Tuesday, October 11, 2011

Sunnah yang Dijalankan Umat Islam Bukan Sunnah Nabi (3)

 
Oleh AHMAD SAHIDIN
Studi kritis historis
Dalam tanya jawab, ada penanya yang cukup menggelitik yang bertanya tentang pengertian sahabat yang sebenarnya dan alat uji untuk membuktikan kebenaran hadis juga sirah nabawiyyah.

Ustadz Jalal menjawab bahwa ada tiga penjelasan tentang mana yang termasuk sahabat nabi dan bukan sahabat. 

Pertama, lihat al-quran yang membagi dua sahabat, termasuk ciri-cirinya: ashabul jannah wa ashabunnar. Kedua, nanti di akhirat. Dalam riwayat disebutkan bahwa nanti Rasulullah saw menantikan kedatangan para sahabatnya di telaga alkautsar dan akan terpisahkan antara sahabat yang benar-benar setia dan mengikuti ajaran Rasulullah dengan sahabat yang menyalahi sunnah Nabi atau mereka yang mengubah-ubah ajaran Islam setelah wafat Nabi Muhammad saw. Ketiga—yang ini mungkin termasuk promosi—buka buku The Road to Muhammad (diterbitkan Mizan). 

“Dalam buku saya ini, Anda akan mengetahui siapa saja sahabat yang termasuk lulusan madrasah Rasulullah saw. Juga akan mengetahui kualitas dan ciri dari para sahabat Nabi yang sebenarnya,” jawab Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia.

Adapun mengenai alat uji kesahihan hadis dan sirah nabawiyyah, Ustadz Jalal menyarankan untuk membaca bukunya yang berjudul Al-Mushthafa: Manusia Pilihan yang Disucikan (diterbitkan Simbiosa) yang di dalamnya membahas kajian kritis terhadap hadis dan riwayat yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw, termasuk metodologi studi kritis historis.

“Kalau Anda tak mau susah-susah meneliti seperti Pak Fuad, cukup melihat al-quran dan gunakan akal sehat. Apabila Anda menemukan hadis yang walaupun diriwayatkan Bukhari atau Muslim, bertentangan dengan al-quran, tolaklah. Begitu juga jika terdapat hadis yang tidak dapat diterima akal, yang merendahkan derajat dan kemuliaan Nabi maka wajib ditolak,” pesan Ustadz Jalal yang diakhiri dengan menyebutkan contoh riwayat Bukhari . 

Dikisahkan Nabi mendatangi rumah istri seorang sahabat tanpa ada sahabat tersebut. Kemudian kepala Nabi bersandar pada pangkuan istri yang bukan muhrim tersebut dan diseliksik—mencari kutu—selanjutnya terbangun dengan wajah ceria. 

Ustadz Jalal menjelaskan bahwa hadis tersebut harus ditolak karena telah menunjukkan perbuatan Nabi yang tidak mengetahui aturan-aturan Islam dalam bertamu.

“Mendatangi perempuan yang bukan istrinya dan tidur dipangkuan istri orang, bukan termasuk akhlak Nabi. Begitu pun kepala Nabi berkutu, menunjukkan Nabi tidak menjaga kebersihan. Al-Quran menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw berakhlak mulia, terpuji, bersih, dan suci. Jelas hadis tersebut bertentangan dengan informasi al-quran. Karena itu, jika menemukan hadis-hadis atau berita sejarah Nabi yang merendahkan kemuliaan Rasulullah saw perlu dikaji secara kritis, atau langsung tolak,” ungkap Ustadz Jalal mengakhiri pembicaraannya.

Ngaler ngidul…
Setelah mengikuti Diskusi Buku SAHABAT NABI karya Fuad Jabali, saya tidak langsung kembali ke tempat beraktivitas. Saya bersama kawan lama yang kini menjadi dosen berbincang agak lama tentang perkembangan kajian keislaman dan kesejarahan di jurusan tempat dahulu saya menimba ilmu.

Setelah berpamitan pulang, masih dalam kawasan kampus, saya bertemu kawan yang pernah sama-sama aktif dalam organisasi internal kampus. Ia mengajak saya ke pascasarjana untuk mengikuti kuliah cultural studies yang disampaikan Bambang Q. Anees. Mungkin karena lama tak bertemu, saya mengiyakannya. Mendengar kuliah cultural studies mengingatkan saya kembali pada masa-masa kuliah yang kalau tak ada kuliah, seharian baca buku-buku budaya dan sejarah di perpustakaan UIN Bandung yang kini raib dan rata untuk dibangun gedung baru.

Sambil menunggu hujan reda… saya dan kawan, mulai ngaler ngidul. Ngomongin dari soal agama, diskusi buku Sahabat Nabi, sampai urusan keluarga. Hujan sedikit reda… telepon genggam saya berdering.

“Assalamu’alaikum…. Bah, geura uih jemput Ambu,” kata istri yang menandakan saatnya berpisah dengan kawan dan kampus.

cag ah…. wassalam

3 comments:

  1. saya adalah muslimin,bukan sunni atau syiah yang sekarang..saya menjadikan imam ali as orang ke 2 setelah rosululloh SAW,dan ahlul bait setelahnya..namun saya bukan pengutuk para sahabat seperti yang syiah lakukan di zaman ini,karena imam saya imam ali as dan ahlulbait tidak pernah mencontohkannya..saya yakin islam yang di bawa rosululloh adalah suri tauladan yang baik,yang dibawa pemilik akhlak yang paling mulia,sehingga yang saya yakini bahwa rosululloh,ali,fatimah,hasan,husain dan keturunannya tidak pernah mengajarkan untuk mengutuk..karena tidak mungkin kata2 keji keluar dari lisan orang2 yang di ridhoi Alloh SWT..menurut sejarah,orang yang suka mengutuk adalah muawiyah dan pengikutnya yang suka mengutuk imam Ali as..jadi kalau orang syiah suka mengutuk,maka saya yakin mereka adalah orang yang dulunya syiah muawiyah..karena syiah ali hanya melafalkan lisannya untuk kebenaran dan memuji Alloh SWT...demikian pemahaman saya..

    ReplyDelete
  2. hmm..... muawiyah juga sahabat mulia. Meraka adalah sahabat-sahabat yang diridoi Allah, dan mereka meridoi Allah jg. Kenapa kita tidak meninggalkan caci maki antar sesama muslim. Apakah kita tidak menyaksikan kaum kafir, musyrik, munafik tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan umat islam bersitegang ? Kenapa kita mendahului ketentuan Allah SWT? Apakah kita tahu apa yang mereka alami di akherat ? Seberakah perjuangan diri kita terhadap Islam jika dibandingkan dengan mereka ? Oh.... alangkah asiknya dan menyenangkan umat islam ini, berbeda-beda tapi menjadi khazanah peradaban bangsa dan khazanah Islam. Biarkan Allah yang menilai...... Taman tak indah jika merah semua, atau putih semua, tapi jika beragam warna jadilah ia indah.....

    ReplyDelete
  3. salam,klu muawiyah seorang sahabat yg mulia,dia tak akan memerangi saydina ali

    ReplyDelete