Showing posts with label ALI. Show all posts
Showing posts with label ALI. Show all posts

Thursday, June 30, 2011

Hadist Seputar Imam Ali a.s.


1. Dikeluarkan oleh Abu Na'im Al-Esbahani yang sanadnya bersambung sampai Ibn Abbas yang mana Beliau (Ibn Abbas) berkata : " dulu kami (para sahabat Nabi saw) saling berbincang2 bahwa sesungguhnya Nabi saw telah memberi 70 janji kepada Sayidina Ali as yang Beliau saw tidak memberinya kepada satupun dari sahabat". {huliyah al-auliya' jilid 1 halaman 68 cetakan dar al-kitab al-arabi –Beirut-.}

2. An-Nasa'i berkata yang sanadnya bersambung sampai Ibn Abbas dari sayidin Ali as berkata: " dulu aku memiliki kedudukan disisi Rasulullah saw, yang mana tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, dulu aku masuk ke dalam rumah Nabi saw setiap malam, dan jika Beliau saw sedang melaksanakan sholat maka Beliau mengucapkan tasbih (tanda izin Nabi saw) maka aku masuk kedalam rumahnya, dan jika tidak dalam keadaan sholat maka Beliau mengizinkan(dengan ucapan) aku untuk masuk, maka akupun masuk". {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 140 hadis ke 8399, kitab al-Khashaish halaman 166-167}

3. An-Nasa'I berkata yang sanadnya sampai ke sayidina Ali as, yang mana Beliau (sayidina Ali as) berkata: "Jika aku bertanya atau meminta sesuatu kepada Nabi saw, maka aku pasti akan diberi (yang aku inginkan). Dan jika aku diam maka Beliaulah saw yang akan memulainya( menawarkan sesuatu baik ilmu atau apapun)". {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 142 , kitab al-khashaish halaman 170-171, al-hakim di dalam mustadraknya juga menukilnya(mustadrak jilid 3 halaman 135 hadis 4630 cetakan dar al-kutub al-alamiah Beirut th1411H)}

4. An-Nasa'i juga berkata yang sanadnya dari Ummu salamah (istri Nabi saw ) yang berkata sesunggunya beliau (Ummu Salamah) berkata : " demi yang Ummu salamah bersumpah atasnya(Allah swt) sesungguhnya paling dekatnya manusia kepada Nabi saw adalah Ali as". {as-Sunan al-Kubra jilid 5 halaman 154 bab 54}

5. Para Ahli Hadis dan Para Sejarawan serta Para Mufasir dalam pembahasan ayat 214 dari surah as-Syu'ara
mereka berkata bahwa ketika ayat ini turun Rasulullah saw mengundang 40 laki-laki dari Bani Hasyim dan dari Para Pembesarnya, dan ketika mereka semua selesai dari makan, Rasulullah saw berkata kepada mereka semua : "Wahai Anak-anak Abdul Muttalib!! Sesungguhnya demi Allah, tidak ada pemuda di arab yang datang kepada kaumnya dan membawa sesuatu untuk mereka yang lebih baik dari apa yang aku bawa kepada kalian, Sesungguhnya aku telah datang dengan sebaik-baik dunia dan akhirat, Allah swt telah menyuruhku untuk mengajak kalian kembali kepadaNya, Maka siapa dari kalian yang percaya kepadaku dan membantuku dalam hal ini maka akan menjadi saudaraku, wasi(pengganti)ku, dan khalifah setelahku." Ketika Nabi saw selesai, kaum(anak-anak Abu Muttalib/para paman Nabi saw) diam tidak berbicara dan seketika itu juga Sayidina Ali berdiri dan berbicara: " Aku ya Rasulullah saw, yang akan menjadi penolong serta pembantumu atas apa yang Allah perintahkan kepadamu." Rasulullah berkata kepadanya(sayidina Ali): " duduklah." Kemudian Nabi saw mengundang mereka semua untuk kedua kalinya sampai tiga kali. Akan tetapi setiap Nabi mengundang mereka, tidak satupun dari mereka yang berbicara, mereka semua diam dari apa yang dikatakan Nabi saw dan hanya sayidina Ali as lah yang selalu menjawab pertanyaan Nabi saw serta beliau menyatakan kesediaannya untuk menjadi pembantu Nabi saw dalam perintah-perintah Allah swt, akan tetapi Nabi saw menyuruhnya untuk duduk di pertemuan pertama dan kedua, akan tetapi di pertemuan yang ketiga Rasulullah saw mengangkat tangan Sayidina Ali dan berkata kepada kaum yang ada saat itu : " sesungguhnya dia adalah saudaraku dan dialah wasiku serta khalifah setelahku, maka dengarkanlah dia dan ta'atilah dia!" setelah mendengar hal ini berdirilah kaum dan menertawakan Abu Talib(ayah sayidina Ali as yang ikut hadir dalam pertemuan ini) dan berkata kepadanya: "dia telah menyuruhmu untuk mendengarkan anakmu dan menaatinya." {Musnad Ahmad jilid 1 halaman 111, Tarikh al-Tabari jilid 2 halaman216, Takhir Ibn Al-Atsir jilid1 halaman 487, sayrkh Nahjul Balaghah (Ibn Abi al-hadid)jilid 3 halaman 267, Ghayah al-Maram jilid 3 halaman 279-286.(semua ini adalah ulama' ahl as-sunnah)}

6. Ditulis di oleh Al-Khatib Al-Khawarizumidi bab ke enam di dalam bukunya al-Manaqib halaman 64-79 tentang hadis-hadis yang berkenaan dengan kecintaan terhadap Sayidina Ali as dan Ahlulbayt Nabi saw, yang tercatat sekitar 30 hadis, dan ini adalah sebagian darinya:

· Jika seluruh manusia berkumpul dalam kecintaan kepada Ali ibn Abi Thalib maka Allah tidak akan menciptakan Neraka.
· Wahai Ali jika ada seorang hamba yang menyembah Allah swt seperti apa yang dilakukan Nabi Nuh as terhadap kaumnya dan jika dia memilik emas segunung uhud kemudian emas itu diinfakan dijalan Allah swt dan jika dipanjangkan umurnya sampai dia haji 1000tahun dengan jalan kaki kemudian terbunuh di antara safa dan marwa dengan terdholimi, akan tetapi dia tidak berwilayah kepadamu maka dia tidak akan mencium bau surga dan tidak akan masuk ke dalamnya.
· Siapa yang mencintai Ali as maka telah mencintaiku dan siapa yang membencinya maka telah membenciku.
· Sesungguhnya malaikat maut menghormati para pecinta Ali ibn Abi Thalib as seperti menghormati para Nabi as.
· Siapa yang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepadaku dan kepada apa yang aku datang bersamanya(islam), akan tetapi dia membenci Ali as maka dia telah berbohong dan dia tidak mu'min.

7. Abdullah ibn Ahmad Ibn Hambal bekata: aku bertanya kepada ayahku : "apa pandangan anda terhadap keutamaan." Ayahku berkata: "didalam khilafah , Abu bakar dan Umar dan Usman". Maka aku bertanya kembali: "kalau Ali ?" ayahku berkata : "wahai anakku, Ali ibn Abu Thalib adalah dari Ahlulbayt maka tidak ada seorangpun yang bisa dibandingkan dengannya." {Thabaqat al-Hanabalah jilid 2 halaman 120{

8. Rasulullah saw berkata kepada Sayidah Fatimah az-Zahra as: "wahai Fatimah, apakah kamu tidak rela kalau suamimu adalah sebaik-baiknya umatku, yang masuk islam terlebih dahulu, paling banyak ilmunya, dan paling bijak dan sabar dari umatku."{al-Khatib al-Khawarizumi didalam al-Manaqib halaman 106 hadis 111}

9. Dari Ibn Abbas yang berkata : "Dihidangkan kepada Nabi saw burung matang(makanan dari langit), kemudian Nabi saw berkata : "Ya Allah, datangkanlah kepadaku orang yang paling kau cintai dari makhlukmu." Maka datanglah Ali Ibn Abi Thalib. Kemudian Nabi saw berkata: "ya Allah dia juga orang yang paling aku cintai."{al-Masdar al-Sabig halaman107-108 hadis ke 113-114}

10. Rasulullah saw bersabda: "wahai Ali perumpamaanmu dan perumpamaan para pemimpin setelahmu dari anak-anakmu adalah seperti kapal Nuh, siapa yang menaikinya selamat dan siapa yang meninggalkannya tenggelam, dan kalian adalah seperti bintang-bintang, setiap bintang menghilang maka bintang yang lain akan muncul sampai hari qiamat. {Faraid al-Simthain 2/243/517}

11. Dan dari Jabir, yang berkata: "dulu kita (para sahabt Nabi saw) berada di samping Nabi saw dan kemudian Ali ibn Abi Thalib as datang, maka berkatalah Nabi saw: "sungguh telah datang saudaraku" kemudian beliau menuju menoleh ke ka'bah dan memukul ka'bah dengan tangannya kemudian berkata: " demi yang yawaku berada ditangannya sesungguhnya dia dan syiahnya adalah orang-orang yang menang dan beruntung di hari kiamat,kemudian beliau melanjutkan perkataannya: " seseungguhnya dia adalah paling dahulunya orang dari kalian yang beriman bersamaku, dan dia adalah orang yang paling menyampaikan -janji Allah swt- diantara kalian,dan dia adalah orang yang paling lurus -dalam menjalankan perintah-perintah Allah swt- diantara kalian,dan dia adalah orang yang paling adil -didalam ummat- diantara kalian, dan dia adalah orang yang paling bisa membagi -dengan sama rata dan adil- diantara kalian, dan dia adalah orang yang paling besar -kemuliaannya di mata Allah swt- diantara kalian."kemudian Jabir berkata: "dan turunlah wahyu kepada Nabi saw(((انّ الذين آمنوا وعملوا الصالحات اولئك هم خير البرية), dan jabir berkata: maka semenjak itu para sahabat Nabi saw jika kedatangan sayidina Ali as maka mereka berkata: "telah datang sebaik-baik makhluk." {المصدر السابق halaman 111,112 hadis ke 120.}

12. Rasulullah saw bersabda: "orang pertama yang sholat berasamaku adalah Ali" (كنز العمال)

13. Orang pertama yang sholat adalah Ali dan orang yang pertama islam adalah Ali (صحيح الترمذي- تاريخ طبري – الرياض النضرة) hal ini juga di riwayatkan di dalam buku-buku ini (مسند احمد ابن حنبل – مستدرك الصحيحين – خصائص نسائي – الطبقات الكبرى – اسد الغابة – كنزالعمال) dan juga tertulis di buku-buku ahlulsunnah dan syiah yang lain.

14. Sayidina Ali as tidur di atas tempat tidur Nabi saw di malam kepergian Nabi saw ke Gua Hira untuk mengkelabuhi orang-orang quraysh yang ingin membunuh Nabi saw dan saat itu turun ayat "ومن الناس من يشرى نفسه ابتغاء مرضاة الله..." (التفسير الكبير للفخر الرازي – اسد الغابة – تاريخ دمشق)hal ini juga di terangkan di dalam buku-buku berikut ini (خصائص نسائي- مستدرك الصحيحين – الرياض النضرة – كنزالعمال – مسند الامام احمد ابن حنبل – الطبقات الكبرى – الدر المنثور)

15. Rasulullah saw bersabda : "sesungguhnya Allah swt telah menyuruhku untuk menikahkan Fatimah dengan Ali." (المعجم الكبيرللطبراني – كنزالعمال – معجم الزوائد – فيض القدير- الصواعق المحرقة)dan juga di buku(ذخائر العقبى)

16. Sesungguhnya Rasulullah saw selama 6 bulan ketika melewati pintu rumah sayidina Ali dan sayidah Fatimah untuk sholat subuh Beliau berkata : "sholat, wahai Ahlulbayt" kemudian Beliau membaca ayat suci al-Quran "انّما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهّركم تطهيراً" hal ini tertulis didalam kitab-kitab ahlusunnah dan syiah berikut kitab-kitab dari ahlu sunnah(صحيح الترمذي- مسند احمد ابن حنبل – تفسير ابن جرير الطبري – مستدرك الصحيحين – اسد الغابة – كنزالعمال – الدرالمنثور)

17. Aisyah berkata: "aku tidak mengetahui ada orang dicintai Nabi saw lebih dari Ali, dan tidak ada dibumi ini perempuan yang dicintai Nabi saw lebih dari isterinya(Fatimah)" riwayat ini tertulis didalam buku-buku berikut(خصائص نسائي – مستدرك الصحيحين)riwayat seperti ini juga terdapat didalam buku-buku yang lain seperti:(صحيح الترمذي – مسند احمد ابن حنبل – اسد الغابة – الاصابة – الرياض النضرة)dan masih banyak lagi riwayat seperti ini yang tertulis didalam buku-buku syiah.

18. Rasulullah saw bersabda: "Ali adalah pemimpin yang benar dan membenarkan, serta Dia adalah pembunuh orang-orang yang berbuat jahat." (كنزالعمال)

19. Dirawayatkan bahwa Malaikat Jibril melantangkan suaranya didalam perang uhud : "tidak ada pedang kecuali dzulfigar dan tidak ada pemuda(pemberani) kecuali Ali." (تاريخ الطبري- الكامل في التاريخ)hal seperti ini juga tertulis didalam buku-buku berikut: (كنزالعمال – الرياض النضرة – ذخائر العقبى)

20. Ketika ayat "قل تعالوا ندع ابناءنا وابناءكم ونساءنا ونساءكم وانفسنا و انفسكم ثمّ نبتهل فنجعل لعنة الله على الكاذبين" kemudian Nabi saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian beliau berdo'a: "Ya Allah mereka adalah keluargaku (صحيح مسلم – صحيح الترمذي – الدرالمنثور – مستدرك الصحيحين)

21. ابناءنا adalah Hasan dan Husain dan نساءنا adalah Fatimah serta انفسنا adalah Ali ibn Abu Thalib, hal ini tertulis dalam buku (اسباب النزول)

22. Nabi saw bersabda : "Dia disisiku seperti diriku.... (kemudian Nabi saw memegang bahu Ali)" hal ini tertulis didalam buku (تفسيرالكشّاف)

23. Nabi saw bersabda : "ana adalah kota ilmu dan ali adalah pintu kotanya, maka siapa yang ingin masuk kedalam kota maka akan datang ke pintunya." Tertulis didalam buku-buku berikut (مستدرك الصحيحين – اسدالغابة – كنز العمال – فيض القدير – مجمع الزّوائد – تاريخ بغداد)

24. Nabi saw bersabda: "Ali adalah pintu ilmuku dan (dia adalah) orang yang menerangkan apa yang aku diutus dengannya setelahku" (كنزالعمال – الصواعق المحرقة)

25. Sayidina Ali as menyedekahkan cincinnya kepada seorang pengemis dalam keadaan ruku', kemudian Nabi saw bertanya kepada pengemis tersebut: "siapakah yang memberimu cincin ini?" si Pengemis berkata : "orang yang sedang ruku' itu(menunjuk kepada sayidina Ali )" kemudian Allah swt menurunkan ayat ini kepada Nabi saw "انّما وليكم الله و رسوله والذين آمنوا الذين يقيمون الصّلوة ويؤتون الزكوة وهم راكعون"(al-Ma'idah ayat 55) hal ini tertulis dalam (المتّفق و المفترق – كنزالعمال) riwayat seperti ini juga terdapat dalam buku-buku berikut ini (معجم الزوائد – ذخائر العقبى – الدر المنثور – تفسيرالكشاف – تفسير الطبري – التفسير الكبير للفخر الرازي – الرياض النضرة)

26. Nabi saw bersabda: "sesungguhnya Ali as adalah dariku dan aku darinya dan dia adalah pemimpin para mu'min setelahku" (صحيح الترمذي – مسند احمد ابن حنبل – مسند ابي داود – خصائص نسائي – كنزالعمال – الرياض النضرة)

27. Nabi saw bersabda: " sesungguhnya setiap Nabi memiliki pengganti dan pewaris, sesungguhnya Ali adalah pengganti dan pewarisku" (تاريخ دمشق – فردوس – المناقب لابن مغازلي – كفاية الطالب)

Monday, June 27, 2011

Khutbah Amir AKhutbah saidina Ali tentang Kezaliman dan Penindasan

Ali bin Ibrahim, daripada bapanya, daripada Ibn Mahbub, daripada Ali bin Ri’ab dan Ya‘qub al-Sarraj, daripada Abu Abdullah a.s bahawa sesungguhnya Amir al-Mukminin a.s apabila dilantik selepas pembunuhan Uthman, maka beliau a.s menaiki mimbar dan berkata:
Segala puji bagi Allah Yang Maha Tinggi. Dia Maha dekat dan Maha Tinggi di atas sesuatu penglihatan.

Aku naik saksi bahawa sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah Yang Esa. Dan aku naik saksi bahawa sesungguhnya bahawa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, penutup segala nabi, hujah Allah ke atas alam sejagat, membenarkan segala para rasul yang terdahulu. Dia bersifat kasihan belas kepada mukminin. Maka selawat Allah dan para malaikat-Nya ke atasnya dan keluarganya.
 
Adapun kemudian daripada itu. Amma ba‘du, wahai manusia, sesungguhnya kezaliman membawa pelakunya kepada neraka. Sesungguhnya orang pertama yang telah melakukan kezaliman (bagha) ke atas Allah adalah ‘Unaq binti Adam dan ia merupakan orang yang pertama dibunuh oleh Allah di suatu tempat di bumi bernama Jarib. Dia mempunyai dua puluh anak jari tangan dan setiap anak jari mempunyai dua kuku yang panjang. Lantas Allah menguasainya dengan seekor singa seperti gajah dan seekor serigala seperti unta serta seekor helang seperti baghal, lalu mereka membunuhnya. Sesungguhnya Allah telah membunuh mereka yang perkasa dan zalim (al-Jababirah) mengikut keadaan mereka yang selayaknya. Dia telah mematikan Haman, membinasakan Fir‘aun dan membunuh Uthman. Sesungguhnya bala kamu telah kembali sebagaimana keadaannya pada hari Allah mengutus Nabi-Nya s.a.w. Demi Yang telah mengutusnya dengan kebenaran bahawa kamu akan menyayi seperti burung murai, bergembira seperti burung gagak dan anda akan mengangkat “tongkat kadar” sehingga yang di bawah kamu kembali ke atas dan yang tinggi kamu akan kembali ke bawah. Orang yang terdahulu hendaklah di dahulukan, tetapi mereka telah mengabaikannya.
 
Demi Allah aku bukanlah menyembunyikan penentanganku dan aku tidak sedikit pun berbohong. Sesungguhnya aku telah meramalkan keadaan ini. Pada hari ini kesalahan adalah seperti kuda liar yang ditunggang oleh ahlinya dan dicabut tali mulutnya, kemudian ia membawanya ke nereka. Sesungguhnya takwa merupakan binatang tunggangan yang baik, ditunggang oleh ahlinya, dibukakan kepadanya pintu-pintu syurga dan mendapati bauannya yang harum. Dikatakan kepadanya: “Dan masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman” (Surah akl-Hijr(15):46)

Sesungguhnya ramalan ini telah didahului oleh orang yang terdahulu daripadaku. Sesungguhnya tiada nabi selepas nabi Muhammad s.a.w yang dapat menyelamatkan mereka daripada api neraka Jahanam. Kebenaran dan kebatilan ada penyokongnya. Aku hanya bekerja keras, tetapi aku khuatir kamu akan menjadi jemu denganku kerana tidak sependapat denganku. Jika aku mahu aku berkata: Allah memaafkan apa yang telah berlaku. Dua orang lelaki telah mendahuluinya (Uthman), lalu datang yang ketiga seperti burung gagak yang mementingkan perutnya.
 
Celaka baginya, jika dikerat dua sayapnya dan dipotong kepalanya adalah lebih baik baginya. Jauh dari syurga dan neraka di hadapannya.
 
Tiga, dua dan lima, tiada bagi mereka yang ke enam: Malaikat berterbang dengan dua sayapnya, seorang nabi yang Allah memegang di kedua ketiaknya. Seorang mujtahid yang gigih, penuntut yang mengharapkan, dan orang yang cuai adalah di neraka. Kanan dan kiri adalah menyesatkan. Jalan tengah adalah jalan yang didatangi kitab dan athaar kenabian. Binasalah orang yang menuntut bukan haknya.
 
Rugilah orang yang menipu. Sesungguhnya Allah telah mengajar umat ini dengan pedang dan cemeti yang mana seorang Imam tidak menahan diri daripada kedua-duanya. Justeru bersembunyilah di rumah-rumah kamu dan perbaikilah silaturahim di antara kamu serta taubat daripada kamu. Sesiapa yang menzahirkan penentangannya kepada kebenaran akan binasa.

(Dipetik dari Raudhah al Kaafi, ms 91)

Khutbah Amir Al-Mukminin A.S Mengenai Dukacitanya Di Atas Apa Yang Berlaku.


22. Ahmad bin Muhammad al-Kufi, daripada Ja‘far bin Abdullah al-Muhammadi, daripada Abu Ruh Faraj bin Qurrah, daripada Ja‘far bin Abdullah, daripada Mas‘adah bin Sadaqah, daripada Abu Abdullah a.s berkata: Amir al-Mukminin a.s telah memberi khutbah di Madinah, beliau a.s telah memuji Allah dan berselawat ke atas Nabi serta keluarganya. Kemudian beliau a.s berkata:


Amma ba‘d, adapun kemudian daripada itu, bahawa sesungguhnya Allah tidak memusnahkan penguasa-penguasa semasa melainkan selepas penangguhan dan kesenangan. Dia tidak memaksa untuk memecahkan kekuatan umat melainkan selepas kehinaan dan bala.

Wahai manusia, kamu tidak menerimaku dengan baik. Kamu membelakangi khutbahku. Bukan semua yang mempunyai hati dapat membuka mata hatinya.Bukan semua yang mempunyai pendengaran dapat mendengar. Bukan semua yang mempunyai mata dapat melihat dengan tepat. Wahai hamba-hamba Allah! Perbaikkanlah penglihatan kamu padanya. Kemudian lihatlah kepada pengaruh mereka. Mereka adalah di atas sunnah keluarga Fir‘aun menikmati segala-galanya. Kemudian lihatlah bagaimana Allah menamatkan kehidupan mereka yang mewah. Sesiapa yang bersabar di kalangan kamu, akhirnya ke syurga, kekal di dalamnya selama-lama. Alangkah aneh! Kenapa aku tidak terasa aneh mengenai kesalahan berbagai-bagai puak yang berlainan hujah di dalam agama mereka.


Mereka tidak mematuhi sunnah nabi dan tidak mengikuti amalan wasi. Mereka tidak beriman dengan perkara ghaib, mereka tidak memaafkan keaiban. Perkara yang baik pada mereka adalah apa yang mereka tahu dan perkara mungkar di sisi mereka adalah apa yang mereka ingkar. Setiap orang daripada mereka adalah imam untuk dirinya, melakukan apa dia fikir baik. Justeru mereka sentiasa melakukan kezaliman dan menambahkan kesalahan. Mereka tidak dapat mendekati diri (taqarruban) kepada Allah, malah mereka semakin jauh.


Mereka bersahabat dan saling mempercayai di kalangan mereka sahaja. Semuanya menjadi satu kejutan terhadap apa yang diwarisi nabi s.a.w. Malah mereka bertambah liar kepada berita Pencipta langit dan bumi. Mereka adalah orang yang rugi, gua kesamaran, ahli kesesatan dan parasangka. Sesiapa yang telah diwakilkan Allah untuk dirinya dan pendapatnya, maka dia adalah terjamin di sisi orang yang tidak mengetahuinya, terlepas daripada tuduhan di sisi orang yang tidak mengetahuinya.


Mereka sepertilah binatang ternakan yang telah hilang penjaganya, berdukacita di atas perbuatan Syi‘ahku selepas kasih sayang mereka pada hari ini. Bagaimana sebahagian akan menghina akan sebahagian yang lain selepasku dan bagaimana mereka melakukan pembunuhan ke atas sebahagian yang lain. Perpecahan besok adalah daripada tunjang ke cabangnya, mengharap kejayaan tanpa rancangan.


Setiap golongan berpegang kepada satu dahan. Apabila dahan itu condong, maka dia condong bersamanya. Sedangkan Allah-Segala pujian untuk-Nya- akan mengumpulkan mereka pada suatu hari yang malang bagi Bani Umayyah sebagaimana Dia mengumpulkan kesejukan musim sejuk- Allah akan menjinakkan di kalangan mereka. Kemudian Dia menjadikan mereka timbunan seperti timbunan awan. Kemudian Dia membuka untuk mereka beberapa pintu untuk mereka melaluinya seperti dua kebun di dalam kebanjiran.


Kemudian Dia mengutus pelarian yang tidak mematuhi sunnah- Nya, lalu Dia mencampakkan mereka di perut lembah dan mengeluarkan mata air serta mengambil hak sesuatu golongan di tempat mereka dengan sewajarnya. Ini adalah kerana mengusir Bani Umayyah dan mereka tidak akan menjadi perampas lagi. Allah akan meletakkan mereka di suatu sudut khusus bagi menentang perbuatan mereka yang jahat.


Demi Yang telah memecah biji-bijian dan menyuburkan jiwa bahawa ia akan berlaku sedemikian. Seolah-olah aku sedang mendengar suara kuda dan percakapan tentera mereka. Demi Allah, apa yang berada di tangan mereka akan cair dan hilang selepas ketinggian dan kekuasaan mereka di dalam negara. Umpama cairnya besi di atas api. Sesiapa yang mati di kalangan mereka, maka dia mati di dalam sesat. Dan kepada Allah a.w melaksanakan hukuman-Nya ke atas mereka yang melakukannya. Allah akan menerima taubat daripada mereka yang bertaubat.


Mudah-mudahan Allah menghimpunkan Syi‘ahku selepas perselisihan bagi menghadapi hari yang paling dukacita bagi Bani Umayyah. Tiada pilihan bagi sesiapapun, malah pilihan dan urusan adalah bagi Allah.


Wahai manusia, sesungguhnya mereka yang menuntut Imamah yang bukan di kalangan ahlinya adalah ramai jika kamu tidak benar benar mengetahui kebenaran dan jika kamu tidak dapat menolak kebatilan. Orang seperti kamu tidak akan berani melakukannya apatah lagi bagi melenyapkan ketaatan dan menjauhkannya daripada ahlinya.


Tetapi kamu akan menghadapi keadaan yang sama dengan Bani Israel yang telah sesat pada masa Musa Bin Imran a.s. Kesesatan kamu akan bertambah selepasku berlipat ganda. Sekiranya kamu dapat hidup selepasku masa pemerintahan Bani Umayyah, maka sesungguhnya kamu akan berhadapan dengan kuasa yang menyeru kepada kesesatan.


Dan Kamu menghidupkan kebatilan. Kamu membelakangi kebenaran, memutuskan perhubungan yang rapat dengan ahli Badr. Sementara itu kamu menghubungi mereka yang jauh di kalangan anak-anak mereka yang memerangi Rasulullah s.a.w.


Aku bercita-cita jika kuasa yang berada di tangan mereka itu hilang, maka bagi kami perkiraannya bagi menghukum mereka dengan sewajarnya. Apabila berakhirnya hari mereka, maka bintang akan terserlah di timur dan bulan yang bersinar akan terserlah kepada kamu.


Apabila ia berlaku sedemikian, maka bersegeralah bertaubat. Dan ketahuilah jika kamu mengikuti sinar timur, nescaya kamu mengikuti jejak Rasulullah s.a.w. Kamu dapat mengobati daripada buta, pekak dan bisu. Kamu memadai apa yang ada dan meninggalkan beban tanggungan di tengkuk kamu. Allah tidak menjauhi melainkan mereka yang enggan (abaa) dan zalim serta mengambil sesuatu yang bukan haknya sebagaimana firman-Nya di dalam Surah al-Syu ‘ara’ (26): 227 “Dan orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali”

Khutbah Amir al-Mukminin A.S Mengenai Celaan Mengikut Hawa Nafsu, Bid‘ah; Pengubahan Sunnah Rasulullah S.A.W Oleh Tiga Khalifah Sebelumnya,


Khutbah Amir Al-Mukminin A.S Mengenai Dukacitanya Di Atas Apa Yang Berlaku Dan Lain-Lain.

Khutbah Amir Al-Mukminin A.S Mengenai Celaan Hawa Nafsu Dan Bid‘ah.

Ali bin Ibrahim, daripada bapanya, daripada Hammad bin Isa,
daripada Ibrahim bin ‘Uthman, daripada Sulaim bin Qais al-Hilali,
berkata: Amir al-Mukminin a.s telah memberi khutbah, lalu beliau a.s memuji Allah, kemudian berselawat ke atasnya s.a.w dan berkata:

Sesungguhnya dua perkara yang aku paling takut ke atas kamu:
Mengikut hawa nafsu (itba‘ al-Hawa) dan panjang angan-angan (tul al- Amal). Adapun mengikut hawa nafsu, maka ia akan menentang kebenaran. Adapun panjang angan-angan, maka ia akan melupakan akhirat. Sesungguhnya dunia undur ke belakang dan akhirat mara ke depan. Setiap satu mempunyai pengikutnya, maka jadilah kamu pengikut akhirat (abnaa’ al-Akhirat) dan janganlah kamu menjadi pengikut dunia (abnaa’ al-Dunya), kerana hari ini amal tanpa hisab dan esok hisab tanpa amal.

Sesungguhnya punca berlakunya fitnah adalah kerana mengikuti hawa nafsu dan hukum-hukum yang dicipta menyalahi hukum Allah.Justeru golongan tertentu menguasai orang ramai. Sesungguhnya kebenaran semata-mata tidak akan ada perselisihan, begitu juga dengan kebatilan semata-mata tidak akan tersembunyi kepada orang yang mempunyai akal, tetapi ia diambil daripada bahagian ini sedikit dan bahagian itu sedikit, lalu kedua-duanya bercampur aduk dan terserlah, maka di sinilah syaitan menguasai di atas para walinya dan berjayalah orang tertentu yang mendapat petunjuk daripada Allah.

Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:
Bagaimana kamu apabila fitnah menguasai kamu di mana yang kecil membesar dan yang besar menjadi tua, orang ramai biasa denganperkara tersebut dan mengambilnya sebagai sunnah. Apabila suatu perkara diubah daripadanya, maka orang ramai akan berkata: Sunnah telah diubah (qad ghuyyirat al-Sunnah), lalu orang ramai menentangnya. Kemudian perkara ini terus berlaku sehingga fitnah meresapi pemikiran mereka seperti api di dalam sekam dan kisaran dengan hampasnya.

Mereka belajar bukan kerana Allah dan bukan pula untuk diamalkan. Mereka mencari dunia dengan amalan akhirat (yalubuun al-Dunya bia‘ maal al-Akhirat). Kemudian beliau a.s berdepan dengan keluarganya dan Syi‘ahnya seraya berkata:

"Khalifah-khalifah sebelumku telah melakukan perbuatanperbuatan yang menyalahi Rasulullah s.a.w dengan sengaja. Mereka melanggar janji mereka dengan beliau dengan mengubah sunnah sunnah beliau. Sekarang jika aku memaksa mereka supaya meninggalkannya dan mengembalikan keadaan sebagaimana di zaman Rasulullah s.a.w, nescaya tenteraku akan bertaburan lari dariku,meninggalkanku bersendirian atau hanya sedikit sahaja di kalangan Syi'ahku yang mengetahui kelebihanku dan imamahku melalui Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah s.a.w akan tinggal bersamaku. Apa pendapat kalian, sekiranya aku menempatkan Maqam Ibrahim pada tempat yang telah ditempatkan oleh Rasulullah s.a.w. Mengembalikan Fadak kepada pewaris-pewaris Fatimah (a.s), mengembalikan timbangan dan ukuran seperti yang lazim di zaman Rasulullah s.a.w, mengembalikan tanah kepada orang yang telah diberikan oleh Rasulullah s.a.w, mengembalikan rumah Ja'far kepada pewaris-pewarisnya dan memisahkannya dari masjid (kerana mereka telah merampasnya dan memasukkannya ke dalam masjid); mengembalikan hukum-hukum yang kejam yang dipaksa oleh khalifahkhalifah yang terdahulu ke atas wanita-wanita yang secara tidak sah telah dipisahkan dari suami mereka, mengembalikan jizyah kepada Bani Taghlab, mengembalikan tanah Khaibar yang telah dibahagi-bahagikan, memansuhkan dewan-dewan pemberian dengan meneruskan pemberian kepada semua orang sebagaimana dilakukan pada masa Rasulullah s.a.w tanpa menjadikannya tertumpu di kalangan golongan kaya, memulihkan pajak bumi, menyamakan kaum Muslimin di dalam masalah nikah kahwin, melaksanakan khums sebagaimana difardukan Allah (swt).

Memulihkan Masjid Nabi seperti bentuknya yang asal pada zaman Nabi s.a.w, menutup pintu-pintu yang dibuka (selepas kewafatan Rasul) dan membuka pintu-pintu yang ditutup (selepas kewafatan Rasul),mengharamkan penyapuan di atas al-Khuffain, mengenakan hukum had ke atas peminum nabidh, memerintahkan halal mut'ah wanita dan mut'ah haji sebagaimana pada zaman Nabi s.a.w, memerintahkan takbir lima kali dalam solat jenazah, mewajibkan kaum Muslimin membaca Bismillahir Rahmanir Rahim dengan suara yang nyaring pada masa solat, mengeluarkan orang yang dimasukkan selepas Rasulullah s.a.w di dalam masjidnya, iaitu Rasulullah s.a.w telah mengeluarkannya, memasukkan orang yang dikeluarkan selepas Rasulullah s.a.w (beliau sendiri) di mana Rasulullah s.a.w telah memasukkannya, memaksa kaum Muslimin dengan hukum al-Qur'an dan talak menuruti Sunnah, mengambil zakat menurut jenis-jenisnya, mengembalikan wuduk basuh dan solat kepada waktunya, syariatnya dan tempatnya, mengembalikan ahli Najran ke tempat-tempat mereka, mengembalikan layanan terhadap tawanan perang Farsi dan bangsa-bangsa lain kepada kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.

Sekiranya aku melaksanakan semua ini, nescaya mereka mengembara meninggalkanku. Demi Allah ketika aku perintahkan golongan supaya tidak melakukan solat jama'ah di masjid pada bulan Ramadhan kecuali solat-solat fardu dan memberitahukan kepada mereka bahawa solat sunat berjama'ah (Tarawih) adalah bid'ah, sekelompok tenteraku yang pernah berperang di pihakku mulai berteriak: "Wahai kaum Muslimin! Ali ingin mengubah sunnah Umar dan bermaksud menghentikan kita dari melakukan solat-solat sunat Tarawih pada bulan Ramadhan sehingga aku khuatir mereka akan memberontak. Pada masa yang sama aku sedang menghadapi perpecahan di kalangan umat dan ketaatan mereka kepada pemimpinpemimpin mereka yang sesat yang hanya menyeru mereka ke neraka (a’immah dhalalah wa al-Du‘ati ila al-Nar).

Aku telah dikurniakan saham kerabat di dalam firman-Nya Surah al-Anfal (7): 41 “ Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqan, iaitu di hari bertemunya dua pasukan.”. Maka kamilah yang dimaksudkan dengan dhi l-Qurba (kerabat) di mana Allah telah meletakkan kami selepas diri-Nya dan Rasul-Nya s.a.w sebagaimana firman-Nya Surah al- Hasyar (59): 7 “Untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, golongan miskin dan ibnu ssabil (adalah untuk kami secara khusus) agar harta itu tidak hanya beredar di kalangan golongan kaya di kalangan kamu. Apa yang diberikan rasul kepada kamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” bagi golongan yang telah menzalimi mereka sebagai rahmat daripada-Nya untuk kami dan kekayaan yang Allah kurniakan kepada kami dan Dia telah berwasiat kepada nabi kami mengenainya.

Dia tidak menjadikan sedekah sebagai saham kami. Dia telah
memuliakan kami Ahlu l-Bait dengan tidak memakan sedekah orang ramai (ausakh al-Nas). Justeru mereka telah membohongi Allah, membohongi Rasul-Nya dan menentang kitab-Nya yang bertutur dengan hak kami. Mereka telah menghalang kami daripada fardu yang difardukan oleh Allah untuk kami. Inilah yang dihadapi oleh Ahlu l-Bait nabi selepas nabi kita s.a.w. Allah menentang mereka yang telah menzalimi kami dan tiada helah dan kekuatan melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Perkasa.

Dialog Amir al-Mukminin Ali Bin Abi Talib Dengan Abu Bakr dari buku al-Ihtijaj oleh al-Tabarsi



                                                                          BAHAGIAN  KEDUA

DIALOG  AMIR AL-MUKMININ `ALI B. ABI TALIB DENGAN ABU BAKAR

Pengenalan

       Tuntutan  Amir  al-Mukminin `Ali b. Abi Talib  A.S  terhadap jawatan  khalifah selepas Rasulullah s.`a.w adalah  satu  hakikat yang  tidak boleh dinafikan kerana ia dicatat di dalam  buku-buku muktabar Ahl al-Sunnah dan Syi`ah.
       Tuntutan tersebut lebih terserlah di dalam bentuk munasyadah (soal jawab) di mana beliau mengemukakan beberapa soalan  kepada Khalifah  Abu  Bakr  berdasarkan  kepada  hadis-hadis  Rasulullah s.`a.w  mengenai  hak dan kelebihan dirinya, di mana  orang  yang ditanya harus menjawab soalan-soalan tersebut.
       Bagi  Amir  al-Mukminin `Ali A.S, tuntutan  beliau  terhadap jawatan  khalifah selepas Rasulullah s.`a.w adalah satu hak  yang wajib  dituntut.  Kerana Rasulullah s.`a.w telah melantik  beliau dan sebelas anak cucunya daripada Fatimah A.S sebagai Imam atau Khalifah.  Bagi `Ali, perlantikan beliau adalah daripada Allah  S.W.T. melalui rasul-Nya.  Justeru itu orang ramai harus mentaatinya  dansebelas  para  imam  selepas beliau satu  persatu.Apatah  lagi khutbah atau hadis  Rasulullah  s.`a.w di Ghadir Khum pada 18  Dhu  l-Hijjah tahun 10 hijrah menjadi asas yang penting di dalam  tuntutan  beliau  terhadap jawatan khalifah  secara  langsung  selepasRasulullah s.`a.w.

Terjemahan Teks .

       Di sini akan dikemukakan dialog Amir al-Mukminin `Ali A.S yang dikemukakan kepada Khalifah Abu Bakr mengenai Imamah atau Khilafah.Di dalam pembentangan ini, penulis mengemukakan terjemahan  teks  tersebut menurut catatan al-`Allamah  al-Tabarsi  di dalam  al-Ihtijaj[1]. Kemudian penulis  membuat  rujukan kepada  buku-buku  Ahl al-Sunnah kita sebagai  pengukuhan  kepada kesahihan hadis-hadis tersebut.
       Daripada  Ja`far, Imam Ja`far al-Sadiq adalah imam keenam Ahl al-Bait Rasulullah s.`a.w. Ja`far  b. Muhammad, Imam Muhammad al-Baqir b. `Ali Zain al-Abidin b. Husain b.Ali adalah imam kelima Ahl al-Bait Rasulullah s.`a.w.daripada  bapanya,  daripada datuknya  A.S. Beliau berkata: Apabila selesai urusan  Abu  Bakr dan bai`ah orang ramai kepadanya serta perbuatan mereka terhadap `Ali, Abu Bakr masih mengharapkan bai`ah daripada`Ali, tetapi beliau A.S telah menunjukkan  sikap negatif terhadapnya.  Abu Bakr menganggapnya sebagai  serius lalu beliau ingin berjumpa dengannya dan  meminta maaf daripadanya di atas bai`ah orang ramai kepadanya  sedangkangkan dia  (Abu  Bakr) sendiri tidak begitu  berhasrat  untuk  memegang jawatan khalifah kerana kezuhudannya. Dia mengadakan pertemuan empat mata dengan `Ali A.S.
       Dia berkata:  Wahai Abu l-Hasan! Demi Allah perkara ini bukanlah  aku benar-benar mencintainya kerana aku tidak mempunyai  keyakinan kepada diriku sendiri terhadap keperluan umat ini.Aku tidak mempunyai  harta yang banyak dan keluarga yang ramai.Oleh  itu kenapa  anda  menyembunyikan kepadaku apa yang aku  tidak  berhak daripada anda. Anda melahirkan kebencian terhadapku[2].
Amir al-Mukminin a.s berkata:

1. Apakah  yang mendorong anda untuk memegang  jawatan  khalifah sekiranya  anda  benar-benar tidak menghendakinya dan  anda  pula kurang yakin kepada diri anda sendiri untuk mengendalikannya?
Abu Bakr berkata: Sebuah hadis yang aku mendengarnya daripada  Rasulullah  s.`a.w bermaksud "Sesungguhnya Allah  tidak  akan mengumpulkan  umatku  di atas kesesatan".   Apabila  aku  melihat ijmak mereka terhadapku, maka akupun mengikuti sabda Nabi s.`a.w tersebut[3].
       Dan aku tidak terfikir ijmak mereka menyalahi  petunjuk.  Lantaran itu aku memberi jawapan yang positif. Dan  sekiranya aku mengetahui mahupun seorang yang tidak bersetuju di  atas perlantikanku nescaya aku menolaknya.
2.  `Ali berkata: Adapun sabda Nabi s.`a.w yang  anda  menyebutkannya "Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku di atas kesesatan", adakah aku daripada umat ataupun tidak?
Abu Bakr menjawab:  Tentu sekali anda daripada umat.
3. `Ali berkata: Adakah golongan menentang anda  yang  terdiri daripada Salman, `Ammar, Abu Dhar, al-Miqdad, Ibn`Ubbad  dan orang-orang Ansar yang lain bersamanya termasuk di dalam umat?
Abu Bakr menjawab: Semuanya termasuk di dalam umat.
4. `Ali berkata: Bagaimana anda berhujah dengan hadis tersebut sedangkan orang seperti mereka telah membelakangi anda?   Sedangkan  umat  tidak mencela mereka dan  persahabatan  mereka  dengan Rasulullah adalah baik!
       Abu  Bakr menjawab: Aku tidak mengetahui penentangan  mereka melainkan selepas berlaku pemilihan khalifah.  Aku khuatir sekiranya aku meninggalkan "perkara" tersebut orang ramai akan menjadi murtad dari agama mereka. Lantaran itu perlakuan mereka terhadapku - sekiranya aku menyahuti seruan mereka -lebih senang bagiku mememberi pertolongan di dalam agama dan mengekalkannya dari permusuhan  di kalangan mereka. Justeru itu mereka  kembali  menjadi kafir. Aku  menyedari  bahawa anda bukanlah  orang  yang  dapat mengekalkan keadaan mereka dan agama mereka.
5. `Ali berkata: Ya! Tetapi beritahukan kepadaku tentang  orang yang berhak jawatan khalifah dan dengan apakah dia berhak?
Abu Bakr menjawab: Dengan nasihat, kesetiaan, perlakuan yang baik, melahirkan keadilan, alim dengan kitab dan sunnah, percakapan  yang tinggi, zuhud di dalam soal keduniaan, tidak  terlalu cintakan dunia, menyelamatkan orang yang tertindas dari ditindas,sama ada jauh dan dekat.  Kemudian dia (Abu Bakr) diam.
6. `Ali berkata: Orang yang terawal memeluk Islam dan kerabat?
Abu Bakr menjawab:  Ya!
7. `Ali  berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah  wahai  Abu Bakr,  adakah sifat-sifat tersebut terdapat pada diri  anda  atau pada diriku?
Abu Bakr menjawab: Malah pada diri anda wahai Abu l-Hassan[4].
8. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah  adakah  aku yang telah menyahuti dakwah Rasulullah (s.`a.w) dari kaum lelaki  atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[5].
9. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah, adakah  aku yang  mengisytiharkan  Surah  al-Bara'ah di musim  Haji  akbar  di hadapan kaum muslimin atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[6].
10. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah, aku  telah mempertahankan Rasulullah s.`a.w. dengan diriku di hari al-Ghadir atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[7].
11. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah, adakah  aku maula kepada anda dan semua muslimin melalui hadis Nabi (s.`a.w.) di hari al-Ghadir atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[8].
12. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  ayat al-Wilayah (al-Maidah5:55) daripada Allah bersama Rasul-Nya mengenai  zakat dengan sebentuk cincin untuk aku atau anda?
Abu Bakr menjawab: Untuk anda[9].
13. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  al-Wazarah (wazir) untukku bersama Rasulullah (s.`a.w.) umpama Harun bersama Musa atau untuk anda?
Abu Bakr menjawab: Untuk anda[10].
14. `Ali berkata:Aku menyeru anda dengan  nama  Allah  adakah Rasulullah (s.`a.w.) mempertaruhkan dengan aku, isteriku dan ana- anak  lelakiku apabila bermubahalah dengan Musyrikin atau  dengan isteri  anda dan anak-anak lelaki anda?
Abu Bakr menjawab: Dengan kalian[11].
15. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  ayat al-Tathir (Surah al-Ahzab 33: 33) untukku, isteriku dan anak-anak lelakiku atau untuk anda, isteri anda dan anak-anak lelaki anda?
Abu Bakr menjawab: Anda dan anak isteri anda[12].
16. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  aku, isteriku  dan  anak-anak lelakiku yang didoakan  oleh  Rasulullah (s.`a.w.) di hari al-Kisa' "Wahai Tuhanku mereka itulah keluargaku kepada Mu dan bukan kepada neraka" atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda, isteri anda dan  anak-anak  lelaki anda[13].
17. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  aku yang  dimaksudkan dengan ayat "Mereka menunaikan nazar dan  takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana" (Surah al-Insan76:7) atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[14].
18. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang  dikembalikan  matahari untuk waktu  solat  lalu  ditunaikan solatnya kemudian ia terbenam atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[15].
19. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang  telah melegakan Rasulullah (s.`a.w.) dan  kaum  Muslimin  dengan pembunuhan `Amru b. `Abd Wuddin atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[16].
20. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang  telah diamanahkan oleh Rasulullah (s.`a.w.)  dalam  perutusannya kepada jin lalu anda menyahutinya atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[17].
21.`Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah aku yang disucikan oleh Allah dari perzinaan semenjak Adam  sehinggalah  kepada  bapanya dengan sabda Rasulullah (s.`a.w.)  "Aku  dan anda (`Ali) dari nikah yang sah dan bukan dari perzinaan semenjak Adam hinggalah `Abdu l-Muttalib" atau anda?
Abu Bakr menjawab:  Anda[18].
22. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah aku yang telah dipilih oleh Rasulullah dan mengahwinkan aku dengan anak perempuannya Fatimah (`a.s) dan bersabda: "Allah telah mengahwinkan anda dengan Fatimah di langit" atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[19].
23. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  aku bapa  Hasan  dan Husain manakala beliau  bersabda:  "Kedua-duanya pemuda  Ahli  Syurga  dan bapa mereka berdua  adalah  lebih  baik daripada mereka berdua" atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[20].
24. `Ali  berkata:  Aku menyeru anda dengan  nama  Allah  adakah saudara  anda  yang dihiasi dengan dua sayap  terbang  di  syurga bersama para malaikat atau saudaraku?
Abu Bakr menjawab: Saudara anda[21].
25. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  aku yang  telah menjamin hutang Rasulullah (s.`a.w.)  dan  mengadakan perisytiharan  di  musim haji dengan melaksanakan  janjinya  atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[22].
26. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah, adakah  aku orang  yang  didoakan  oleh Rasulullah  (s.`a.w.)  dalam  keadaan burung  di sisinya, di mana beliau ingin memakannya. Beliau  bersabda:  "Wahai Tuhanku! bawa datanglah kepadaku orang yang  paling Engkau  cintai  selepasku  bagi memakan  (daging) burung itu bersamaku  ". Maka  tidak  seorangpun datang selain daripadaku atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[23].
27. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah akukah orang yang telah diberi mandat oleh Rasulullah (s.`a.w.) supaya  memerangi al-Nakithin, al-Qasitin, al-Mariqin menurut takwil al-Qur'an atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[24].
28. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah aku yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah (s.`a.w.) dengan kehakiman dan  kefasihan di dalam percakapan dengan sabdanya: "`Ali  adalah orang yang paling alim di dalam ilmu penghakiman" atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[25]. 29.  `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  aku di mana Rasulullah (s.`a.w.) memerintahkan para sahabatnya supaya memberi  salam kepadanya untuk menjadi ketua pada  masa  hidupnya atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[26].
30. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  aku yang  menyaksi  percakapan Rasulullah  (s.`a.w.)  yang  terakhir, menguruskan "mandi" dan mengkafankannya atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[27].
31. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah anda kerabat Rasulullah (s.`a.w.) atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[28].
32. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang dikurniakan oleh Allah dengan dinar ketika dia memerlukannya dan Jibra'il menjualkannya kepada anda dan anda menjadikan Muhammad sebagai tetamu lalu anda memberi makan anaknya atau aku?
Abu Bakr menangis dan berkata: Anda[29].
33. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang  telah diletakkan oleh Rasulullah (s.`a.w.) di atas  bahunya bagi  menolak dan memecahkan berhala-berhala di atas  ka`bah  sehingga jika aku kehendaki nescaya aku dapat menyentuhi ketinggianlangit atau anda?
Abu Bakr menjawab: Anda[30].
34. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang disabdakan oleh Rasulullah (s.`a.w.) "Andalah pemilik  bendera di dunia dan di akhirat" atau aku? 
Abu Bakr menjawab: Anda[31].
35. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang diperintahkan oleh Rasulullah (s.`a.w.) supaya membuka pintu di  masjidnya  ketika beliau memerintahkan supaya  ditutup  semua pintu keluarganya dan para sahabatnya dan membenarkan pintu  anda dibuka atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[32].
36. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda telah  mengeluarkan  sadqah apabila anda  mengadakan  perbicaraan khusus dengan Rasul dikala itu Allah mengkritik satu  golongan"Apakah  kamu  takut akan (menjadi miskin)  kerana  kamu  memberi sadqah sebelum pembicaraan dengan Rasul?" (Surah al-Mujadalah 58:13) atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[33].
37. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang dimaksudkan oleh Rasulullah (s.`a.w.) ketika beliau bersabda kepada Fatimah: "Aku nikahkan akan anda kepada orang yang pertama beriman kepada Allah" atau aku?Abu Bakr menjawab: Anda[34].
38. `Ali berkata: Aku menyeru anda dengan nama Allah adakah  anda yang  telah diberi salam oleh para malaikat tujuh langit di  hari al-Qulaib atau aku?
Abu Bakr menjawab: Anda[35].
39. `Ali berkata: Adakah dengan ini dan seumpamanya anda  berhak melaksanakan  urusan umat Muhammad?  Apakah yang membuatkan  anda terlanjur  jauh  dari  Allah dan Rasul-Nya  sedangkan  anda  tidak mempunyai sesuatu yang diperlukan oleh penganut agamanya!
Abu Bakr menangis dan berkata:Memang benar apa  yang  anda perkatakan  wahai Abu l-Hassan.Tunggulah aku hingga  berlalunya hariku. Aku akan memikirkan tentang jawatanku sebagai  khalifah dan  aku tidak akan mendengar lagi percakapan  sebegini  daripada anda[36].
40. `Ali berkata: Itu terserah kepada anda wahai Abu Bakr. Lantas dia kembali dan jiwanya agak tenang di hari itu dan tidak membenar seorangpun berjumpa dengannya sehingga di malam hari.

Ulasan

       Di  dalam dialognya Amir al-Mukminin telah mengemukakan  beberapa soalan kepada Khalifah Abu Bakr  khususnya mengenai  Imamah atau Khilafah di mana beliau berhujah bahawa  jawatan Imamah atau Khilafah  secara  langsung  selepas  Rasulullah  (s.`a.w.) adalah haknya berdasarkan hadis-hadis Rasulullah(s.`a.w.)mengenai  perlantikan beliau sebagai imam atau khalifah.  Ia  juga  disebut oleh  beliau  ketika melakukan  munasyadah  di  antara  beliau  dan Khalifah Abu Bakr di mana Khalifah Abu Bakr kelihatan  memperakui hakikat  ini dan hampir-hampir menyerah jawatan  Khalifah  kepada Amir al-Mukminin Ali b. Abi Talib jika tidak dihalang oleh  `Umar.[37]
       Persoalan yang timbul, jika perlantikan Rasulullah (s.`a.w.) ke  atas  Ali sebagai imam atau khalifah selepas  beliau  itu  adalah benar - Ia memang benar berdasarkan hadis-hadis Nabi (s.`a.w.) -kenapa  umat  mengabaikan tanggungjawab mereka untuk mentaati perlantikan beliau? Atau jika perlantikannya daripada Rasulullah s.`a.w.  tidak  benar,  kenapa `Ali  A.S  menuntut  bukan  haknya?
       Adakah ini sifat Ahl al-Bait Rasulullah s.`a.w. yang telah  disucikan di dalam Surah al-Ahzab 33: 33? Sebenarnya  Amir al-Mukminin `Ali telah menerangkan kedudukannya mengenai imamah atau khilafah kepada Ibn Qais yang mengemukakan soalan kepadanya.  Sulaim b. Qais al-Hilali,meriwayatkan bahawa Ibn Qais bertanya kepada Amir al-Mukminin `Ali A.S: Apakah  yang menghalang anda dari menghunus pedang anda untuk menuntut jawatan imamah atau khilafah?[38]
       Amir al-Mukminin `Ali A.S menjawab: Wahai Ibn Qais! Dengarlah  jawapanku: Bukanlah kerana perasaan pengecut  dan  kebencianku menemui  Tuhanku. Aku bukanlah tidak mengetahui bahawa apa  yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagiku daripada dunia dan  kekal di  dalamnya. Tetapi perintah Rasulullah (s.`a.w.) yang telah menghalangku  dan  janji beliau kepadaku. Rasulullah  (s.`a.w.) telah memberitahuku bahawa umat akan belot selepasnya[39].
       Meskipun begitu aku tidak begitu yakin terhadap apa yang mereka perlakukan di hadapanku kerana aku lebih menyakini sabda   Rasulullah (s.`a.w.) daripada apa yang aku melihatnya sendiri.
       Aku berkata: Wahai Rasulullah! Apakah janji anda kepadaku sekiranya  ia  berlaku sedemikian?  Beliau  bersabda:  Jika  anda dapat  mencari pembantu-pembantu, maka tentangilah  "mereka"  dan jika  anda tidak dapat pembantu-pembantu, tahanlah tangan  anda, peliharalah darah anda sehingga anda mendapati pembantu-pembantu bagi  menegakkan  agama, kitab Allah dan  Sunnahku[40].
       Rasulullah (s.`a.w.)  telah  memberitahuku  bahawa sesungguhnya umat  aka menghinaku, membai`ah dan mengikut orang lain selain  daripadaku. Rasulullah(s.`a.w.) telah memberitahuku bahawa  kedudukanku  di sisinya  sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa dan  umat  selepasnya seperti kedudukan Harun serta orang yang mengikutnya[41], dan kedudukan  al-`Ajl (anak  lembu jantan) serta  orang  yang  mengikutnya kerana Musa berkata kepadanya: "Wahai Harun, apa yang  menghalang kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat (sehingga) kamu tidak mengikuti  aku?   Maka apakah kamu  telah  (sengajamendurhakai perintahku?Harun menjawab: Wahai putera ibuku, janganlah kamu pegang  janggutku  dan jangan (pula) kepalaku,  sesungguhnya  aku khuatir  bahawa kamu akan berkata (kepadaku): Kamu telah  memecah antara  Bani  Isra'il dan kamu tidak memelihara  ummatku"  (SurahTaha 20: 92-94).
       Apa  yang  dimaksudkan oleh Allah adalah  sesungguhnya  Musa telah  memerintahkan  Harun  ketika beliau  melantiknya  ke  atas mereka  jika  mereka  sesat dan beliau  (Harun)  dapat  pembantu-pembantunnya,  hendaklah  beliau menentang  mereka  dan  sekiranya beliau  tidak dapat pembantu-pembantu, hendaklah  beliau  menahan tangannya dan memelihara darahnya dan janganlah beliau  melakukan perpecahan  di  kalangan  mereka[42]. Dan  sesungguhnya  aku  takut saudaraku Rasulullah (s.`a.w.) akan berkata kepadaku kenapa  anda memecahbelahkan mereka dan tidak memelihara ummatku? Sedangkan aku  telah  menjanjikan  anda sesungguhnya jika  anda  tidak  ada pembantu-pembantu, hendaklah anda menahan tangan anda,  memelihara darah anda, darah keluarga anda dan Syi`ah anda[43].
       Amir  al-Mukminin  `Ali  berkata  lagi:  Apabila  Rasulullah (s.`a.w.)  wafat,  orang ramai cenderung kepada Abu Bakr  lantas mereka memberi bai`ah kepadanya. Sedangkan aku sibuk memandi dan mengkafan jenazah Rasulullah (s.`a.w.). Kemudian aku  menghabiskan masaku dengan mengumpulkan al-Qur'an sehingga aku  mengumpulkannya di dalam satu kain. Kemudian aku, Fatimah dan di tangan-nya Hassan dan Husain, menyeru kesemua orang-orang yang  terlibat di dalam peperangan Badar dan orang-orang terdahulu memeluk Islam yang terdiri daripada orang-orang Muhajirin dan Ansar,  semuanya aku  telah  mengemukakan hujah-hujahku dengan nama  Allah  S.W.T. mengenai  hakku dan aku telah menyeru mereka  supaya  membantuku. Tetapi semua mereka tidak menyahut seruanku selain daripada empat orang; al-Zubair, Salman, Abu Dhar dan al-Miqdad[44].
       Kemudian `Ali meneruskan kata-katanya: Wahai Ibn Qais, sesungguhnya  mereka telah memaksaku dan menekanku hampir  mereka membunuhku. Jika mereka berkata kepadaku: Kami semata-mata mahu membunuh anda,nescaya aku akan menghalang  pembunuhan  mereka terhadapku sekalipun aku seorang. Tetapi mereka berkata:  Sekiranya  anda  memberi bai`ah (kepada Abu Bakr)  nescaya  kami  akan melepaskan anda, memuliakan anda, mendampingi anda,  menghormati anda. Dan sekiranya anda tidak melakukannya, nescaya kami membunuh anda. Apabila aku tidak dapati seorangpun yang  akan  membantuku, maka akupun memberi bai`ah kepada mereka.Tetapi  bai`ahku  terhadap  mereka bukanlah membenarkan  kebatilan  mereka  dan tidaklah mewajibkan kebenaran untuk mereka.
       Kemudian `Ali berkata lagi: Sekiranya aku dapati di hari Abu Bakr  dibai`ah  empat puluh orang lelaki yang taat, nescaya  aku menentang mereka[45]. Beliau  begitu menyesali sikap orang-orang Ansar  dan Muhajirin  yang  tidak  membantunya.   Beliau  mengatakan  bahawa mereka  telah mencintai Abu Bakr dan `Umar secara  membuta  tuli. Beliau berkata: Hairan sekali! Hati umat ini telah dimabukkan oleh cinta kepada  mereka berdua dan mencintai orang-orang yang  menyimpang  dari jalan Allah.
       Sekiranya umat ini berdiri di atas kakinya ke tanah dan  meletakkan  debu  di atas kepala  mereka  bermunajat  kepada Allah, serta menyeru di hari kiamat ke  atas orang-orang  yang telah  menyesat dan menghalang mereka dari jalan  Allah;  menyeru mereka ke neraka, membentangkan mereka kepada kemurkaan Allah dan mewajibkan  azab-Nya ke atas mereka kerana jenayah  yang  "mereka"lakukan ke atas mereka, nescaya mereka tergolong juga dari orang-orang yang cuai (muqassirin) kerana pengkaji yang benar dan  alim dengan  Allah dan Rasul-Nya merasa takut jika ia mengubah  sesuatu sunnah dan bid`ah mereka berdua, orang ramai (umat) akan  memusuhinya.
       Apabila dia melakukannya, mereka akan menyulitkan (kehidupan)nya, menentangnya, membersihkan diri daripadanya, menghinanya,  merampas haknya. Dan sekiranya ia mengambil sunnah mereka berdua, memperkuinya,  memujinya dan menjadikannya agama, nescaya umat mencintainya, memuliakannya dan melebih-lebihkannya.[46]
       Demi Allah sekiranya aku menerangkannya kepada askar-askarku segala kebenaran yang diturunkan oleh Allah ke atas Nabi-Nya, dan aku mendedah pentafsirannya menurut apa yang aku dengar dari Nabi Allah `a.s, nescaya sedikit sahaja askar-askarku tinggal bersamaku kerana mereka takut mendengarnya[47].
       Sekiranya janji Rasulullah (s.`a.w.) tidak ada denganku, nescaya aku melakukannya(menyerang mereka).Tetapi Rasulullah(s.`a.w.) bersabda kepadaku: "Wahai saudaraku! Apabila seorang hamba itu terpaksa melakukan sesuatu, maka Allah menghalalkannya untuknya dan mengharuskannya untuknya". Dan aku mendengar beliau bersabda: "Taqiyyah adalah dari agama Allah, tidak ada agama (al-Din) bagi orang yang tidak melakukan taqiyyah untuknya"[48].
       Walaupun  begitu `Ali percaya bahawa orang lain  selain  Ahl al-Bait a.s tidak layak memegang jawatan Imamah.  Kerana ia telah dipilih oleh Allah S.W.T. Sulaim b. Qais al-Hilali menulis: `Ali berkata: Demi orang yang telah memuliakan kami Ahl al-Bait dengan "kenabian". Dia telah menjadikan di kalangan kami Muhammad. Dia memuliakan kami selepasnya di mana Dia menjadikan pada kami para imam bagi mukminin,  orang lain selain daripada kami tidak  boleh mencapainya. Imamah  dan Khilafah tidak  layak  melainkan  pada kami[49].

Kesimpulan

       Amir  al-Mukminin`Ali b. Abu Talib  yakin bahawa  imamah atau khilafah  adalah  haknya dan hak sebelas  anak  cucunya  daripada Fatimah  a.s  berdasarkan kepada hadis al-Ghadir dan  lain-lain. Oleh itu bai`ah beliau terhadap Abu Bakr selepas kewafatan  Fatimah  al-Zahra  adalah secara terpaksa, tanpa pembantu-pembantu. Jika tidak beliau akan menghadapi musibat sebagaimana  dihadapi oleh  Nabi  Harun a.s. Justeru itu  janji  Rasulullah  (s.`a.w.) dengan beliau dipeliharanya demi perpaduan umat Islam sejagat.

[1] Al-Ihtijaj, I,hlm.115-129.

[2] Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, I, hlm. 18-19;  al-Mas`udi, Muruj al-Dhahab, II, hlm. 302; al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm. 127.

[3] Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, I, hlm. 9.

[4] Ibn Hajr al-`Asqalani, Lisan al-Mizan,  VI, hlm. 78; al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 7; Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, VII, hlm. 356.

[5] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 91-92.

[6] Ahmad b. Hanbal, al-Musnad,  I, hlm. 156;  al-Turmudhi, Sahih,II, hlm. 461;  al-Hakim, al-Mustadrak,  II, hlm. 51;  Ibn Hajral-`Asqalani, al-Isabah,  II, hlm. 509;  al-Muttaqi  al-Hindi,Kanz al-`Ummal, I, hlm. 246.

[7] Al-Hakim, al-Mustadrak, II, hlm. 53-54.

[8] Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, IV, hlm. 370; al-Wahidi, Asbab al- Nuzul, hlm. 150; al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, II, hlm. 298; al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 120; al-KhatibTarikh Baghdad,  VIII, hlm. 290;  al-Syablanji,  Nur al-Absar,hlm. 75; al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm.32.

[9] Al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, II, hlm. 293; Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, III, hlm. 417; al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, I, hlm. 422; al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, I, hlm. 4

[10] Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 175; al-Muttaqi al-Hindi,Kanz al-`Ummal, VI, hlm. 117; al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm 116; al-Turmudhi, Sahih, II, hlm. 301; al-Nasa'i, al-Khasa'is,hlm. 78;  Abu Daud, al-Musnad, I, hlm. 28;  al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 83.

[11] al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf, I, hlm. 482; Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, III, hlm. 20; Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, I,hlm. 185; al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, II, hlm. 38; al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 47;  al-Syablanji, Nur al-Absar, hlm.101.

[12] Al-Tabari, Jami` al-Bayan, XXII, hlm. 502;  al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, V, hlm. 198; Ahmad b. Hanbal, al-Musnad, III, hlm. 259; al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 251.

[13] Ibid.

[14] Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, hlm. 331; Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, VIII, hlm. 392; Ibn Hajr al-`Asqalani, al-Isabah, VIII, hlm. 168; Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, V, hlm. 530; al-Syablanji, Nur al-Absar, hlm. 102.

[15] Ibn Hajr, Lisan al-Mizan, V, hlm. 76; Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, VI, hlm. 80;  al-Tahawi, Musykil al-Athar,  II, hlm. 8; al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 137.

[16] Lihat umpamanya,  al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib,  hlm. 277.

[17] Ibid., hlm. 230-231.

[18] Ibid., hlm. 379; al-Haithami, Majma` al-Zawa'id, IX, hlm. 168.

[19] Ibn Hajr al-Makki, al-Sawa`iq al-Muhriqah, hlm. 84-85;  Muhibb al-Tabari,  Dhakha`ir al-Uqba, hlm. 29; al-Kanji  al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 298-299.

[20] Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib,  hlm. 204;  al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 166.

[21] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 519.

[22] Ahmad b. Hanbal, al-Musnad,I, hlm. 3;  al-Dhahabi, Mizan al-I`tidal, I, hlm. 306; al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, III, hlm. 209.

[23] Al-Turmudhi, Sahih, II, hlm. 299; al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 130;  Abu Nu`aim al-Asfahani, Hilyah al-Auliya', VI, hlm. 339; Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, IV, hlm. 30; al-Dhahabi, Muruj al-Dhahab, II, hlm. 49.

[24] Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-`Ummal,  VI, hlm. 154;  Ibn Hajr,Tahdhib al-Tahdhib, III, hlm. 178; al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Tahdhib, hlm. 167-168.

[25] Al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 112.

[26] Ibn Hajr, al-Isabah, III, hlm. 20;  al-Muttaqi al-Hindi,  Kanz al-`Ummal, VI, hlm. 155; al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 128

[27] Al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 60-63.

[28] Al-Khawarizmi, al-Manaqib, hlm. 90; al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 76.

[29] Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, V, hlm. 530; al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 348-349.

[30] Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 5.

[31] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 81.

[32] Al-Nasa'i, al-Khasa'is, hlm. 17; al-Hakim, al-Mustadrak, III,hlm. 125; al-Turmudhi, Sahih, II, hlm. 301; al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 201.

[33] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 100.

[34] Muhibb al-Din al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba, hlm. 29; Ibn Hajr, al-Sawa`iq al-Muhriqah, hlm. 85; al-Kanji al-Syafi`i, Kifayah al-Talib, hlm. 298.

[35] Lihat umpamanya, al-Khatib, Tarikh Baghdad, IV, hlm. 403.

[36] Lihat umpamanya, Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, I, hlm. 18-19; al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm. 127-128.

[37] Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, I, hlm. 18-19;  al-Ya`qubi, Tarikh al-Ya`qubi, II, hlm. 127.

[38] Kitab Sulaim , hlm.127

[39] Lihat umpamanya, al-Bukhari, Sahih, IV, hlm. 94-99.

[40] Sulaim b. Qais al-Hilali, Kitab Sulaim , hlm 128.

[41] Muslim, Sahih, II, hlm. 236

[42] Sulaim b. Qais al-Hilali, Kitab Sulaim, hal. 127.

[43] Ibid., hlm. 127.

[44] Ibid.

[45] Ibid , hlm.   129.

[46] Ibid, hlm.151.

[47] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi` al-Mawaddah, hlm. 403.

[48] Sulaim b. Qais al-Hilali, Kitab Sulaim , hlm.151.

[49] Ibid,hlm.120.

Imam Ali as menyebut keutamaannya dan orang ramai mengakui akan kebenarannya



Dikutip dari: Kitab Sulaim bin Qais al-Hilali
(Kitab Sulaim adalah karangan Sulaim bin Qais al-Hilali al-‘Amiri al-Kufi, sahabat Amir al-Mukminin Ali bin Abu Talib. Beliau telah mengambil bahagian dalam peperangan Jamal, Siffin dan Nahrawan bersama-sama Amir al-Mukminin Al. Beliau wafat sekitar tahun 90 Hijrah. Keistimewaan Kitab Sulaim adalah terletak kepada autoriti sanad dan matannya yang unggul di mana Sulaim telah memperolehinya daripada Amir al-Mukminin Ali bin Abu Talib, al-Hasan, al-Husain, Ali bin al-Husain dan al-Baqir)


       Kemudian beliau (saidina ali kwj)  menaiki mimbar di dalam kem tenteranya, mengumpul orang ramai, termasuk Muhajirin dan Ansar menghadirinya. Kemudian beliau memuji Allah dan bersyukur kepadaNya. Kemudian berkata: Wahai manusia! Sesungguhnya sifat-sifat kelebihanku (manaqib)[1] adalah tidak terkira banyaknya selepas Allah menurunkannya di dalam kitab-Nya dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah (Saw.) adalah mencukupi bagiku daripada semua kelebihanku. Adakah kalian mengetahui bahawa Allah telah melebihkan di dalam kitab-Nya yang bercakap akan orang yang awal Islam (al-Sabiq) bukan hanya satu ayat dalam kitab-Nya ke atas orang lewat Islamnya (al-Masbuq).


       Sesungguhnya tidak ada seorangpun daripada umat ini yang mendahuluiku kepada Allah dan Rasul-Nya? Mereka menjawab: Ya. Beliau berkata: Aku menyeru kalian kepada Allah bahawa Rasulullah (Saw.) ditanya tentang firman-Nya di dalam Surah al-Waqi‘ah (56): 10-11 ‘‘Dan orang dahulu yang terdahulu (al-Sabiqun al-Sabiqun) mereka itulah orang yang hampir di sisi Tuhan” Maka Rasulullah (Saw.) bersabda: Allah telah menurunkanya kepada para nabi dan para wasi mereka. Aku adalah Nabi dan Rasul Allah yang terbaik (afdal), dan wasiku Ali adalah wasi yang terbaik. Maka berdirilah tujuh puluh orang ahli Badr kebanyakannya terdiri daripada kaum Ansar dan selebihnya daripada Muhajirin. Antara mereka ialah Abu al-Haitham bin al-Taihan, Khalid bin Zaid dan Abu Ayyub al-Ansari. Dan di kalangan Muhajirin ialah ‘Ammar bin Yasir. Mereka berkata: Kami memberi penyaksian bahawa kami telah mendengar Rasulullah (Saw.) bersabda sedemikian.


       Beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah dalam Surah al-Nisa’ (4): 59, ‘‘Hai orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada Rasul dan Uli I-Amri min-kum” dan firman-Nya dalam Surah al-Mai’dah (5): 55, “Sesungguhnya wali kamu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman yang mendirikan solat dan memberikan zakat” Kemudian firman-Nya dalam Surah al-Taubah (9): 16, ‘‘…dan mereka tidak mengambil selain daripada Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman untuk menjadi penyimpan rahsia


       Maka orang ramai bertanya: Wahai Rasulullah (Saw.)! Adakah ia diperuntukkan kepada sebahagian Mukminin atau umum untuk semua Mukminin? Maka Allah SWT telah memerintahkan Rasul-Nya supaya mengajar dan mentafsirkan kepada mereka tentang wilayah sebagaimana beliau mentafsirkan kepada mereka tentang solat, puasa, zakat dan haji mereka. Maka beliau telah melantikku di Ghadir Khum. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengutusku dengan satu perutusan di mana ia menyempitkan dadaku. Aku menyangka sesungguhnya orang ramai akan membohongiku. Dia berjanji kepadaku supaya aku menyampaikannya atau Dia akan menyiksaku. Berdirilah Ali, kemudian beliau menyeru: solat jami‘ah. Maka beliau mengerjakan solat zohor bersama mereka.


       Kemudian beliau bersabda: “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah adalah maulaku dan aku adalah maula Mukminin dan lebih aula dengan mereka daripada diri mereka sendiri. Mereka yang telah menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya. Wahai Tuhanku! Muliakanlah orang yang mewalikannya. Musuhilah orang yang memusuhinya. Bantulah orang yang membantunya. Hinalah orang yang menghinanya”.


       Lantas Salman al-Farisi berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Kepatuhan kepadanya seperti apa (wula’u-hu ka-madha)? Beliau bersabda: Kepatuhan kepadanya adalah seperti kepatuhan kepadaku (wula’u-hu ka-wilayati).[2] Sesiapa yang aku lebih aula dengannya daripada dirinya, maka Ali adalah lebih aula dengannya daripada dirinya. Dan Allah menurunkan firman-Nya di dalam Surah al-Mai’dah (5): 3, “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan nikmat-Ku untukmu dan Aku meridhai Islam sebagai agamamu


       Maka Salman al-Farisi berkata: Wahai Rasulullah! Adakah ayat ini diturunkan kepada Ali secara khusus? Maka beliau bersabda: Padanya dan pada para wasiku sehingga Hari Kiamat Salman berkata: Wahai Rasulullah! Terangkan tentang mereka kepada kami. Beliau bersabda: “Ali adalah saudaraku, wazirku, wasiku, warisku, khalifahku pada umatku, waliku kepada setiap Mukmin selepasku dan sebelas imam daripada keturunannya, al-Hasan dan al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak-anak al-Husain seorang demi seorang. Al-Qur’an bersama mereka, dan mereka bersama al-Qur’an. Mereka tidak akan berpisah dengannya sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh.           Lalu berdirilah dua belas orang daripada ahli Badr sambil berkata: Kami naik saksi bahawa kami telah mendengar hadis tersebut daripada Rasulullah (Saw.) sebagaimana yang anda katakan adalah sama. Anda tidak menambah atau mengurangkan meskipun satu huruf. Dan berkata tujuh puluh orang lagi: Kami telah mendengar sedemikian itu tetapi kami tidak menghafaz kesemuanya. Mereka itu (yang membuat pengakuan) adalah dua belas orang yang terpilih dan yang terbaik di kalangan kami. Beliau berkata: Kalian memang benar. Bukan semua orang menghafaznya. Sebahagian mereka adalah lebih kuat ingatan daripada yang lain.


       Maka berdirilah empat orang dari kalangan dua belas orang itu. Mereka adalah Abu al-Haitham bin Taihan, Abu Ayyub, Ammar dan Khuzaimah bin Thabit- Dhu al-Syahadataini (penyaksiannya menyamai dua orang). Mereka berkata: Kami naik saksi bahawa kami telah mendengar sabda Rasulullah Saw. dan kami menghafaznya. Beliau (Saw.) bersabda pada hari itu dalam keadaan berdiri sementara Ali a.s. berdiri di sisinya: Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku supaya melantik untuk kalian seorang imam, dan wasi Nabi kalian pada kalian. Beliau adalah khalifahku pada umatku dan pada keluargaku selepasku.[3]


       Demi Dia yang mewajibkan ke atas Mukminin dalam Kitab-Nya supaya mentaatinya, dan Dia telah memerintahkan di dalam Kitab-Nya supaya mewalikannya, maka aku merujuk kepada Tuhanku kerana takut kritikan ahli Nifak dan pembohongan mereka. Maka Dia mengancamku supaya aku menyampaikannya atau Dia menyiksaku. Wahai manusia! Sesungguhnya Allah memerintahkan solat kepada kalian dalam kitab-Nya. Aku telah menerangkannya kepada kalian dan aku telah menjadikannya sebagai sunnah. Begitu juga dengan zakat, puasa dan haji, di mana aku telah menerang dan mentafsirkannya kepada kalian. Dan Dia memerintahkan wilayah dalam Kitab-Nya. Sesungguhnya aku memberi penyaksian kepada kalian, wahai manusia! Sesungguhnya ia adalah dikhususkan untuk Ali bin Abu Talib, dan para wasi daripada anak-anakku dan anak-anak saudaraku serta wasiku.


       Ali adalah yang pertama. Kemudian al-Hasan. Kemudian al-Husain. Kemudian sembilan daripada anak lelaki al-Husain. Mereka tidak akan meninggalkan al-Kitab sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh. Wahai manusia! Aku telah memberitahu kalian imam kalian, penunjuk kalian dan pembawa kalian kepada petunjuk. Beliau adalah saudaraku Ali bin Abu Talib. Kedudukannya pada kalian adalah seperti kedudukanku pada kalian.


       Justeru itu, kalian ikutlah beliau untuk agama kalian dan taatilah beliau dalam segala urusan kalian kerana di sisinya terdapat segala ilmu yang telah Allah ajarkan kepadaku. Allah memerintahku supaya mengajarnya segala ilmu dan aku memberitahu kalian bahawa ilmu berada di sisinya. Kalian bertanyalah kepadanya dan belajarlah daripadanya dan daripada para wasinya selepasnya. Janganlah kalian mengajar mereka dan janganlah kalian mendahului mereka. Janganlah kalian membelakangi mereka kerana mereka bersama kebenaran dan kebenaran bersama mereka, dan mereka tidak akan meninggalkannya.[4]


       Kemudian Ali a.s. berkata kepada Abu Darda’ dan Abu Hurairah serta mereka yang di sekitarnya: Wahai manusia! Adakah kalian mengetahui bahawa sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan di dalam Kitab-Nya; Surah al-Ahzab (33): 33 “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan segala kekotoran (dosa) daripadamu hai Ahl al-Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”, maka Rasulullah (Saw.) telah mengumpulkanku, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain di dalam satu kain (al-Kisa’).


       Beliau lalu bersabda: Mereka itulah ‘Itrahku dan Ahl Baitku. Maka Dia telah menghilangkan daripada mereka kekotoran dosa, dan membersihkan mereka dengan sebersih-bersihnya. Maka Umm Salamah berkata: Dan aku? Maka beliau bersabda: Sesungguhnya anda dalam kebaikan.[5] Sesungguhnya ayat ini diturunkan padaku, pada saudaraku Ali, anak perempuanku Fatimah, anak lelakiku al-Hasan dan al-Husain salawatullahi ‘alaihim secara khusus, kerana tidak ada orang lain selain daripada kami. Dan kepada sembilan daripada anak al-Husain selepasku. Maka semua mereka berdiri lalu berkata: Kami memberi penyaksian bahawa Umm Salamah telah meriwayatkan kepada kami sedemikian. Maka kami bertanyakan Rasulullah (Saw.) mengenainya, maka beliau memberitahu kami sebagaimana Umm Salamah telah meriwayatkannya kepada kami.
       Ali a.s. berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah! Adakah anda mengetahui bahawa sesungguhnya Allah SWT telah berfirman di dalam Surah al-Taubah (9): 119, “Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang yang benar (al-Sadiqin)”. Maka Salman berkata: Wahai Rasulullah! Adakah ayat ini umum atau khusus? Maka beliau bersabda: Adapun al-Mukminun adalah umum kerana jama‘ah Mukminun diperintahkan sedemikian. Adapun al-Sadiqin adalah khusus untuk Ali bin Abu Talib dan para wasinya selepasnya sehingga Hari Kiamat[6].


       Dan aku berkata kepada Rasulullah (Saw.) semasa peperangan Tabuk. Wahai Rasulullah! Kenapakah anda melantikku? Beliau bersabda: Madinah tidak sesuai melainkan untuk aku dan anda. Kedudukan anda di sisiku sepertilah kedudukan Harun di sisi Musa melainkan kenabian kerana tidak ada nabi selepasku.[7] Maka berdirilah beberapa orang lelaki daripada Muhajirin dan Ansar dan berkata: Kami memberi penyaksian bahawa kami telah mendengar sedemikian daripada Rasulullah (Saw.) semasa peperangan Tabuk.


       Maka beliau berkata: Aku menyeru kalian dengan nama Allah! Adakah kalian mengetahui bahawa Allah telah menurunkan di dalam Surah al-Hajj (22): 77 ‘‘Hai orang yang beriman, rukuklah, sujudlah dan sembahlah Tuhan kamu…”. Maka Salman berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang anda menjadi saksi ke atas mereka. Mereka adalah syuhada’millah Ibrahim? Beliau bersabda: Dimaksudkan dengan demikian itu adalah tiga belas orang manusia. Aku, saudaraku dan sebelas orang daripada anak lelakiku.[8] Maka mereka menjawab: Ya. (saksi-saksi) yang telah dipilih oleh Allah ke atas manusia dan Dia tidak menjadikan ke atas mereka kesulitan dalam agama, 


       Beliau berkata: Adakah kalian mengetahui bahawa Rasulullah (Saw.) telah berdiri memberi khutbah dan beliau tidak lagi memberi khutbah selepas itu, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang kepada kedua-duanya; Kitab Allah dan Ahl Baitku. Sesungguhnya Yang Maha Halus lagi Maha Alim telah berjanji kepadaku bahawa kedua-duanya tidak akan berpisah sehingga ia dikembalikan kepadaku di al-Haudh?”[9] Mereka berkata: Ya. Sesungguhnya kami telah menyaksikan semuanya.


       Beliau berkata: Allah adalah cukup bagiku. Lalu berdirilah dua belas orang lelaki dan mereka berkata: Kami memberi penyaksian bahawa Rasulullah (Saw.) ketika berkhutbah pada hari beliau wafat, maka Umar berdiri separuh marah dan berkata: Wahai Rasulullah! Adakah semua Ahl Bait anda? Beliau bersabda: Tidak. Tetapi para wasiku, saudaraku adalah di kalangan mereka, wazirku, warisku, khalifahku pada umatku dan wali kepada setiap Mukmin selepasku. Ini adalah yang awal daripada mereka dan yang terbaik mereka. Kemudian wasiku adalah daripada anak lelakiku ini. Beliau memberi isyarat kepada al-Hasan. Kemudian wasinya ini. Beliau memberi isyarat kepada al-Husain. Kemudian wasiku adalah daripada anak lelakiku ini dan akan dinamakan oleh saudaraku.


       Kemudian wasinya akan dinamakan. Kemudian tujuh daripada anak lelakinya seorang demi seorang sehingga mereka dikembalikan kepadaku di al-Haudh. Mereka adalah syuhada’ Allah di Bumi-Nya, hujah-Nya ke atas makhluk-Nya. Sesiapa yang mentaati mereka, maka mentaati Allah. Sesiapa yang menderhakai mereka, maka menderhakai Allah.[10] Lalu berdirilah tujuh puluh ahli Badr sambil berkata: Kami telah memahami apa yang kami telah terlupa. Kami memberi penyaksian bahawa kami telah mendengar sedemikian daripada Rasulullah (Saw.).


       Beliau a.s. tidak meninggalkan sesuatupun melainkan menyeru mereka mengenainya sehingga beliau mengakhiri manaqibnya dan apa yang disabdakan Rasulullah (Saw.) kepadanya. Mereka telah membenarkannya dan memberi penyaksian bahawa semuanya adalah benar. Manakala Abu Darda’ dan Abu Hurairah memberitahu Mu‘awiyah kesemuanya, dia berkata: Wahai Abu Darda’! Wahai Abu Hurairah! Sekiranya apa yang kalian riwayatkan kepadaku ini adalah benar, maka binasalah Muhajirin dan Ansar selain daripadanya, Ahl Baitnya dan Syi‘ahnya.


Penjelasan Ali a.s. bahawa Nabi Saw. telah memberitahunya mengenai apa yang sedang berlaku


       Kemudian Mu‘awiyah menulis surat kepada Amir al-Mukiminin a.s. Sekiranya apa yang anda kata, dakwa dan penyaksian yang anda minta daripada para sahabat anda itu benar, maka binasalah Abu Bakr, Umar, Uthman dan semua Muhajirin dan Ansar selain daripada anda, Ahl Bait anda dan Syi‘ah anda?[11] Sedangkan telah sampai kepadaku bahawa anda menunjukkan kasihan belas terhadap mereka. Sesungguhnya anda mempunyai dua wajah dan tidak ada yang ketiga. Sama ada anda bertaqiyyah jika anda membersihkan diri daripada mereka kerana khuatir bahawa tentera-tentera anda yang memerangiku akan melarikan diri daripada anda.






[1] Ibid., hlm. 121.


[2] Ibid., hlm. 114-5


[3] Ibid., hlm. 251.


[4] Ibn ‘Abd al-Birr, al-Isti‘ab, ii, hlm. 463. al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al- ‘Ummal, vi, hlm. 392. Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, ii, hlm. 448. Muhibb al-Din al-Tabari, Dhakha’ir al-‘Uqba, hlm. 78.


[5] Al-Tabari, Tafsir, xxii, hlm. 5. al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, v, hlm. 198.


[6] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 119.


[7] Al-Bukhari, Sahih, iii, hlm. 54. Muslim, Sahih, ii, hlm. 236-7. Ibn Hanbal, Musnad, i, hlm. 98, 118-9.


[8] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 441.


[9] Muslim, Sahih, ii, hlm. 238.


[10] Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi‘ al-Mawaddah, hlm. 441.


[11] Al-Bukhari, Sahih, viii, hlm. 379-386. Hadis. no. 578, 584-587, 590.