????
lo tuh udah ke Iran belum? apa iya orang2 sunni nggak boleh berorganisasai? Masa sih..? yang bener? Lah wong presidentnya aja orang yang sangat tawadu’ dan merakyat, dan di Iran kan juga ada gereja kan? yang non Islam aja bisa, masa sih..?
Pencari Kebenaran
- secondprince, di/pada Februari 6th, 2008 pada 8:23 pm Dikatakan:
@bersatu
yang penting saya sudah menanggapi
yang penting saya sudah menanggapi
@teeway
Wah anda juga rupanya sama tidak normalnya seperti saya
Wah anda juga rupanya sama tidak normalnya seperti saya
Pencari Kebenaran
No comments:
Post a Comment