Wednesday, July 13, 2011

Hati-hati Terhadap 700 Pembuat Hadis Aspal


Berapa banyak jumlah hadis palsu ini dapat dibayangkan dengan contoh berikut. Dari 600.000 (enam ratus ribu) hadis yang dikumpulkan al-Bukhari, ia hanya memilih 2.761 (dua ribu tujuh ratus enam puluh satu) hadis.8 Muslim, dari 300.000 (tiga ratus ribu) hanya memiiih 4.000 (empat ribu).9 Abu Dawud, dari 500.000 (lima ratus ribu) hanya memilih 4.800 (empat ribu delapan ratus) hadis.10 Ahmad bin Hanbal, dari sekitar 1.000.000 (sejuta) hadis hanya memilih 30.000 (tiga puluh ribu) hadis.

Bukhari (194-255 H/810-869 M), Muslim (204-261 H/819-875 M), Tirmidzi (209-279H/824-892 M), Nasa’i (214-303 H/829-915 M), Abu Dawud (203-275 H/818-888 M) dan Ibnu Majah (209-295 H/824-908 M) misalnya telah menyeleksi untuk kita hadis-hadis yang menurut mereka adalah benar, shahih. Hadis-hadis ini telah terhimpun dalam enam buku shahih, ash-shihah as-sittah, dengan judul kitab masing-masing menurut nama mereka; Tarikh Baghdad, jilid 2, hlm. 8; Al-Irsyad as-Sari, jilid 1, hlm. 28; Shifatu’s Shafwah, jilid 4, hlm. 143.Tarikh Baghdad, jilid 13, hlm. 101; al-Muntazam, jilid 5, hlm. 3 2; Thabaqat al Huffazh, jilid 2, hlm. 151, 157; Wafayat al-Ayan, jilid 5, hlm. 194Tarikh Baghdad jilid 9, hlm. 57; Thabaqat a1-Huffazh, jilid 2, hlm. 154; al-Muntazani, jilid 5, hlm. 97; Wafayat al-A’yan jilid 2, hlm. 404. Tarikh Baghdad, jilid 4, hlm. 419-420; Thabaqat a1-Huffazh, jilid 2, hlm. 17; Tahdzib at-Tahdzib, jilid 1, hlm. 74; Wafayat al-A’yan, jilid 1, hlm. 64. Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Shahih (Sunan) Ibnu Majah, Shahih (Sunan) Abu Dawud, Shahih (Jami’) Tirmidzi dan Shahih (Sunan) Nasa’i.
 
Tetapi, bila kita baca penelitian para ahli yang terkenal dengan nama Ahlul Jarh wa’ Ta’dil, maka masih banyak hadis shahih ini akan gugur, kerana ternyata banyak di antara pelapor hadis, setelah diteliti lebih dalam adalah pembuat hadis palsu.
 
Al-Amini, misalnya, telah mengumpulkan tujuh ratus nama pembohong -yang diseleksi oleh Ahlu’l Jarh wa Ta’dil Sunni- yang selama ini dianggap adil atau jujur, dan hadis yang mereka sampaikan selama ini dianggap shahih dan tertera dalam buku shahih enam. Ada di antara mereka yang menyampaikan, seorang diri, beribu-ribu hadis palsu.

Dan terdapat pula para “pembohong zuhud”, yang sembahyang, mengaji dan berdoa semalaman dan mulai pagi hari mengajar dan berbohong seharian. Para pembohong zuhud ini, bila ditanyakan kepada mereka, mengapa mereka membuat hadis palsu terhadap Rasul Allah saw yang diancam api neraka, mereka mengatakan bahwa mereka tidak membuat hadis terhadap (‘ala) Rasul Allah saw tetapi untuk (li) Rasul Allah saw. Maksudnya, mereka ingin membuat agama Islam lebih bagus.

Tidak mungkin mengutip semua. Sebagai contoh, kita ambil seorang perawi secara acak dari 700 orang perawi yang ditulis Amini.

“Muqatil bin Sulaiman al-Bakhi, meninggal tahun 150 H/767 M. Ia adalah pembohong, dajjal dan pemalsu hadis. Nasa’i memasukkannya sebagai seorang pembohong; terkenal sebagai pemalsu hadis terhadap Rasul Allah sa Ia berkata terang-terangan kepada khalifah Abu Ja’far al-Manshur: “Bila Anda suka akan saya buat hadis dari Rasul untuk-mu”. Ia lalu melakukannya. Dan ia berkata kepada khalifah al-Mahdi dari Banu Abbas: “Bila Anda suka akan aku buatkan hadis untuk (keagungan) Abbas’. Al-Mahdi menjawab: “Aku tidak menghendakinya!”. Abu Bakar al-Khatib, Tarikh Baghdad, jilid 13, hlm. 168; ‘Ala’udin Muttaqi al-Hindi, Kanzu’l-’Ummal, jilid 5, hlm. 16 Syamsuddin adz-Dzahabi, Mizan al- I’tidal, jilid 3, hlm. 196; al-Hafizh lbnu Hajar al-’Asqalani, Tahdzib at-Tahdzib, jilid 10, hlm. 284; Jalaluddin as-Suyuthi, al-LaAli ul Mashmu’ah, jilid 1, hlm. 168 jilid 2, hlm. 60, 122.”

Para pembohong ini bukanlah orang bodoh. Mereka mengetahui sifat-sifat dan cara berbicara para sahabat seperti Umar, Abu Bakar, Aisyah dan lain-lain. Mereka juga memakai nama para tabi’in seperti Ibnu Umar, ‘Urwah bin Zuba sebagai pelapor pertama, dan rantai sanad dipilih dari orang-orang yang dianggap dapat dipercaya. Hadis-hadis ini disusun dengan rapih, kadang-kadang dengan rincian yang sangat menjebak. Tetapi kesalahan terjadi tentu saja kerana namanya tercantum di dalam rangkaian perawi. Dengan demikian para ahli

Menurut metode pengelompokan, hadits-hadits dibagi dalam Musnad, Shahih, Jami’, Sunan, Mujam dan Zawa’id.



tentang cacat tidaknya suatu hadis yang dapat menyusuri riwayat pribadi yang buruk itu, menolak Hadis-hadis tersebut.16 Demikian pula, misalnya hadis-hadis yang menggunakan kata-kata ‘mencerca sahabat’ tidak mungkin diucapkan Rasul, kerana kata-kata tersebut mulai diucapkan di zaman Mu’awiyah, lama sesudah Rasul wafat. Seperti kata-kata Rasul “Barang siapa mencerca sahabatsahabatku
maka ia telah mencercaku dan barang siapa mencercaku maka ia telah mencerca Allah dan mereka akan dilemparkan ke api neraka” yang banyak jumlahnya.
 
Juga, hadis-hadis berupa perintah Rasul agar secara langsung atau tidak langsung meneladani atau mengikuti seluruh sahabat, seperti ‘Para sahabatku laksana bintang-bintang, siapa saja yang kamu ikuti, pasti akan mendopat petunjuk’ atau ‘Para sahabatku adalah penyelamat umatku’ tidaklah historis sifatnya.
 
Disamping perintah ini menjadi janggal, kerana pendengarnya sendiri adalah sahabat, sehingga menggambarkan perintah agar para sahabat meneladani diri mereka sendiri, sejarah menunjukkan bahwa selama pemerintahan Banu Umayyah, cerca dan pelaknatan terhadap Ali bin Abi Thalib serta keluarga dan pengikutnya, selama itu, tidak ada sahabat atau tabi’in yang menyampaikan hadis ini untuk menghentikan perbuatan tercela yang dilakukan di atas mimbar masjid di seluruh negeri tersebut. Lagi pula di samping fakta sejarah, al-Qur’an dan hadis telah menolak keadilan seluruh sahabat.

Atau hadis-hadis bahwa para khalifah diciptakan atau berasal dan nur (sinar) yang banyak jumlahnya, sebab menurut Al-Qur’an manusia berasal dari Adam dan Adam diciptakan dari tanah dan tidak mungkin orang yang tidak menduduki jabatan dibuat dari tanah sedang yang ‘berhasil’ menjadi khalifah dibikin dari nur. Para ahli telah mengumpul para pembohong dan pemalsu dan jumlah hadis yang disampaikan.

Abu Sa’id Aban bin Ja’far, misalnya, membuat hadis palsu sebanyak 300.
Abu Ali Ahmad al-Jubari 10.000
Ahmad bin Muhammad al-Qays 3.000
Ahmad bin Muhammad Maruzi 10.000
Shalih bin Muhammad al-Qairathi 10.000
dan banyak sekali yang lain. Jadi, bila Anda membaca sejarah, dan nama pembohong yang telah ditemukan para ahli hadis tercantum di dalam rangkaian isnad, Anda harus hati-hati. Contoh-contoh Ahlu’l Jarh wa Ta’dil: Ibnu Abi Hatim ar-Razi, Ahlu’l Jarh wa Ta’dil (Ahli Cacat dan Pelurusan); Syamsuddin Az-Dzahabi, Mizan al-I’tidal (Timbanga Kejujuran); Ibnu Hajar al-’Asqalani, Tahdzib at-Tahdzib (Pembetulan bagi Pembetulan) dan Lisan al-Mizan (Kata-kata Timbangan); ‘Imaduddin ibnu Katsir al-Bidayah wa’n-Nihayah (Awal dan Akhir), Jalaluddin As-Suyuthi, al-La’a-li’ul Mashnu’ah (Mutiara-mutiara buatan), Ibnu Khalikan, Wafayat al-A’yan wa Anba Abna az-Zaman (Meninggalnya Para Tokoh dan Berita Anak-anak Zaman). Dan masih banyak lagi.


Sebagai contoh Saif bin Umar yang akan dibicarakan di bagian lain secara sepintas lalu. Para ahli telah menganggapnya sebagai pembohong. Dia menulis tentang seorang tokoh yang bernama Abdullah bin Saba’ yang fiktif sebagai pencipta ajaran Syi’ah. Dan ia juga memasukkan 15019 sahabat yang tidak pernah ada yang semuanya memakai nama keluarganya. Dia menulis di zaman khalifah Harun al-Rasyid. Bukunya telah menimbulkan demikian banyak bencana yang menimpa kaum Syi’ah.
 
Bila membaca, misalnya, kitab sejarah Thabari dan nama Saif bin Umar berada dalam rangkaian isnad, maka berita tersebut harus diperiksa dengan teliti.

(DIKUTIP DARI BUKU Wafatnya Rasulullah saw, Suksesi Sepeninggal Beliau di Saqifah)

No comments:

Post a Comment