Pernyataan Alaihis Salam (AS) pada Ahlul Bait Rasulullah SAW seringkali mengundang keraguan bagi sesetengah umat Islam. Beberapa orang daripada mereka menuduh hal tersebut bid’ah dengan alasan Ghulat (melampau) atau Pengkultusan yang berlebihan. Kebanyakan dari mereka para Penuduh suka sekali menuduh bahwa orang-orang yang menyebutkan AS pada Ahlul Bait adalah Syiah. Dan seperti biasa lagu sumbang “Syiah Yang Sesat” kembali berkumandang.
Patut disayangkan, tetapi memang begitulah adanya. Keterbatasan Ilmu yang diiringi dengan tabiat suka menuduh membuat Syubhat ini merasuki banyak kaum muslim yang memang tidak terbiasa berusaha untuk tahu.
Penyebutan AS pada Ahlul Bait adalah suatu bentuk penghormatan kepada mereka karena kedudukan mereka yang tinggi yaitu sebagai pedoman bagi Umat Islam seperti yang dinyatakan dalam Hadis Tsaqalain. Mereka Ahlul Bait adalah Pribadi-pribadi luhur yang merupakan Padanan Al Quranul Karim. Pribadi-pribadi yang selalu dalam kebenaran. Pribadi-pribadi yang memiliki keutamaan-keutamaan yang besar. Pribadi-pribadi yang dimuliakan oleh Allah dan RasulNya. Semua ini adalah alasan yang cukup jelas untuk menyandangkan gelar Alaihis Salam kepada mereka Ahlul Bait.
Lucunya ternyata Ahli hadis ternama Muhammad bin Ismail yang dikenal dengan panggilan Imam Bukhari (Sila klik) telah menggunakan istilah Alaihis Salam (AS) kepada Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam hal ini Sayyidah Fatimah binti Rasulullah. Tetapi tidak pernah ada terdengar tuduhan-tuduhan Syiah kepada Imam Bukhari. Jadi ada apa ini?
Sebuah konspirasi untuk merendahkan saudara-saudara kita yang Syiah. Atau salah satu bentuk kekeliruan yang bersifat Pilih Kasih dan Kedengkian kepada pihak-pihak yang berbeda mazhabnya. Silakan nilai sendiri.
Berikut akan ditunjukkan bukti nyata kalau sang Imam Ahli hadis Al Bukhari menyandangkan AS pada Sayyidah Fatimah. Pernyataan itu tertulis dalam Kitab monumental Beliau Shahih Bukhari. (Sila Klik).
حدثنا عبد العزيز بن عبد الله حدثنا إبراهيم بن سعد عن صالح عن ابن شهاب قال أخبرني عروة بن الزبير أن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها أخبرته أن فاطمة عليها السلام ابنة رسول الله صلى الله عليه وسلم سألت أبا بكر الصديق بعد وفاة رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يقسم لها ميراثها مما ترك رسول الله صلى الله عليه وسلم مما أفاء الله عليه فقال لها أبو بكر إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لا نورث ما تركنا صدقة فغضبت فاطمة بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم فهجرت أبا بكر فلم تزل مهاجرته حتى توفيت وعاشت بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم ستة أشهر قالت وكانت فاطمة تسأل أبا بكر نصيبها مما ترك رسول الله صلى الله عليه وسلم من خيبر وفدك وصدقته بالمدينة فأبى أبو بكر عليها ذلك وقال لست تاركا شيئا كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعمل به إلا عملت به فإني أخشى إن تركت شيئا من أمره أن أزيغ فأما صدقته بالمدينة فدفعها عمر إلى علي وعباس وأما خيبر وفدك فأمسكها عمر وقال هما صدقة رسول الله صلى الله عليه وسلم كانتا لحقوقه التي تعروه ونوائبه وأمرهما إلى من ولي الأمر قال فهما على ذلك إلى اليوم قال أبو عبد الله اعتراك افتعلت من عروته فأصبته ومنه يعروه واعتراني |
Hadis ini dapat anda lihat di sini (Sila klik).
Atau dapat dilihat hadis Shahih Bukhari versi bahasa Inggrisnya dengan Alaihis Salam versi Inggris juga.
It is related that ‘A’isha, Umm al-Mu’minin, reported that Fatima, peace be upon her, the daughter of the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace, asked Abu Bakr as-Siddiq after the death of the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace, to allot her her share of the inheritance from what the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace, left of the spoils which Allah had given him. Abu Bakr said, “The Prophet, may Allah bless him and grant him peace, said, ‘We do not bequeath inheritance. What we leave is sadaqa.’” Fatima, the daughter of the Messenger of Allah, got angry and disassociated herself from Abu Bakr. She remained disassociated from him until she died. She lived for six months after the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace.”
She said, “Fatima used to ask Abu Bakr for her share of what the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace, left of Khaybar and Fadak and his sadaqa in Madina. Abu Bakr refused to give her that and said, ‘I will not abandon anything that the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace, used to do. I follow that. I fear that if I were to abandon some of his business, I would swerve. ‘ As for the sadaqa in Madina. ‘Umar gave it to ‘Ali and ‘Abbas, and as for Khaybar and Fadak, ‘Umar kept them and said, ‘These two are the sadaqa of the Messenger of Allah, may Allah bless him and grant him peace, which were for the rights and events which arose. Their business passes to the one in authority.”
Az-Zuhri observed, “They are still like that today.”
Hadis versi English itu dapat dilihat disini dengan no. hadis 2926.
Kalau mahu yang bahasa Indonesia, maka saya ambil dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no. hadis 1345, terbitan Pustaka Azzam Cetakan pertama 2007 dengan penerjemah : Muhammad Faisal dan Thahirin Suparta.
Dari Aisyah, Ummul Mukminah RA, ia berkata: “Sesungguhnya Fatimah AS binti Rasulullah SAW meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah SAW supaya membagikan kepadanya harta warisan bagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah SAW dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.
[Dalam riwayat lain: Kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120]; Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain :Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah SAW, saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar: “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Harta Kami tidaklah diwarisi, Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata: “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW. Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali RA yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian Ia menshalatinya.
Kalau anda merujuk ke Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari seperti yang saya sebutkan di atas, maka akan dapat dilihat teks Arabnya yang jelas-jelas menyebutkan Alaihis Salam. Jadi tidak ada penambahan apapun.
Kesimpulannya, ini adalah bukti otentik Imam Al-Bukhari sendiri memang menyebutkan AS pada Sayyidah Fatimah. Jadi, kenapa golongan Syiah sering dilabelkan sesat kerana mengucapkan salam kepada Ahl Bait Nabi SAW. Tidakkah kita juga mengucapkan salam kepada Aal (keluarga) Nabi dalam tahiyyat solat kita (Allahumma Solli 'Ala Muhammad wa Aali Muhammad). Kenapa kita tidak men-Syiahkan Al-Bukhari? Tidakkah kita berhak tahu akan kebenaran dan mengikutinya? Dan tidakkah kita juga berhak untuk tahu akan kebatilan dan meninggalkannya?
Sholawat Allah SWT kepada Rasulullah dan Ahlul baitnya istri-istri Beliau Khadijah, Aishah, Hafsah, Saudah, ...; putra-putri beliau Qashim, Abdullah, Ibrahim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Qultsum, Fathimah, dan keturunan Beliau...
ReplyDelete