11 03 2012
Bukankah problem freedom of speech
dalam konteks Indonesia juga sering terjadi pada masa lalu (baca: Orde Baru)?
JALALUDDIN RAKHMAT: Itu juga
pertanyaan saya: kenapa kita baru meneriakkan kebebasan berpendapat sekarang?
Sesuai concern saya sudah dari dulu memperjuangkan kebebasan berpendapat dengan
resiko apa pun. Saya melihat, sebetulnya sepanjang sejarah, ada saja kelompok-kelompok
yang berjuang menegakkan kebebasan berpendapat. Umpamanya di zaman khulafâ
al-râsyidîn, muncul orang seperti Abu Dzar al-Ghifari yang oleh Nabi, lidahnya
dijuluki sebagai orang yang paling jujur di bawah kolong langit. Itu merupakan
pujian Nabi untuk seorang yang memperjuangkan kebebasan berpendapat.
Di Indonesia, pada zaman Orba juga
ada beberapa orang yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Umumnya,
mereka masuk penjara dan memikul resiko tinggi. Mungkin baru zaman Gus Dur
orang yang bebas berpendapat tidak dipenjarakan. Maka muncullah hiruk pikuk
freedom of speech. Mestinya, kita tidak lagi berbicara masalah ini, karena kita
sudah menyaksikannya dalam realitas. Idealnya, sejak dulu kita meneriakkan itu.
Hanya saja, sekarang —zaman Megawati— kita melihat adanya ancaman terhadap
kebebasan berpendapat. Mungkin saya melihat ini secara remang-remang. Tapi ada
ketakutan, dan kekhawatiran akan kembali lagi ke zaman Orba.
[wawancara Ulil Abshar-Abdalla
dengan Jalaluddin Rakhmat yang disiarkan Radio 68H, Kamis 13 Juni 2002]
No comments:
Post a Comment