Wednesday, August 3, 2011

Al Husain dalam Pergerakan dengan Dasar keyakinan dan Keimanan

Al Husain dalam Pergerakan dengan Dasar keyakinan dan Keimanan
Di padang Karbala banyak terdapat huruf-huruf berserak yang menunggu sejak dulu untuk dipungut dan diregenerasikan. Pesan Karbala harus sampai pada tiap-tiap insan yang mengeyam kehidupan didunia yang penuh dengan ketidak adilan ini. Dengan semangat-semangat asyuralah manusia akan memiliki semangat juang tak terbendung dalam melawan kedhaliman dan kelaliman yang merajalela.


Al Husain dalam Pergerakan dengan Dasar keyakinan dan Keimanan
Pada surah Albaqarah ayat 249 dipaparkan keyakinan telah membawa tentara Thalut pada kemenangan dan mereka juga memiliki sejarah bahwa banyak orang dengan jumlah sedikit mampu mengalahkan yang banyak. Disini juga ditekankan akan keutamaan orang-orang yang sabar. Selain keberanian kesabaran juga memainkan peranan penting dalam mencapai kemenangan.



Sementara dalam As Shafaat ayat 102 tergambarkan juga sebuah modal yang dimiliki Nabi Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah swt adalah kesabaran dan kesabaran sendiri tidak  akan pernah lahir pada diri seseorang ketika dia tidak memiliki keyakinan terlebih dahulu atas apa yang akan dihadapi serta dampak dari yang akan dia hadapi, Nabi Ibrahim mendapat kedudukan sedemikian tinggi karena lebih mengutamakan kesabarannya walaupun anaknya tidak jadi disembelih, sedang pada tragedi asyura, Anak Imam Husain dibunuh bukan karena perintah Allah lebih dari itu anak beliau dibunuh oleh orang-orang yang mengaku sebagai pengikut dan pendukung beliau, orang yang mengaku sebagai umat Islam yang nantinya akan mengharapkan syafaat dari kakeknya. Sungguh keyakinan telah mengakar kuat dihati beliau sehingga kesabaran beliau sangat kuat dan kukuh dihadapan para penjilat kaki pemimpin dhalim.

Nabi Ismail as juga mengajarkan kesabaran yang luar biasa, dengan keyakinan yang dimiliki ia pun menyedia diri untuk dikorbankan di jalan Allah swt, ia bersabar walau untuk itu ia harus disembelih dan merasakan sakitnya sayatan pedang. Karena kesabaran ini nabi Ismail diangkat pada bidak yang jauh lebih utama walaupun dia tidak jadi disembelih, sekarang bagaimanakah anak-anak Imam Husain as yang dengan kukuh meminta ijin pada ayahanda mereka untuk bertempur dan syahid di tombak serta di tusuk pedang musuh, anak-anak ini sangat yakin mereka akan mereguk syahadah dan tidak ada pengganti pada saat mereka disembelih seperti kisah nabi Ismail as. Keyakinan mereka telah menumbuhkan kesabaran yang memuncak pada diri-diri mereka. Dan mereka menjadi tonggak-tonggak revolusi Imam Husain as.

Mengambil Huruf-Huruf Berserak di Padang Karbala pada Hari Asyura
Seluruh manusia yang hidup setelah zaman Imam Husain dituntut untuk sedikit bersusah payah demi kebaikan mereka, mereka dituntut untuk menguak dan mengorek tuntas seluruh pesan-pesan tersurat maupun tersirat dari tragedi maha dahsyat ini.
Di padang Karbala banyak terdapat huruf-huruf berserak yang menunggu sejak dulu untuk dipungut dan diregenerasikan. Pesan Karbala harus sampai pada tiap-tiap insan yang mengeyam kehidupan didunia yang penuh dengan ketidak adilan ini. Dengan semangat-semangat asyuralah manusia akan memiliki semangat juang tak terbendung dalam melawan kedhaliman dan kelaliman yang merajalela.
Tragedi Asyura Ajang Penyampaian Dakwah Kemuliaan yang Paling Tepat
Tragedi Asyura tidak bisa dipungkiri lagi adalah kejadian yang sangat spektakuler, pertunjukkan suasana panggung dunia terpapar jelas disana, kezuhudan dan kerakusan, kesabaran dan keberingasan, kasih
sayang
dan kebiadaban, keangkuhan dan ketulusan, kepengecutan dan jiwa ksatria. Siapapun yang mengkaji dan mendalami Asyura Imam Husain akan terbawa pada sebuah nuansa religi yang kental dan penuh warna. Karena kita tahu kita akan lebih merasakan rasa manis terutama ketika pada saat yang sama kita memiliki pembanding berupa rasa pahit, pada saat itu rasa manis akan terasa lebih manis dari kondisi normal. Begitu juga dalam tragedi Asyura, siapapun akan merasakan kedekatan,
kasih sayang, pengorbanan, keberanian, ketegaran pejuang-pejuang Al Husain dan Imam Husain sendiri jauh lebih terasa karena disaat yang sama ada orang-orang bejat, berwatak binatang yang nihil dari semua sifat-sifat mulia itu. Sifat-sifat mulia dari orang-orang mulia itu jauh lebih kentara pada tragedi ini dengan keberadaan orang-orang yang sengaja menjauhkan diri dari perabadaban kamanusiaan.

 Sangat tepat sekali jika ada orang yang mendalami tragedi Asyura selain berubah menjadi seorang pemberani juga menjadi orang-orang dengan akhlak dan berkepribadian agung.  Karena wujud asli keagungan para pejuang Asyura nampak jelas disitu.
Keberangkatan Imam Husain ke Kufah
Imam menghukumi dengan apa yang ada secara kasat mata, walau sebenarnya Imam tahu yang mengundang beliau nantinya akan memberontak dan berbalik mengarahkan tombak pada beliau. Namun beliau tetap berangkat ke Kufah memenuhi panggilan mereka. Setidaknya beliau sudah mengirim Muslim Bin Aqil untuk meneliti kondisi yang sebenarnya dan Muslim Bin Aqil karena masyarakat belum berbalik haluan maka memberitakan bahwa kondisi Kufah masih kondusif dan siap menerima kedatangan Imam Husain as.
Keyakinan Masyarakat Kufah
Nyali penduduk Kufah tiba-tiba ciut dan keder setelah diancam habis-habisan oleh gubernur Kufah yang berdarah dingin, Ubaidillah bin Ziyad. Disini perubahan penduduk terjadi karena kurangnya keyakinan mereka pada agama dan pada Imam mereka. Jika mereka termasuk orang yang benar-benar beriman maka mereka tidak akan mengambil resiko besar ini.
Selain nyali yang ciut beberapa juga ada yang kukuh memerangi Imam karena mereka dijanjikan akan mendapat imbalan. Kecintaan pada dunia telah menutup rapat pintu hati mereka.
Sedikitnya Jumlah Orang yang Teguh Keyakinan
Hanya segelintir orang yang masih setia kepada Muslim bin Aqil dan siap menyongsong segala resiko.  Dari sejarah alquran kita tahu bahwa dari umat para nabi hampir semua hanya sedikit dari umatnya yang mengikuti mereka, seperti nabi Musa, hanya beberapa saja yang tidak menyeleweng ikut pada ajaran samiri, Nabi Thalut “ Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menciduk seciduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar." Pada perang Uhud, Umat Nabi Muhammad saaw yang masih menyertai beliau juga hanya beberapa gelintir saja. Nabi Nuh as dalam 950 tahun tabligh
hanya beberapa orang yang ikut dalam ajaran beliau. Imam Husain dan rombongannya ketika sudah mendekati Kufah. Mendengar berubahnya masyarakat kufah, rombongan Imam banyak yang terguncang mendengar berita ini kemudian memilih mundur dan keluar dari barisan
Imam. ini menunjukkan keteguhan rombongan yang bersama Imam ada yang kurang keyakinannya dan menjadikan mereka orang yang akan menyesal dihari kiamat karena telah meninggalkan imam Zaman mereka.

Kekuatan Keyakinan Merubah Seseorang Walau Harus Berhadapan dengan Ribuan Pedang
Perubahan drastis Hur Ar Riyahi terjadi karena dia mengikuti fitrah manusiawinya, fitrah untuk berada dijalan kebaikan satu menit sebelumnya mendukung Yazid memimpin pasukannya kemudian dia berdiri
berbalik mengukuhkan kaki dihadapan pasukan yang sebelumnya ia pimpin, kekuatan keyakinan mampu merubah dia walaupun perubahan itu dihadapkan pada ribuan pedang orang yang sebelumnya  bergerak dengan ucapannya mentatati perintah apapun yang diberikannya. Ledakan Imam Husain mampu mengubah perjalanan sejarah seratus  delapan puluh derajat. Salah satu bukti nyatanya adalah munculnya Republik Isalm Iran. Ini seperti disampaikan oleh Imam Khomeini sendiri.

Beberapa bentuk Analisa atas Revolusi Imam Husain
1          Diskripsi kronologis
2          Analisa dengan menekankan aspek-aspek tragedi Asyura
3          Analisa aspek revolusioner dan sikap penolakan terhadap kezaliman
dan penguasa zalim
4          Analisis seputar kondisi politik dan sosiologi dan pengaruhnya ditengah masyarakat.
Apa yang dipilih dan dilakukan Imam Husain adalah gerakan pembaharuan teragung sepanjang sejarah dan memiliki dampak paling besar menciptakan letupan-letupan yang terus berlanjut hingga akhir zaman.

Keberangkatan untuk  Dakwah Bukan untuk Berperang
Ada banyak hal penting dalam tragedi Asyura namun ada aspek yang cukup penting tetapi kurang begitu sering disinggung adalah aspek damai dan sikap ‘anti-kekerasan’ yang menjadi ciri menonjol dalam kebangkitan Imam Husain as. Ini tampak pada banyak sisi selama perjalanan beliau
ke Karbala maupun sebelum beliau berangkat kesana. Perjalanan beliau bersama para sahabat dan keluarga dari kota Madinah hingga Karbala adalah perjalanan damai. Beliau tidak melengkapi diri dengan perangkat perang karena beliau memang tidak pergi untuk berperang. Ini menjadi
dalil yang jelas bahwa apa yang terjadi tanggal 10 asyura bukanlah peperangan, jika dinamakan peperangan paling tidak sejak berangkat beliau sudah mempersiapkan diri dan tidak melwati rute perjalanan umum.

Selama perjalanan itu beliau tuangkan pilar-pilar perdamaian, kemaafan, kasih sayang, anti-kekerasan dan cinta kepada sesama di tengah masyarakat yang sudah sekian lama dicekoki menu kesesatan,
kebodohan, pembunuhan, penistaan dan kekerasan. Beliau sedang bertabligh menghidupkan kembali agama islam yang mulia. Revolusi Imam sudah beliau mulai sejak kaki beliau melangkah keluar dari rumah beliau bukan dimulai pada saat beliau syahid di Karbala.
Estafet Tongkat Risalah
Kebangkitan Imam Husain as adalah kelangsungan dari risalah Rasulullah saaw yang diutus oleh Allah swt sebagai wujud kasih sayang Allah kepada seluruh alam semesta jadi tidak tepat jika ada yang berfikir
Imam Husain lebih utama dibanding maksum yang lain dengan alasan kesyahidan beliau di Kabala, selain semua maksum itu juga meninggal dalam lingkup syahadah pada dasarnya apa yang dilakukan Imam Husain jika kondisi itu ditemui oleh maksum yang lain maka tindakan yang samalah yang akan dilakukan.

Imam Husain juga mengajarkan sikap penolakan terhadap kekerasan pada siapapun entah itu musuh apalagi pada sahabat. Beliau selalu mengutamakan jalan damai. Alqur’an juga mengisyaratkan pada hal ini terutama ayat-ayat yang memerintahkan pemberian maaf, Ayat-ayat yang memerintahkan perdamaian, Ayat-ayat yang mengajak untuk melupakan keburukan orang lain, dan Ayat-ayat yang memerintahkan sikap toleransi kepada orang lain.
Dari sejarah nabi Muhammad saaw juga kita dapati hal-hal yang mengutamakan perdamaian, seperti perintah Rasulullah saaw kepada Imam Ali as untuk membawa panji saat pasukan Islam masuk ke kota Mekah dan meneriakkan “al-yauma yaumul marhamah, al-yauma tushanul hurmah…”, sebuah prefentif agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Dari sejarah Imam maksum juga kita dapati kebijakan-kebijakan yang diambil mengacu pada perdamaian, perintah Imam Ali bin Abi Thalib as kepada para pengikutnya untuk mengizinkan pasukan Mua’wiyah memanfaatkan air dari sungai Eufrat dalam perang Shiffin, perintah Imam Ali bin Abi Thalib kepada Imam Hasan as untuk memperlakukan Ibnu Muljam dengan lemah lembut dan kasih sayang, Imam Hasan as menyembunyikan orang yang meracuninya. Al-Husain memerintahkan sahabat-sahabat beliau untuk memberikan minum kepada seluruh anggota pasukan al-Hur bersama kuda tunggangan mereka. Diantara personel pasukan terdapat seorang bernama Ali bin Tha’an al-Muharibi yang tidak
mampu minum sendiri disebabkan dahaga yang sagat yang menimpa dirinya, saat itu Al-Husain as bangkit untuk membatu al-Muharibi minum dan menghilangkan rasa dahaganya. Inilah cerminan bahwa Husain adalah dari Rasul dan Rasul adalah dari Husain Husain mini wa ana min Husain.
Al-Husain menampilkan makna perdamaian dan memperagakan nilai-nilai agama dan kemanusiaan dalam kebangkitan Asyura. Oleh sebab itu kebangkitan Asyura adalah perguruan besar yang mengajarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan tersebut, diataranya sikap damai dan anti-kekerasan. Selama kebangkitan Asyura, Imam Husain as menggunakan semua cara untuk menghindari peperangan dan menerapkan semua metode guna menjauhi konflik dan pertempuran namun Bani Umayah enggan
melakukan sesuatu selain kekerasan terhadap beliau dan keluarganya.
Komitmen Al Husain as dalam Misi Perdamaian
Apa yang dilakukan Al-Husain as adalah  membangkitkan nurani musuh-musuhnya dan mengingatkan mereka tentang perlunya bertindak berdasarkan bukti syar’i atau ‘aqli, khususnya ketika permasalahanya berhubungan dengan pembunahan dan penumpahan darah seorang seperti
dirinya yang dikenal paling peduli dengan isue penegakan hak dan pemeliharaan sunnah Nabi dan syari’at agama. Melalui cara berunding dan nasehat serta berbagai perlakuan manusiawi,
Al-Husain as telah malaksanakan kewajiban syar’i dan menunaikan kewajiban terhadap semua orang, termasuk terhadap musuh-musuhnya yang datang untuk membunuh dirinya.
Melalui kebangkitan Asyura, Al-Husain berusaha mencerahkan dan memberikan petunjuk kepada semua orang ke arah kebenaran dan penolakan terhadap kekuasaan taghut. Dengan cara damai dan penuh kasih sayang, namun jika semua upaya damai tersebut tidak menghasilkan maka penyelesaian terakhir adalah sikap islami berupa pembelaan terhadap kehormatan diri, keluarga dan sahabat sampai tetes darah yang terakhir.
Di hari Asyura, ketika seluruh anggota Ahlul bait dan sahabat Al-Husain as telah gugur sebagai syuhada, Imam Husain as tetap konsisten dalam berupaya mencegah dan menghentikan pertumpahan darah serta berusaha menyadarkan musuh-musuhnya akan kesalahan pilihan mereka.
Kesimpulan
 Sejarah Al Husain as memiliki banyak Aspek yang memungkinkan untuk dikupas, aspek penting yang jarang dikupas adalah penekanan Imam Husain as pada nilai kedamaian, yang tergambar selama ini adalah bahwa Imam Husain mengajarkan kita untuk mempertaruhkan nyawa demi agama. Padahal tidak hanya berkutat dalam hal itu.
 Aspek revolusi Imam Husain adalah keyakinan mendalam akan nilai-nilai agama, keyakinan inilah yang menjadi landasan dasar kebangkitan yang dilakukan Imam Husain dan keluarga serta para sahabatnya.(*)

Rujukan

1.   AlQur’an Al Karim
2. Zahir Yahya, Aspek Damai dan Anti-Kekerasan Dalam Kebangkitan Asyuro' dengan rujukan Al‘Unf fi Nahdhatil Imam Husain as, Karya Mahmud Murad alHairi
3.   Ny.Farida Gulmohammadi, Husain Beheshti-e Mau'ud

No comments:

Post a Comment